Bagian 7 : Maaf

181 22 4
                                    

Kemarin malam setelah aku dan kak Jeje kembali dari Dufan dan kami pulang kemalaman, aku terpaksa menginap di apartemen kak Jeje.

Pagi - pagi sekali aku harus pulang karena harus mengganti pakaian yang aku gunakan semalam dengan seragam.

Kak Jeje mengantarku dan sekarang masih belum membolehkanku keluar. Dia memang menyebalkan!

"Kak Je.. Kath sudah hampir telat kak.." ucapku memelas.

"Masih ada waktu dua puluh lima menit sebelum bel.." ucap kak Jeje.

"Ayolah kak.. Kath laper, mau ke kantin dulu.." ucapku lagi.

Memang tadi aku tidak sempat sarapan. Hanya mengambil roti di meja dan memakannya dengan cepat.

"Nanti kamu pulang dengan siapa? Kakak atau bareng dengan Fey?" tanya kak Jeje.

"Kath akan pulang sendiri dengan ojek online," jawabku dan langsung mendapatkan tatapan menakutkan dari kak Jeje. "Iya deh Kath bareng Fefe.." ucapku malas.

"Nah gitu.." kak Jeje tersenyum dan mengusap puncak kepalaku pelan.

"Sudah ya kak.. Kath sudah telat dan Kath lapar. Bye kak.." aku mencium pipi kanan kak Jeje dan segera keluar dari mobil.

"Eh non Kath sudah masuk.. Kemarin kemana saja non?" tanya pak Didit, beliau adalah petugas keamanan sekolah.

"Ada urusan keluarga pak.." aku tersenyum ramah pada pria paruh baya itu.

"Kemarin pacar kamu nyariin terus.." ucap pak Didit.

"Oh iya? Terima kasih informasinya pak. Kath mau ke kantin dulu ya.." aku tersenyum sebentar kemudian beranjak pergi setelah menerima jawaban iya.

"Hei beb.." sapa seseorang dan jangan lupakan rangkulan yang sudah melingkar di leherku.

"Ehm.. Hai.." sapaku. Aku memberikan selembar uang sepuluh ribuan pada penjual. "Terima kasih.." ucapku ketika menerima kembalian.

"Kamu kemana saja kemarin beb?" tanya Alex.

"Ada acara keluarga," jawabku. "Kamu sudah sarapan?" tanyaku.

"Sudah. Kenapa? Kamu belum sarapan lagi?" tanyanya. Aku mengangguk. "Tunggu disini," dia bergerak menghilang di antara kerumunan manusia yang mungkin sama kelaparannya seperti aku.

"Kamu ngapain?" tanyaku ketika Alex kembali membawa satu kantung plastik penuh dengan roti dan susu.

"Katanya tadi kamu lapar, nih buat kamu," dia memberikan kantung plastik itu padaku. Aku menerimanya.

"Makasih.." aku tersenyum karena melihat begitu banyak roti dengan varian rasa favoritku, cokelat.

"Dimakan itu beb.. Aku enggak mau kamu kurus," dia mencubit pipiku. Aku menatapnya sebal dan cemberut.

"Besok jalan yuk.." ajaknya.

"Kemana?" aku membuka bungkusan roti dan mulai memakannya.

"Dufan mungkin. Kamu kan hobi naik wahana ekstrem.." dia tersenyum.

Aku mengingat hari dan besok masih rabu. Dan itu tandanya masih sekolah. "Besokkan masih sekolah Jono.." ucapku kesal.

Aku masih memakan rotiku yang masih baru aku makan setengah.

"Pulang sekolahkan bisa Jubaedah. Aku denger dari guru - guru kalau besok itu kita pulang jam sebelas.." ucapnya dengan sedikit tawa.

"Kamu ngarang ya Jono?" aku tertawa.

"Yeee.. Jubaedah kalo dikasih tahu selalu gitu.." dia juga ikut tertawa.

"Hahaha.. Kamu aneh sih Jon.."

Under 20Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang