Bagian 3 : What Is This?!

188 22 3
                                    

Aku membereskan barang - barang di atas meja kak Jeje. Aku menemukan sesuatu. Aku mengambilnya dan melihat apa. Ternyata sebuah contoh surat undangan!

Wah! Kak Jeje akhirnya akan menikah! Dengan siapa ya kira - kira? Apakah dengan perempuan yang diceritakannya beberapa hari yang lalu?

Aku menatap undangan itu lama. Perempuan itu pasti akan sangat beruntung menikah dengan kak Jeje. Kenapa aku jadi melow begini?

"Kamu kenapa sedih Kath?" tiba - tiba saja kak Jeje datang dan ia mengusap puncak kepalaku pelan.

"Ehm.. enggak kok kak.." aku kembali membereskan barang - barang kak Jeje.

"Jangan sedih Kath.. Matahari tidak suka melihatmu bersedih.." ucap kak Jeje.

"Apa hubungannya kak?" tanyaku. Aku tertawa geli mendengar celotehan enggak jelas ala kak Jeje.

"Ya.. Hubungkan saja Kath.." dia ikut tertawa karena hal tidak jelas yang dia ungkapkan.

"Kak selamat ya!" ucapku.

"Selamat? Untuk apa?" tanya kak Jeje bingung. Ia berhenti tertawa.

"Kakak mau menikah kan?" tanyaku.

Kak Jeje mengangguk. "Kamu tahu darimana?" tanyanya.

"Di atas meja ada contoh surat undangan.." aku menunjukkan surat undangan yang tadi aku temukan.

"Pernikahan kakak masih lama Kath.." ucap kak Jeje. "Tidak dalam waktu dekat.."

"Lalu kenapa kak Jeje sudah siapin contoh undangannya?" tanyaku.

"Aku masih harus menunggu dia di beritahu oleh kedua orang tuanya Kath.." ucap kak Jeje.

"Jadi kak Jeje di jodohkan?" tanyaku. Dia mengangguk. "Lalu bagaimana nasib perempuan itu kak?" tanyaku lagi.

"Aku di jodohkan dengan dia Kath.." ucap kak Jeje pelan.

"Wahh!! Selamat kak!" ucapku bahagia. Aku bahkan tersenyum lebar.

"Terima kasih Kath.." kak Jeje tersenyum.

"Kapan kakak menikah dengan perempuan itu?" tanyaku antusias.

"Secepatnya..." dia tersenyum misterius.

Aku jadi tambah penasaran siapa perempuan beruntung itu..

****

"Kath.. Kemarilah.." panggil mama.

Aku yang kebetulan lewat langsung duduk di samping mama dan menatapnya penasaran.

"Ada apa ma?" tanyaku.

"Besok malam Deven dan yang lainnya akan kesini. Kamu bisakan menggunakan dress yang sudah mama belikan di kamar?" tanya mama.

"Ada acara apa ma? Tumben.."

Bukannya kak Jeje akan bertemu dengan perempuan calon tunangannya ya? Tapi, kenapa mama malah mengundangnya kesini? Haish..

"Kamu enggak perlu tahu. Pokoknya kamu dandan yang cantik ya!"

"Hmm.. Iya deh ma.." aku akhirnya mengangguk setuju.

"Kamu jemput papa di bandara ya?" ucap mama lagi.

"Dengan siapa ma?" tanyaku.

"Dengan Deven. Sebentar lagi dia kesini.." jawab mama.

Tak lama setelah mama menjawab, suara klakson mobil terdengar. Itu pasti kak Jeje!

"Kath belum makan ma.." ucapku. Memang tadi rencana awalku adalah untuk makan siang. Aku sangat kelaparan.

"Nanti kamu bisa makan di bandara," ucap mama.

"Iya deh ma. Bentar ya ma, Kath mau ambil tas sama uang dulu di atas.." aku berjalan malas kemudian menaiki tangga pelan.

"Cepetan Kath! Kasihan Deven nunggu," perintah mama dengan teriakan.

****

"Kak Je.. Kath mau makan dulu. Kath belum sempat makan," ucapku sebelum turun dari mobil kak Jeje.

"Kenapa enggak bilang dari tadi?" tanya kak Jeje. "Kita bisa makan terlebih dahulu sebelum sampai disini,"

"Tidak perlu repot - repot kak Je. Disini banyak makanan cepat saji yang bisa Kath makan.." aku tersenyum lembut.

"Makanan cepat saji tidak baik untuk kesehatan Kath. Kurangi makan itu.." kak Jeje tersenyum juga.

"Iya deh.. Kath cuma lagi pengen aja makan cepat saji," ucapku.

"Ya sudah, ayo kita cari makanan buat kamu.." kak Jeje menggandeng tanganku dan menarikku.

"Papa.. Kath kangen," aku langsung memeluk papa erat. Papa juga balas memelukku dan menggumamkan 'papa juga'.

"Hai pa.." sapa kak Jeje.

Kak Jeje dan Fefe memang di suruh oleh kedua orang tua ku tidak memanggil mereka dengan sebutan 'om' dan 'tante'.

"Wah Deven.. Kamu tambah ganteng saja!" papa tertawa.

"Makasih pa.." kak Jeje tersenyum.

"Ngomong - ngomong.. Kalian berdua cocok kok.." ucap papa. Aku hanya menatap papa datar.

"Makasih pa.."

"Apaan deh pa.." ucapku datar.

"Serius.. Kalian beneran cocok. Papa harap saja nih ya.. Kalian menikah dan bahagia. Jangan lupa kasih papa cucu juga.." ucap papa di sertai senyuman.

"Kath masih tujuh belas pa. Kath masih belum siap menikah.."

"Jadi kamu mau menikah dengan kak Jeje?" tanya kak Jeje.

What?! To much today kak! Batinku berteriak marah. Ia bahkan sudah berteriak - teriak kesal dalam pikiranku.

"Bu-bukan gitu maksud Kath... lagian kak Jeje kan sudah di jodohkan dengan perempuan lain.." ucapku gelagapan.

Papa dan kak Jeje saling pandang. Aku semakin tak mengerti. Apa ada yang salah dengan ucapanku?

"Nanti papa pikirkan lagi untuk menikahkan kalian. Papa capek, ayo pulang.." ucap papa. Kemudian papa menarik tas kopernya yang besar.

"Biar Kath saja pa.." aku berusaha mengambil tas koper raksasa itu. Itu hanya kiasan saja.

"Tidak. Biar papa dan Deven saja yang mengangkat ini," ucap papa dan papa menangkis tanganku.

"Iya Kath.. Biar kak Jeje saja. Kamu buka pintu mobil saja. Nih.." kak Jeje memberikan kunci mobilnya padaku.

"Oke," aku menerimanya dan kemudian tersenyum. Kak Jeje tersenyum dan mengacak rambutku.

Perasaanku berdebar saat kak Jeje menyentuhku. Ada apa ini sebenarnya?

Doe niet vergeten klik ster, commentaar, en uitdelen aan je vriend. Hopelijk je believen. Ik gaan ontmoeten jullie in afdeling vervolgens. Tot ziens.. Ik hou van je!💖

Under 20Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang