'S

3.4K 452 9
                                    

0.4
«※»

Hari demi hari berlalu. Tidak ada lagi yang membicarakan Jiyeon maupun pertemuan mereka di lokasi syuting. Lisa berjanji pada Jiyong untuk tidak menerima pekerjaan yang berhubungan dengan Jiyeon lagi dan untungnya Jiyong pun tidak perlu dengan Jiyeon lagi.

Sampai pada pagi ini, Jiyeon menghubungi Lisa. Mengajak gadis itu untuk betermu di cafe dekat gedung YG.

"Terimakasih karena kau sudah datang," ucap Jiyeon begitu berdiri berhadapan dengan Lisa di cafe itu. "Duduklah Lisa,"

"Kenapa mencariku Jiyeon?" tanya Lisa. Jiyong sedang sibuk di studionya bersama Big Bang dan Lisa punya kesempatan untuk datang kesana, selagi ia perlu berada di agensi hanya untuk menunggu Jiyong selesai dengan rekamannya.

"Memang ada alasan bagi sahabat untuk bertemu? Aku hanya merindukanmu," jawab gadis itu sembari terus tersenyum sampai Lisa menghapus senyuman itu dengan ucapannya.

"Kau sudah menerima kirimanku kan?" tanya Lisa, ia tidak ingin berbasa basi. "Aku tidak bisa menerima hadiahmu lalu mengudurkan diri seperti yang kau inginkan. Kau tau? Mengirim sekoper uang untuk membuat orang lain meninggalkan maianmu sudah tidak trend lagi sekarang, itu sudah kuno,"

"Hei jangan salah paham, aku tidak memintamu melakukan apapun, aku hanya memberimu hadiah karena sudah-"

"Bagaimana aku bisa mempercayainya? Setelah kau merusak persahabatan kita karena semua uang dan barang mewah yang kau berikan pada keluagaku agar aku meninggalkan Jiyong oppa?"

"Lisa-ya, aku minta maaf soal itu. Aku sangat menyesalinya tapi kau tau? Tidak ada yang dapat menolak uang dan kurasa kau masih saja tidak bijak seperti dulu," tutur Jiyeon, terdengar sangat memuakan bagi Lisa. "Jangan naif, kau dan keluargamu. Anniyo, kita semua pasti butuh uang. Dan saat itu aku hanya berniat membantu masalah keuanganmu," lanjutnya sembari terus tersenyum, sementara Lisa mati-matian menahan emosinya. "Kemudian soal menjauhi Jiyong, kau tau? Saat itu ku harap kau menganggapku sahabat dan sedikit berkorban untukku lalu dengan menjauhi Jiyong, kau tau bagaimana kami sampai putus waktu itu,"

"Ya. Aku sangat tau apa penyebab kalian putus saat itu," jawab Lisa sembari diam diam meremas celana jeansnya sendiri dibawah meja. "Apa kau ingin aku memberitau Jiyong oppa alasan sebenarnya kalian putus?" tanyanya, membuat ekspresi tenang di wajah Jiyeon sirna begitu saja. "Kita bersahabat? Bisakah kau berhenti mengatakannya? Aku muak mendengarnya. Ku beritau padamu, aku tidak pernah menganggapmu sebagai sahabatku hanya karena kau mengencani sahabatku,"

"Kau tau Lisa? Aku suka menonton drama," tutur gadis dihadapan Lisa yang tengah berusaha untuk tetap terlihat tenang. "Aku selalu menikmati setiap kali ada adegan menyiram air di wajah pencuri kekasih orang lain. Tapi itu tidak elegan dan pantas ku lakukan, iya kan? Jadi jangan memaksaku untuk melakukannya,"

Lisa tertawa, tawa sumbang yang terkesan meledek. Tawa yang terdengar meremehkan.

"Jadi kau datang hanya untuk ini? Ku ingatkan, Park Jiyeon, kau hanya masa lalu bagi Jiyong. Masa lalu yang sangat ingin pria itu lupakan. Jadi- anniyo, aku tidak akan memberimu saran apapun," ujar Lalisa setelah mengakhiri tawa sumbangnya. "Berusahalah, tapi jangan lupa kalau pria itu sudah berhenti mendambakanmu, jadi jangan terlalu berharap, kurasa tidak ada lagi yang perlu di bicarakan, jadi aku pergi dulu," tuturnya sembari bergerak bangun dan hendak pergi dari sana.

"Aku memintamu datang karena aku ingin bilang kalau malam ini aku akan pergi makan malam bersama Jiyong," balas Jiyeon setelah membiarkan Lisa yang bangkit dan hendak pergi melangkah menjauhinya.

Ah... jadi ini alasan Jiyong menyuruhnya pulang lebih awal...

"Kalau begitu, seharusnya kau datang nanti malam saja, untuk apa datang sekarang? Semoga makan malam kalian menyenangkan," jawab Lisa, yang kemudian melangkah kembali ke tempat kerjanya. Gadis itu melangkah dengan lesu begitu menginjakkan kakinya di dalam lift agensinya, begitu yakin kalau Jiyeon tidak dapat melihatnya lagi.

"Annyeonghaseyo Nona Park," sapa seorang pria dengan suara mempesonanya. Membuat Lisa menoleh dan menatap pria itu— Bobby.

"Ah annyeong," balas Lisa sembari memaksakan dirinya untuk tersenyum, berpura-pura baik, seperti kata Donghyuk.

"Apa anda ikut ke Jeju minggu depan Nona Park?" tanya Bobby, berusaha terdengar santai walaupun sebenarnya ia bukan seorang pria yang bisa dengan mudah bicara pada orang lain. Bobby tidak seahli Donghyuk dalam urusan membuat hubungan. "Eh, tentu saja ikut-"

"Ku dengar nilaimu yang tertinggi di tes kemarin, selamat," balas Lisa, yang sebenarnya sudah tau kalau Bobby juga akan ikut ke Jeju untuk belajar disana. Masa trainee menjadi masa terbaik untuk setiap orang mengambil semua pelajaran. "Ah... aku akan keluar di sini, sampai bertemu di Jeju minggu depan," sapa gadis yang langsung melangkah keluar begitu pintu lift terbuka di lantai 6. Bobby tersenyum kecut melihat punggung Lisa yang berjalan menjauh, padahal seharusnya Bobby keluar di lantai 5 tadi.

Bobby tetap di dalam lift sampai liftnya kembali ke lantai 5. Liftnya terus naik sampai kelantai 8, kemudian kembali terbuka lagi di lantai 6— dan Lisa lagi yang muncul di depan pintu lift itu. Namun kali ini Lisa berdiri disebelah Seunghyun, dengan tangan Seunghyun yang menggenggam pergelangan tangan Lisa. Bobby ingin menyapa, namun keduanya terlihat tidak sedang dalam suasana hati yang baik. Hanya ada Bobby dan seorang sekretaris CEO di dalam lift itu sampai Seunghyun dan Lisa memutuskan untuk masuk kedalamnya.

"Oppa, jangan-"

"Kenapa kau tidak pernah memberitau kami kalau wanita itu menghinamu?!" sela Seunghyun dengan nada tingginya. "Kalau kau tidak bisa memberitau yang lain, setidaknya kau harus memberitauku!"

"Itu bukan hal yang penting oppa, aku bisa menanganinya sendiri," balas Lisa, tetap dengan suara normalnya.

Tidak menyapa dan berpura-pura tidak disana adalah pilihan yang tepat, bagi Bobby dan sekretaris CEO.

Seunghyun menghela nafasnya. Melepaskan pegangannya pada Lisa kemudian melirik Bobby dan sekretaris CEO di bagian belakang lift.

"Hhh... tapi akan lebih baik kalau kau memberitau kami," tutur Seunghyun yang kemudian merangkul bahu Lisa dan membawanya untuk berbalik— menghadap pintu lift dan memunggungi dua penonton di belakang mereka. "Memberitauku," ralatnya sampai ia merasakan tangan Lisa yang melingkar di bagian belakang pinggangnya.

"Mianhae," bisik Lisa sembari merangkul pinggang Seunghyun.

Lift kembali terbuka di lantai satu, Lisa, Seunghyun dan sekretaris CEO keluar di lantai satu sementara Bobby kembali menghela nafasnya kasar. Melihat Lisa yang merangkul dan bersandar pada Seunghyun membuatnya membeku hingga tidak mampu bergerak bahkan ketika pintu liftnya terbuka di lantai 5.

«※»

Let's Meet After Midnight (New)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang