Bagian 14 : La Lune de Miel

164 11 0
                                    

"Tuh kan! Ini gara - gara kak Jeje!" omelku kesal ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul enam lewat dua puluh menit.

"Loh kok salah kakak sih?" kak Jeje bertanya santai. Ia bahkan berjalan santai seolah - olah saat ini masih pukul enam sore.

"Iyalah! Coba kalau kakak tidak meminta..." aku menghentikkan pembicaraanku, ketika kata - kata yang memalukan dan tidak pantas di dengar akan keluar.

"Kakak meminta apa?" tanya kak Jeje memancing.

Huh! Aku ingin menghilangkan pria ini saja! Menjengkelkan sekali jadi orang. Untung aku masih menyebutnya orang, coba kalau aku menyebutnya setan. Astaga dosa Kath memanggil suami sendiri setan!

"Enggak tahu lah kak," aku meninggalkan kak Jeje dan menekan tombol lift, menunggu pintu terbuka.

"Marah ya?" kak Jeje sudah berdiri di sampingku dan menoel - noel pipiku.

"Berisik kak!" ucapku kesal sambil menyingkirkan tangannya yang terus menerus menoel - noel pipiku.

"Ngambek mulu kamu.." kak Jeje malah tertawa. Tuh kan dia memang enggak jelas!

"Apaan sih kak? Enggak jelas banget!" ucapku kesal.

Ting!

Pintu lift terbuka. Aku segera melangkahkan kaki keluar, meninggalkan kak Jeje yang masih saja tertawa.

"Ayo kak cepet.." aku menatap kak Jeje yang masih berada di pintu masuk basement.

"sabar," kak Jeje membuka kunci mobil. Aku segera masuk dan menunggunya.

"Kamu enggak sabar banget ya ketemu mama?" tanya kak Jeje ketika dirinya sudah mendaratkan dirinya di bangku mobil.

"Iyalah kak. Aku sudah kangen sama mama," ucapku senang.

"Hanya mama?" tanya kak Jeje.

"Ehm.. Aku juga merindukan papa!" jawabku semangat.

"Kakakmu dan adikmu?" tanya kak Jeje lagi.

"Tidak. Mereka terlalu menjengkelkan untuk dirindukan," ucapku lagi.

Aku memasang seatbelt dan kak Jeje mulai menjalankan mobilnya keluar dari basement apartemen.

Kak Jeje masih fokus dengan jalanan yang ada di depannya. Aku hanya memperhatikan dan sesekali membalas pesan masuk yang dikirimkan oleh teman- temanku.

"Kak Je.." panggilku tiba - tiba.

"Hmm?" kak Jeje hanya berdehem. Wajahnya masih fokus menatap jalanan yang terlihat ramai.

"Aku mau makan es krim!" ucapku.

"Ini sudah malam, sayang.." ucap kak Jeje tanpa menoleh padaku.

"Tapi aku pengen.." ucapku lagi.

"Ya sudah nanti di supermarket kita beli es krim," ucap kak Jeje.

"Yeaayy makasih kak.." aku dengan reflek memeluk kak Jeje dan kak Je hanya mengusap puncak kepalaku pelan.

****

Mobil kak Jeje berhenti tepat di depan pintu utama rumah. Aku langsung melepaskan seat belt dan kemudian turun. Tentu saja aku tidak melupakan paperbag berisi makanan yang aku inginkan.

"Mama.. Kath pulang.." teriakku. Aku berjalan ke arah dapur untuk menitipkan es krimku agar tidak semakin meleleh.

"Dateng juga ini anak," ucap mama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Under 20Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang