Sehun terlonjak kaget saat melihat Paris yang baru saja dibanting oleh salah satu lawannya. Sejak tadi, ia hanya menyaksikan betapa hebatnya gadis itu menggerak-gerakkan tubuhnya menghabisi para lawannya.
Ia yakin, Paris sudah sangat lihai soal perkelahian, karena itu ia memilih tenang dan menonton. Sayangnya, Sehun mendapati gadis itu mulai kepayahan.
Seharusnya Sehun membiarkan saja mereka menghabisi Paris karena rasa benci yang ia miliki pada gadis itu. Tapi kembali lagi, jika Paris dihabisi mereka, maka empat pria yang tersisa itu tetap akan menghabisi nyawanya. Jadi Sehun pikir tidak ada salahnya saling membantu saat ini.
Akan tetapi, gerakannya malah terhadang oleh pistol yang baru saja diarahkan ke kepalanya. Mereka ini agen pembunuh, Sehun tahu pelatuk itu tak akan segan-segan ditarik jika ia bergerak sedikit lagi.
Bukannya terlalu takut mati, Sehun hanya tidak ingin meninggalkan dunia sementara orang-orang terkasihnya masih tidak jelas nasibnya dalam tawanan.
"Jangan sentuh dia," ujar Paris. "Dia milik pewaris utama Lee Company."
Sang pemegang pistol mendengus. "Siapa? Lee Jeno?"
"Keparat. Beraninya kau sebut nama petinggi tanpa hormat," desis Paris.
"Kami tidak peduli karena dia bukan lagi petinggi kami saat ini. Kami bekerja pada orang yang membayar kami."
"Ada apa ini? Dia milik Lee Jeno? Sejak kapan mereka berdamai?" tanya yang lain.
Paris terdiam. Otaknya berusaha mencari cela untuk melakukan perlawanan balik, namun nihil. Posisi Sehun membuatnya mati kutu.
Dor!
Saat Paris kira suara letusan itu berasal dari pistol lawannya, dugaannya salah. Pistol yang sejak tadi digenggam oleh si lawan terpelanting ke aspal disusul oleh sang pemegang yang terjatuh. Pria itu tertembak di bagian dada.
Paris menoleh dan mendapati Baekhyun yang entah sejak kapan ada di sana dengan motornya. Pria itu melangkah mendekat ke arah kerumunan.
"Bajingan!" umpat salah satu lawan.
Tanpa aba-aba, perlawanan kembali terjadi. Kali ini seimbang. Tiga lawan tiga.
Baik Paris, Baekhyun dan Sehun, semuanya ikut bergerak melawan yang tersisa. Sesekali mata Baekhyun dan Paris melirik pada Sehun yang ternyata lumayan bagus dalam bertarung.
"Siapa yang mengutus kalian?" tanya Baekhyun setelah mereka berhasil menumbangkan semuanya. Hanya satu orang yang masih mendapatkan kesadarannya sementara sisanya entah sudah mati atau hanya pingsan.
"Tidak akan kuberitahu meski kau membunuhku saat ini juga."
Sumpah para siswa Erebos memang tidak main-main. Saat menjalankan misi, haram hukumnya membongkar sebuah hal yang dirahasiakan.
Dengan kesal, Baekhyun menendang perut pria itu hingga tak sadarkan diri. Ia lalu merogoh saku jas orang itu dan menarik sebuah amplop berwarna merah gelap.
Baekhyun berdecak kesal setelahnya. "Exodus grup."
Paris mendengus. "Cari mati."
"Sudahlah. Kalian pulang saja. Biar aku yang melapor ke sekretaris Byun."
"Dia Ayahmu, bodoh." Paris memutar matanya kesal. Baekhyun kadang menjadi terlalu formal. "Aku ikut."
Sebuah sentilan melayang di kening gadis itu. Jari lentik Baekhyun adalah pelakunya. "Kau mau kemana di malam pertamamu begini?"
Paris tak bereaksi dengan godaan Baekhyun soal malam pertama. Gadis itu malah memasang raut datar kemudian menoleh pada Sehun.
"Kau pulang saja. Aku ada urusan."
KAMU SEDANG MEMBACA
NUMB
Fanfiction(Preview only) Selengkapnya bisa dibaca di Karyakarsa Hate me as much as you want, I'm numb to your pain. MATURE CONTENT (18+) Bahasa Story by: Skyspeare First publish on: 21 Juni 2018