"Hai beb.." Aku mendongak ketika merasakan seseorang mengacak rambutku.
"Hai!" aku langsung tersenyum ketika melihat siapa yang menyapaku dengan senyuman hangatnya.
"Nanti jadi kan ikut aku ke Dufan?" tanya Alex. Dia duduk di hadapanku dengan membawa buku catatan kimianya.
Aku mengangguk mengiyakan. "Nanti pulang sekolah langsung?" aku bertanya.
"Iya, biar enggak kena macet di jalan," Alex mengangguk.
"Oke.." aku tersenyum dan kembali membaca novel yang tadi aku ambil dari rak buku di perpustakaan. "Tapi aku mau piket dulu hari ini," ucapku.
"Iya aku tahu kalau kamu harus piket setiap hari rabu dan jumat. Aku tunggu kamu di kantin aja," ucapnya dan aku mengangguk.
Tidak ada yang membuka suara. Alex masih belajar pelajaran pak Sapto yaitu Kimia dan aku sibuj dengan novel di tanganku.
"Pak Sapto ulangan loh beb," ucap Alex yang akhirnya membuka suaranya setelah sekian lama.
Aku mendongak dan menghentikan membaca. Menatap mata hitam pekatnya.
"Aku baru besok mata pelajarannya pak Sapto. Lagian nih ya, anak IPS yang di suruh belajar kimia, yang ada stres semua," aku mendengus kesal.
Dia malah tertawa karena mendengar celotehan kekesalanku. "Hahaha.. Enggak apa beb, aku ikhlas kok," ucapnya dengan tawa yang masih terdengar.
"Kamu ikhlas, aku enggak ikhlas sama sekali," ucapku datar.
"Hahaha... Kamu lucu beb," dia mengacak rambutku pelan namun berhasil membuatnya berantakan.
****
"Lo pulang bareng gue enggak Be?" tanya Fefe ketika menemuiku yang masih di dalam kelas dan melakukan piket yang rutin ku lakukan setiap hari rabu dan jumat.
"Gue mau jalan - jalan sebentar sama Alex," jawabku. Aku menghapus tulisan yang ada di papan besar.
"Kemana? Ikut dong!" pinta Fefe.
"Enggak Fe. Gue sama Alex mau menghabiskan waktu berdua dulu. Lagian sudah lama juga gue sama dia enggak kencan," ucapku.
"Halah.. Paling lo berdua juga ke Dufan. Enggak ada tempat lain apa?" tanya Fefe yang sepertinya bosan mendengar kata 'Dufan'.
"Entahlah. Gue suka Dufan dan Alex berusaha juga menyukai Dufan," aku tersenyum tipis.
"Lo berdua enggak bosen apa setiap kencan selalu ke Dufan?" tanya Fefe lagi.
"Baru empat kali juga kita berdua kencan disana," aku tertawa garing.
"Oh ya? Gue kira sudah ratusan kali," ucap Fefe yang sepertinya menyindir.
Aku hanya mendengus untuk menanggapi ucapan sindiran darinya. Aku masih sibuk menghapus papa yang tadi sempat aku hentikkan karena harus berbicara dengan Fefe.
"Ya sudah yuk.. Gue udah selesai nih," aku membereskan penghapus papan dan memasukkannya ke dalam laci meja guru.
"Ayo," Fefe langsung kembali semangat.
"Eh gue pulang duluan ya," ucapku pada keempat anak lainnya yang masih piket.
"Oke Kath. Hati - hati ya," ucap Roselyn.
"Oke," aku menggendong tas punggungku dan berjalan keluar kelas menghampiri Fefe yang sudah berjalan keluar kelas terlebih dahulu.
"Lo sampai jam berapa?" tanya Fefe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under 20
RomanceTHIS WORK PROTECTED UNDER THE COPYRIGHT LAWS OF THE REPUBLIC OF INDONESIA (UU HAK CIPTA RI NO 19 TAHUN 2002) DON'T COPY MY WORK. IF YOU COPY MY WORK, YOU WILL GET A KARMA. ALL OF THIS WORK JUST FICTION. NAME, WORLD, AND PROPERTY ON THIS STORY JUST F...