sixteen

11.7K 2.4K 438
                                    

Sehun masih dalam posisi terjungkal dari kursi kayu yang tadi ia duduki. Paris baru saja memanggilnya dengan sebutan yang sukses membuatnya merinding. Ia bahkan belum menyadari jika gadis itu sudah berjalan ke arahnya, masih dengan binar bahagia di wajah cantiknya.

"Daddy, I miss you."

Sehun bergerak mundur. Pria itu menatap ngeri Paris yang memasang raut manja dengan mengkerucutkan bibirnya.

"Daddy kenapa menjauh?" Paris melangkah mendekati Sehun, namun pria itu lagi-lagi mundur.

"Ha...Han Paris, kau jangan bercanda," ujar Sehun.

Paris menelengkan kepalanya. "Aku tahu! Daddy ingin mengajakku main kejar-kejaran ya?"

Ia bertepuk-tepuk tangan sambil melompat, membuat mata Sehun membola pada handuk yang gadis itu kenakan. Bagaimana jika handuk itu terjatuh saat Paris melompat-lompat seperti orang gila?

Belum sempat Sehun berfikir apa-apa, ia sudah merasakan beban di atas tubuhnya. Paris dengan seenak hati melemparkan tubuh semi telanjangnya ke atas Sehun yang masih berada di lantai dengan posisi siku menahan bobot tubuhnya.

"Ya! Apa yang kau lakukan?" protes Sehun sambil berusaha menyingkirkan Paris. Dia benar-benar kewalahan kali ini.

Bagaimanapun, Sehun hanya pria dewasa normal yang bisa saja tergoda dengan tubuh molek Paris di atasnya. Dengan satu kali gerakan, Sehun mendorong kuat Paris hingga gadis itu terlempar agak jauh darinya.

Keputusan yang tentunya salah. Posisi Paris saat ini terlentang dengan handuk yang sudah terlepas dari tubuhnya. Gadis itu duduk dengan susah payah tanpa peduli handuknya yang sudah terlepas hingga tubuh bagian atasnya benar-benar terekspos.

"Han Paris! Pakai handukmu!"

Bibir Paris bergetar, ia menatap Sehun dengan sorot terluka. Tak lama kemudian ia mulai menangis. "Huwaaa!! Daddy jahat!! Daddy mendorongku hingga jatuh!! Huwaaaa!! Akan kuadukan pada Aunty Chan!! Ah!" Tiba-tiba saja dia menyentuh pinggangnya sendiri sembari meringis.

"Hei, hati-hati lukamu." Sehun menunjuk ke arah pinggang Paris, bekas luka gadis itu kemarin.

Namun Paris tidak memedulikan lagi lukanya, dia terlihat baik-baik saja. Gadis itu malah menyeka rambutnya ke belakang layaknya anak kecil yang sedang kepanasan. Gerakannya ini membuat payudaranya yang tadi masih tertutupi rambut sekarang terpampang jelas.

"Paris kau apa-apaan?" tanya Sehun frustasi. Pria itu telah berdiri dari posisi jatuhnya tadi. Mati-matian ia berusaha mengalihkan pandangannya dari payudara berisi milik Paris yang terlihat jelas di depannya.

Paris menghentikan tangisnya lalu menaikkan kedua tangannya. "Daddy, gendong!"

"Paris, kau tahu bercandamu ini sudah kelewatan. Cepat bangun dan pakai bajumu."

Lagi-lagi Paris memperlihatkan wajah sedihnya. Kali ini gadis itu menunduk kemudian terisak kecil. "Daddy jahat padaku..."

Sehun tidak peduli. Dia mengambil langkah gusar menuju kamarnya kemudian membanting keras pintu kamarnya. Ia bahkan tidak memedulikan tangisan keras Paris di luar sana yang terus memanggilnya dengan sebutan 'Daddy'.

"Hal gila apa lagi yang gadis itu coba lakukan padaku."

🍁🍁🍁

Sehun baru terbangun pukul dua dini hari. Kepalanya sakit karena tertidur tanpa bantal. Tadi dia terlalu pusing dengan kelakuan aneh Paris hingga menghempaskan dirinya ke kasur dan terlelap begitu saja.

NUMBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang