Bagian 12 : Fight Together

147 16 0
                                    

Setelah tadi aku berlari keluar kantin, aku memutuskan untuk meminta surat izin sakit dan langsung pulang. Tidak pulang sih, cuma ke kantor kak Jeje.

Tentu saja kak Jeje kaget kenapa aku yang seharusnya masih sekolah, malah datang ke kantornya dengan mood yang sudah kesal dan ingin marah.

"Ada apa kamu kesini, Kath?" tanya kak Jeje.

Itulah pertanyaan pertama yang kak Jeje lontarkan ketika aku masuk ke dalam ruangannya.

Aku tidak menjawab dan langsung duduk di salah satu sofa, kemudian bermain ponsel dengan cuek.

"Kath.. Kakak bertanya padamu," kak Jeje terdengar kesal ketika melihat aku yang tidak menjawab pertanyaannya sama sekali.

"Kath.." panggil kak Jeje.

"Apasih kak? Kath sedang tidak dalam kondisi mood yang bagus," ucapku kesal.

Aku mendengar suara roda kursi yang berjalan dan diikuti dengan langkah kaki yang mendekatiku.

"Ada apa hmm?" tanya kak Jeje yang sudah duduk di sebelahku.

"Tidak apa kak," ucapku.

"Apa karena pacarmu?" tanya kak Jeje. Tangan kak Jeje mengelus rambutku pelan.

Aku melihat kak Jeje yang juga sedang melihatku. "Apa kakak tidak sakit ketika mengatakan hal itu?" tanyaku.

"Kakak pernah membaca suatu kutipan dalam bahasa jawa, isinya begini 'witing tresna jalaran saka kulina'. Kakak percaya bahwa itu akan terjadi dengan kehidupan pernikahan kita ini Kath," kak Jeje tersenyum.

"Apa kak artinya?" tanyaku.

"Cinta tumbuh karena terbiasa. Kamu akan jatuh cinta pada kakak ketika kamu sudah terbiasa dengan adanya kakak dan kamu menganggap hal yang kakak lakukan selama ini adalah adalah hal yang biasa dilakukan oleh seorang suami, bukan sebagai seorang kakak," ucap kak Jeje dengan senyuman.

"Kak.." panggilku.

"Apa?" kak Jeje masih mengusap rambutku dengan pelan, menatapku terus menerus.

"Maaf.." ucapku pelan.

"Untuk apa?" kak Jeje kembali bertanya. Dia menatapku bingung.

"Maaf karena Kath masih belum bisa memutuskan hubungan Kath dengan pacar Kath. Maaf karena Kath masih belum bisa jatuh cinta pada kak Jeje," ucapku dengan helaan nafas.

"Kath.." kak Jeje memanggil disertai senyuman, aku mendongak untuk menatapnya.

"Kakak tahu pernikahan kita begitu cepat dan kita menikah bukan dilandasi cinta. Tapi percayalah Kath, kakak juga akan belajar mencintaimu, kakak akan menjalankan kewajiban seorang suami, kakak juga tidak akan memaksamu agar cepat mencintai kakak. Kakak akan menunggu hingga akhirnya rasa itu muncul perlahan dengan manisnya. Kakak akan selalu menunggu saat - saat itu Kath," ucap kak Jeje serius.

"Apakah hingga sampai pernikahan kita sudah lama dan aku belum bisa mencintai kakak, apakah kakak akan tetap menunggu?" tanyaku.

"Kath.. Orang - orang memiliki batas kesabaran untuk menunggu. Ada yang sebentar dan ada yang lama sekali.." ucap kak Jeje dan langsung aku potong.

"Artinya kak Jeje akan bosan jika lama menungguku?" ucapku kesal.

"Dengar dulu," ucap kak Jeje dan membuatku langsung menutup mulutku.

"Kakak akan setia menunggu kamu jatuh cinta dengan kakak. Tidak perduli hingga kapan, kakak akan tetap menunggu. Percayalah Kath, kakak mulai nyaman dengan adanya kamu sebagai istri kakak, kamu membuat hari kakak semakin berwarna," kak Jeje tersenyum. "Kamu adalah kebahagiaan kakak," kak Jeje mengusap pipiku perlahan.

Under 20Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang