Bagian 9 : Wedding Day

214 22 0
                                    

"Kath bangun!" sebuah suara berhasil mengacaukan minggu pagi yang seharusnya kegiatanku hanyalah bermalas - malasan. Tapi ini mama malah mengacaukannya.

"Apa sih ma? Kath masih capek!" teriakku. Aku menutup wajahku dengan selimut. Mencoba menutup mataku, namun gagal karena seseorang menarik selimutku hingga terbuka dan tidak lupa membuka gorden kamarku.

"Silau ma.." gerutuku.

"Bangun Kath.." mama malah menggoyang - goyangkan tubuhku lumayan kencang.

"Ma ini masih minggu.. Kath masih mau tidur.." ucapku kesal.

"Hari ini tuh hari pernikahan kamu Kath!" ucap mama.

"Kan masih minggu depan ma.." gumamku malas.

"Iya ini minggu depan Kath! Ya Tuhan Kath! Kenapa kamu suka bikin mama emosi sih?!" omel mama.

Aku membuka mataku sedikit dan melihat kalender duduk yang sengaja di letakkan di nakas sampingku.

Dan benar! Tanggal hari ini aku lingkari dengan spidol merah! Oh Tuhan!

"Bisa enggak kalau Kath nikah diganti senin? Kath capek ma.." ucapku memelas.

"Kalau senin kamu sekolah Kath! Lekas bangun dan mandi!" perintah mama tegas.

"Mama mau enggak gantiin Kath?" ucapku dengan tawa kecil.

"Kamu mau mama coret dari KK?" mama bersidekap di depan pintu.

"Ya jangan dong ma.. Nanti Kath jadi anaknya siapa kalau mama coret," aku tertawa kecil.

"Ya udah makanya bangun terus dua puluh menit lagi ada penata rias yang datang," ucap mama tanpa jeda.

"Nafas ma jangan lupa," aku tertawa pelan.

"Sudah kamu mandi atau kamu mau mama mandiin?" mama menatapku tajam.

"Ya.. Dikira Kath mayat apa.." aku menggerutu namun mengambil handuk dan pakaian dari dalam lemari.

****

Penata rias yang mama maksud tadi, datang lima menit sesudah aku keluar dari kamar mandi.

Dan kalian tahu, mama benar - benar menghabiskan uang saja! Mama menyewa dua orang sekaligus penata rias artis yang bisa di bilang cukup terkenal dan jangan lupakan masing - masing penata rias memiliki asisten.

"Aduh cyin! Rambutmu itu sudah bagus! Enggak perlu di apa - apain lagi.." ucap kak Reno dengan suara lelaki namun lembek macam kertas di basahin.

"Hahaha.. Makasih kak.." aku tertawa kecil.

"Kamu yakin ingin menikah di usia yang masih muda ini?" tanya kak Ria yang bertugas mendandaniku.

"Iya kak. Tidak apa selagi aku masih bisa bersekolah," aku tertawa kecil.

"Kamu tidak.." aku tahu maksud ucapan kak Ria.

"Tidak kak. Aku tidak hamil," jawabku cepat. Aku tersenyum tipis.

"Oh maaf - maaf.. Kakak kira kamu sudah hamidun.." kak Ria tersenyum tak enak.

"Kalau aku hamidun, mungkin calonku sekarang sudah dibunuh oleh kedua saudaraku kak.." aku tertawa kecil.

"Eh iya.. Bener juga.."

"Maaf ya cyin.. Si mbak suka aneh - aneh kalau ngomong," ucap kak Reno yang suaranya terkesan kemayu.

"Apa salahnya memastikan.. Daripada gue mikir yang aneh - aneh," kak Ria sewot pada asistennya itu.

Aku hanya tertawa melihat pertengkaran kecil kedua orang berbeda sifat itu.

Under 20Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang