six

13.3K 2.7K 416
                                    

Paris dan Baekhyun memasuki sebuah club elit di kawasan Gangnam, tempat para borjuis menghamburkan pundi-pundi Won demi segelas kecil minuman mahal dan berjoget-joget layaknya orang hilang akal. Sebenarnya Baekhyun paling anti dengan tempat-tempat seperti ini. Sejak kecil, ia memang selalu hidup dengan benar. Masa remajapun ia habiskan di Erebos, tempat dimana cocktail dan kawan-kawannya dilarang keras. Hal yang paling Baekhyun tertawai, neraka yang melarang adanya minuman keras.

"Paris, aku tidak tahan asap rokok," keluh Baekhyun. Ia terbatuk beberapa kali.

Wajah Paris juga tidak kalah masam. Gadis itu juga terbatuk heboh sambil mengebas-ngebaskan tangannya, mengusir beberapa asap rokok yang berhembusan di sekitarnya.

"Tahan sebentar, Baek."

Sejurus kemudian, pergerakan Paris terhenti karena Baekhyun tiba-tiba menarik pergelangan tangannya. Ia menunjuk sebuah meja yang dikelilingi oleh beberapa pemuda berjas. Oh Sehun salah satu yang berada di sana.

"Dia di sana."

Paris mengernyit sebentar kemudian mendengus. "Bukan dia target kita saat ini." Ia menggedikkan dagunya pada seorang pemuda di sebelah Sehun. Mereka tampak akrab jika dilihat. "Lee Seunghyun."

Baekhyun terkekeh seketika. "Belum apa-apa, kau sudah berniat membunuh sahabatnya eh?"

Paris balas menggedikkan bahunya. "Misi kan?"

"Paris..." panggil Baekhyun kemudian.

"Hm?"

"I think, we've become a monster now."

"Right," sahut Paris enteng. "Kau ingat film Monster inc yang pernah kita tonton, Baek?"

Baekhyun mengangguk. Dia sangat ingat. Mana mungkin ia melupakan saat ia dan Paris hampir mati dihukum oleh para pelatih karena ketahuan keluar Erebos tanpa izin untuk pergi menonton film itu.

"Mereka monster," kata Paris kemudian. "Mereka menakuti anak-anak untuk bertahan hidup. Mereka butuh jeritan para bocah itu."

"Kau benar. Saat ini posisi kita sama dengan mereka," ucap Baekhyun. "Kita butuh jeritan Oh Sehun agar bisa tetap mempertahankan diri."

"Aku Sullivan kalau begitu," ujar Paris.

"Aku?" tanya Baekhyun.

"Tentu saja kau Mike Wazowski," jawab Paris enteng.

"Sialan," gerutu Baekhyun. Bisa-bisanya Paris menyamakannya dengan makhluk hijau kecil itu. Monster yang sama sekali tidak menakutkan.

"And now we've found our Boo."

Mereka tertawa kecil setelahnya.

Tidak banyak yang mereka lakukan di sana. Paris mengambil sebuah tempat duduk yang tak jauh dari meja Sehun.

"Kau sudah membaca soal Lee Seunghyun?" tanya Paris pada Baekhyun, masih sambil memperhatikan interaksi pria itu dengan kawan-kawannya.

"Yap. Mereka bersahabat sejak SMP. Siap-siap saja Sehun membencimu seumur hidup kalau sampai mencelakai sahabatnya itu."

Paris tertawa pelan, seolah Baekhyun baru saja melontarkan sebuah lelucon. "Bagus kan?"

"Ingat, Paris. Perintah Jeno adalah kau harus membuat Sehun jatuh hati padamu, atau setidaknya menyayangimu. Dengan begitu--"

"Berhenti, Baek. Sudah kubilang, ada banyak cara membalas dendam tanpa melibatkan perasaan."

"Terserah kau saja."

"Dia sudah punya kekasih. Dengan membunuh wanita itu saja sudah lebih dari cukup untuk meruntuhkan dunianya. Dia juga bukan tipe pria yang sembarangan akan menjatuhkan hati," jelas Paris lagi.

"Jangan mulai memujinya, aku takut kau yang malah akan jatuh hati padanya."

Lagi-lagi Paris tertawa. "Aku akan mengambil minuman. Kau mau minum apa?"

"Di sini ada susu vanilla tidak?"

Paris menggedikkan bahunya. "Nanti kutanya."

Gadis itu berjalan santai ke arah bar. Matanya memperhatikan jejeran botol minuman keras di sana.

"Ada yang bisa saya bantu, nona?"

"Ada susu vanilla tidak?" tanya Paris.

"Hah?" pelayan itu menatap Paris bingung. Ia menelisik penampilan Paris. Gadis itu cantik dengan celana bahan berwarna hitam yang membalut pas kaki jenjangnya, kemeja putih yang ia kenakan juga menambah kesan elegannya. Tapi apa ini?

"Tidak ada ya?" Paris membuyarkan lamunan pelayan itu.

"Maaf, nona. Tidak ada yang seperti itu di kelab malam."

Paris mengangguk paham. "Maaf kalau begitu. Ini pertama kalinya aku ke tempat seperti ini. Permisi."

Pelayan itu mengacungi jempol keramahan Paris. Padahal tatapan gadis itu terlihat begitu hampa dan datar. Wajahnya juga tak memiliki ekspresi yang berarti. Tapi saat ia bicara, suaranya terdengar begitu lembut, tutur katanya juga sopan dan baik. Tidak seperti kebanyakan gadis-gadis liar yang datang kemari.

Sementara itu, Paris sudah berjalan kembali ke mejanya. Ia berencana mengajak Baekhyun untuk menunggu  Seunghyun di pelataran parkir saja. Di sini terlalu berisik dan membuatnya pusing.

Tinggal beberapa langkah lagi hingga ia mencapai Baekhyun, tapi sebuah tepukan pada salah satu anggota tubuhnya sontak menghentikan langkahnya. Wajah datarnya berubah kaku. Pipinya merah padam menahan amarah. Seseorang baru saja menepuk bokongnya.

"Mau tidur denganku malam ini?" tanya pria itu menggoda.

Paris tahu siapa pria ini. Kim Taehyung, salah satu pria yang tadi berada di meja Sehun dan kawan-kawannya.

"Spesial untukmu, tidak hanya one night stand. Kita bisa melakukannya lagi kapan-kapan," katanya lagi.

Kejadian ini mulai menarik beberapa pasang mata. Kebetulan mereka berada di lantai dua yang tempatnya tidak begitu ramai karena dance floor berada di lantai satu.

Beberapa orang menatap iba pada Paris. Sekali lihat saja, mereka tahu Paris bukan tipe gadis liar. Pakaiannya saja begitu tertutup untuk ukuran gadis kelab. Dugaan mereka adalah Paris hanya seorang mahasiswi yang mungkin tengah melepas penat di tempat ini.

Tapi siapa yang berani membelanya? Yang menggodanya ini adalah Kim Taehyung, salah satu CEO perusahaan besar. Dia sangat berpengaruh.

"Tidak usah kesal begitu. Kau beruntung karena aku tertarik padamu."

Paris tidak begitu mempedulikan omongan Taehyung. Sepasang matanya malah melirik ke meja Sehun. Pria itu dan teman-temannya sedang menatap ke arahnya dan Taehyung, seolah sedang menunggu responnya.

Kesal karena seperti tak diacuhkan oleh Paris, Taehyung mendekati gadis itu kemudian menarik paksa rahangnya agar saling bertatap wajah.

"Jika aku sedang bicara, tata--" BUGH!

Taehyung tersungkur ke lantai. Baekhyun adalah pelaku penendangan barusan.

"Jaga bicaramu, bung. Dia bukan gadis yang bisa kau ajak seperti itu."

"Bajingan!" Taehyung baru akan bangkit, namun kaki Baekhyun lebih cepat. Ia menginjak perut pria itu hingga jeritannya terdengar kemana-mana.

"Ambil ponsel kita di atas meja, Paris. Kita keluar dari sini," ujar Baekhyun.

Paris mengangguk lalu meraih barang-barangnya dan Baekhyun di atas meja.

Baekhyun mengangkat kakinya yang sejak tadi bertumpu pada perut Taehyung. Ia lalu berbalik, berniat angkat kaki dari sana tanpa memedulikan Taehyung yang masih meringis kesakitan.

"Great dude. You saved that girl." Seorang pria berperawakan barat memuji Baekhyun takjub. Ia tak menyangka pria dengan tipe wajah pretty boy macam Baekhyun sanggup menumbangkan seorang Kim Taehyung yang badannya saja jauh lebih kekar.

Baekhyun terkekeh kemudian menggeleng. "No. I saved him instead." Baekhyun berkata sambil menunjuk Taehyung dengan dagunya.

Ia merasa lucu. Menyelamatkan seorang Han Paris? Yang benar saja. Justru Taehyung yang tadi meletakkan dirinya dalam mulut Singa lapar.

NUMBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang