11

2.3K 324 48
                                    

Original by Chanie

enjoy!

.

-Polar Opposite-

11

.

.

Yoongi merasa gila.

Ya, gila. Dia merasa gila dengan kehidupannya sekarang. Oh, entah berapa puluh kali dia ingin sekali mengutuk dunia. Rasanya benar-benar gila. Yoongi ingin lompat dari atap rumah rasanya.

Bayangkan, ketika dia baru merasa lebih lega karena beberapa hari setelah pertama kalinya dimasuki dia tidak begitu tersiksa karena heat lagi, masalah baru justru muncul. Tentang mama? Jawabannya iya.

Mamanya, Taemin, tidak berfikir macam-macam ketika mendapati Yoongi masih bisa beraktivitas ringan saat masih masa heatnya, tidak seperti sebelumnya yang hanya bisa berbaring tersiksa. Tidak juga menduga kalau putra kesayangannya sudah menyerahkan kali pertamanya untuk dimasuki sang alpha, tentu karena dia yakin para pelayanannya itu tidak memberitahukannya. Hoseok, Wendy, dan Luigi. Yoongi sangat terselamatkan sebenarnya, masalah ini tidak menjadi rumit karena tidak ada campur tangan Mama.

Hanya saja, ah, dunia seperti tidak mengizinkan Yoongi untuk sedikit bahagia. Tepat selesai masa heatnya, Sang Mama kemudian mengumumkan sesuatu yang tidak terduga.

"Yoongi, kau sudah kenal dekat dengan Jungkook kan?"

Mulanya dia pikir ini bukan hal apa, maka dia hanya menggumam iya dengan santai saja. "Baguslah. Setelah ini, mama harap kalian akan semakin dekat sehingga saat pertemuan minggu depan—"

Yoongi meletakkan sendoknya seketika. "Kalian siap ditunangkan."

Boleh kalau Yoongi murka?

-Polar Opposite-

Yoongi kenal Jungkook sejak lama. Bahkan sebelum kuliah, dia sudah mengenalnya. Semenjak SMA, saat dia dan Seokjin sudah kelas dua dan kedatangan anak baru dari kelas satu yang langsung popular karena serba bisa. Badannya tinggi tegap, dengan paras rupawan. Jungkook waktu SMA memang masih terkesan unyu, tapi justru karena itu dia bisa dekat dengan Seokjin dan Yoongi.

Yoongi menganggapnya sebagai teman, sahabat. Seperti Seokjin, meskipun Jungkook itu alpha. Tidak sekalipun di pikirannya terlintas sisi alpha Jungkook yang membuatnya was-was. Dia menempatkan Jungkook seposisi dengan Namjoon juga, sama-sama alpha meski Jungkook lebih unyu.

Sekarang, mamanya justru memberitahukan berita gila. Bertunangan, katanya. Astaga, Yoongi benar-benar murka.

Baiklah, Yoongi memang sering bercanda akan tidak masalah jika Jungkook adalah alpha untuk urusan ini dan itu di depan mamanya. Karena memang Yoongi tidak pernah merasa terdominasi. Yoongi sama sekali tidak menyangka kalau mamanya bersikap terlalu jauh seperti ini. Rasanya gila, sumpah gila.

"Tapi, mama tidak ingin kamu tersiksa lagi, Yoongi. Mama memang pernah sepertimu, tapi mama juga yakin kalau heatmu lebih menyiksa. Kalian saling mengenal, dan kau pun sering merasa aman di dekatnya. Kenapa tidak kita teruskan saja, nak?" Yoongi mengernyit, tak setuju sama sekali. Iya, dia paham maksud mama juga karena rasa sayang padanya. Akan tetapi, masalah ini tidak semudah itu. Tidak, karena Yoongi bahkan tidak menyimpan rasa apapun pada Jungkook. Lagipula, dia sudah bertemu...matenya?

"Tapi, Yoongi tidak suka diatur seperti ini! Berhenti, Ma. Yoongi tidak ingin menyakiti. Yoongi ada kelas, permisi," sahut Yoongi tak kalah keras.

Yoongi memilih mengakhiri perdebatan, segera bergegas untuk berangkat. Sakit kepala akibat emosi tertahan dia abaikan. Pusing sekali, tapi berkebalikan dengan batinnya yang berdebar. Tadi, dia berpikir tentang mate. Haha, apa Yoongi merasa keberatan karena ini seperti menantang takdir?

Maksudnya, ya, Yoongi tiba-tiba harus bersiap untuk pertunangan dengan sahabatnya sendiri ketika dia baru saja digagahi oleh seorang alpha, mate-nya, yang menunda menandai. Tapi, jelas, bahkan Yoongi juga tidak merasa memiliki perasaan apapun pada alpha yang dia temui ini. Semua debaran masa heat tidak lagi teringat pagi ini. Tidak, tentu, serius. Yoongi bahkan merasa kesal kenapa dia mau-maunya digagahi—sebelum akhirnya ingat memang heatnya menyiksa sekali.

Yang jelas, bagi Yoongi, hubungan dengan alpha-matenya itu hanya sekedar simbiosis mutualisme. Sama-sama tempat pelampiasan. Kurang ajar memang pikiran omega ini. Lantas, kenapa mempertimbangkan mate ketika diminta bertunangan oleh Mama, tadi?

Dengan sedikit kesal, Yoongi pun membuka pintu yang sedikit terbuka dengan kaki. Hari ini dia hanya diikuti salah satu pelayan terdekat yaitu Luigi. Hoseok sibuk membantu mama untuk urusan perusahaan, sedangkan Wendy mengatur keadaan rumah.

"Sial, aku emosi," gumam Yoongi sembari berjalan gagah keluar rumah, menuju mobil yang terparkir yang akan dikemudikan Luigi. "Cepat, Lu, aku ingin enyah dari sini."

"Baik, Tu—" ucapannya terpotong, perhatian Yoongi pun teralihkan. Seseorang memanggil, membuatnya terdiam dan merasa rahangnya ingin jatuh.

"Yoongi-hyung!"

Min Taemin benar-benar niat untuk setiap rencananya. Yoongi sukses berteriak dalam hati. Jika saja bukan karena senyum manis dengan gigi-gigi kelinci yang dimiliki seseorang yang tengah menghampiri, lolos sudah kutukannya pagi ini.

"Oh, kupikir aku terlambat. Tadi pagi Mamamu memintaku menghampiri, katanya kau habis sakit. Jadi—"

"Bisakah kita berangkat sekarang? Kau tahu, aku sedang ingin makan orang," sahut Yoongi sukses membuat seseorang tadi meringis geli.

"Hehe, sabar-sabar, oke. Silahkan masuk—"

"Biar saya yang mengemudi, Tuan," sahut Luigi, lantas meminta kunci mobil dan bersiap ke kursi kemudi. Yoongi lantas mengikuti.

Mereka bertiga kemudian berangkat menggunakan mobil ini. Luigi yang mengemudi. Seseorang tadi duduk di belakang bersama Yoongi.

"Hyung, aku baru pulang dari..." Seseorang tadi mulai bercerita ketika ia pergi tanpa pemberitahuan beberapa hari yang lalu. Dia bercerita antusias, sedangkan Yoongi hanya memegangi keningnya. Kepalanya sakit, seperti mau mati.

"Dan kudengar Mamamu menghubungiku, tapi tidak bisa. Setelah itu Mamaku dan Mamamu beberapa kali bertemu, oh ini pamanku yang bercerita. Apa kau tahu sesuatu? Apakah kita ada kerja sama baru?"

Yoongi menghela napasnya, menoleh dengan malas. Seseorang itu mengerjap, mata bulatnya berbinar. Sangat manis. Oh, sungguh, jika saja tubuhnya tidak bermutasi seperti hulk, Yoongi tidak akan sepusing ini sekarang.

Bukannya menjawab, Yoongi malah balik bertanya. Sebuah pertanyaan yang membuat yang lebih muda sama sekali tidak paham maksudnya.

"Bisakah badanmu mengecil? Bisakah tubuhmu jadi imut seperti wajahmu? Bisakah kamu jadi yang lain selain alpha—" Yoongi bertanya seperti melafalkan rap tanpa nada. Ia kemudian menghela napasnya, sebelum badannya merosot dan berakhir bersandar di bahu yang lebih muda.

"—Wahai Jeon Jungkook?"




.

.

TBC

Hehehehehe Komen yaa

Polar Opposite (Taegi)Where stories live. Discover now