"Kakak cantik deh.." ucap Xavier. Ia mengikatkan dasinya dan bahkan sudah lima belas menit ia tak kunjung selesai membuat simpul dasinya.
"Kamu bisa tidak sih mengikatnya?" tanyaku.
"Aku lupa bagaimana caranya kak.. Tolong ya kak.." Xavier memberikan dasinya padaku.
Aku menerimanya dan memasangkannya di lehernya. Mengikatkan simpul yang benar.
"Dek.. Tolongin gue masang.." teriak kak Daniel. Ia masuk ke dalam kamarku dengan sedikit urakan.
"Sabar ya kak.. Pasangin punya Xavier dulu.." ucapku. Aku mengikat simpul terakhir. "Nah selesai.." aku tersenyum.
"Mana kak.." aku meminta dasi merah yang kak Daniel pegang.
"Nih.." kak Daniel memberikan dasi merahnya. Aku menerimanya dan mengikatkan simpulnya. "Lo pasti bisa bahagia dengan Deven.."
"Aku masih tidak tahu bagaimana aku bisa memutuskan Alex," ucapku.
"Katakan saja kalau kakak tidak pantas lagi untuknya. Jika dia bertanya kenapa, bilang saja intinya kakak tidak pantas." ucap Xavier.
"Kamu tahu pacarku seperti apa Xavi.. Dia tidak akan mudah melepaskanku begitu saja," tanganku masih mengikat simpul dasi di leher kak Daniel.
"Kalau dia bertindak terlalu jauh, aku yang akan maju kak.." ucap Xavier.
"Terima kasih.." aku mengangguk dan tersenyum. "Sudah selesai kak.."
"Lo nanti akan menjadi istri dek.. lo harus bisa mandiri dan jangan manja lagi," ucap kak Daniel. Ia tersenyum.
"Iya kak.. Kalo nanti kakak butuh teman cerita, Xavi ada disini untuk kakak. Xavi bakalan dengerin semua cerita kakak.." Xavier memelukku. Aku balas memeluknya.
"Terima kasih.."
"Kalau lo nanti ada masalah, jangan sungkan buat cerita sama gue. Sebisa mungkin gue bakalan bantu lo.." kakakku juga ikut memelukku.
"Terima kasih kak.." aku mengangguk. "Gue belum nikah, kalian sudah begini. Kalau gue beneran nikah, kalian mungkin nangis kali ya.." aku tertawa.
"Enak saja! Xavi tidak akan menangisi sebuah kepergian kak!" ucap Xavier dan aku kembali tertawa.
"Kalian ini.. Lama banget, tamu sudah nunggu semua dibawah tuh.." ucap mama dari depan pintu kamar.
"Hehehe.. Sorry ma.." Xavier cengengesan.
"Ayo buruan turun.." ucap mama.
Aku berjalan perlahan. Berpegangan erat pada lengan kak Daniel. Xavier dan mama di belakang. Aku di depan dengan kak Daniel, berjalan perlahan menuruni tangga.
Semua mata langsung teralihkan padaku yang baru saja turun. Bisakah aku memiliki jubah tidak terlihatnya milik harry potter? Aku sangat ingin menghilang sekarang!
"Tuh calon tunangan lo sudah nunggu tuh dibawah.." bisik kak Daniel.
"Di saat gini, gue pengen punya jubah ajaibnya harry potter saja!" ucapku pelan.
"Hahaha.. Lo gila?" kak Daniel tertawa.
Kakiku sudah sampai di lantai terbawah bukan di tangga lagi. Kak Jeje menghampiriku dan tersenyum. Dia sangat tampan! Dengan jas formalnya yang berwarna abu - abu dan dipadukan dengan dasi hitam. Kak Jeje seperti dewa yunani!
"Ehem! Kok cuma di lihatin?" aku tersadar ketika mendengar suara seseorang. Aku hanya menunduk, menatap kakiku dan lantai. Mereka cocok juga ya? Pikiran konyolku mulai datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under 20
RomanceTHIS WORK PROTECTED UNDER THE COPYRIGHT LAWS OF THE REPUBLIC OF INDONESIA (UU HAK CIPTA RI NO 19 TAHUN 2002) DON'T COPY MY WORK. IF YOU COPY MY WORK, YOU WILL GET A KARMA. ALL OF THIS WORK JUST FICTION. NAME, WORLD, AND PROPERTY ON THIS STORY JUST F...