T

3.1K 417 13
                                    

0.8
«※»

Jika sudah jadi sangat emosional seperti sekarang, Jiyong tidak bisa bekerja. Namun Lisa lebih suka Jiyong yang seperti ini dibanding dengan Jiyong si playboy. Setiap kali Jiyeon dan ingatan akan Jiyeon merusak mood Jiyong sampai seperti sekarang, Jiyong akan sangat bergantung pada Lisa dan Lisa menyukainya. Sedikit keterlaluan namun Lisa suka cara Jiyong merengek padanya.

"Hyorin noona marah?" tanya Jiyong setelah Lisa mematikan panggilannya— untuk membatalkan janjinya pada Hyorin.

"Anniyo, Dami eonni akan menemaninya-"

"Noonaku?" tanya si pria manja yang kemudian langsung bergerak untuk bangun dan duduk di sebelah Lisa. "Noonaku mau menemani Hyorin noona mengurus dekorasi dan catering pernikahannya?"

Lisa mengangguk, tentu saja Dami mau menggantikannya. Dami menyukai Lisa. Sejak kecil Dami selalu ingin punya saudara perempuan lalu Dami bertemu Lisa— yang saat itu masih seorang gadis berusia 13 tahun yang menjadi muridnya. Lisa pun menyukai Dami, yang saat itu menjadi guru les privatnya— saat hidup Lisa dan keluarganya masih baik-baik saja. Sebenarnya Dami menjadi guru les privat untuk Lisa dan Rose, namun Lisa yang tidak secerdas Rose perlu waktu lebih lama untuk belajar, sehingga Dami lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Lisa. Saat itu Dami masih duduk di sekolah menengah atas, Dami menyayangi si kembar Park, sesekali mengajak keduanya ke rumahnya, sesekali juga mengajak kedua bocah itu untuk mengantar makanan ke dorm Jiyong dan teman-temannya.

Sayangnya, di suatu hari, orangtua Lisa dan Rose bercerai. Lisa tinggal bersama ayahnya di Seoul, sementara Rose pergi ke luar negri dengan ibunya. Perceraian itu membuat Lisa semakin dekat dengan Dami, perceraian itu membuat Lisa jadi semakin dekat dengan ayahnya dan perceraian itu membuat Lisa justru terperangkap dalam lingkaran Big Bang sampai sekarang. Selalu ada sisi positif dan negatif di setiap kejadian. Hanya dari sudut mana kita ingin melihatnya, melihatnya dari sisi positif dan menjadi naif, atau melihatnya dari sisi negatif dan menjadi ironi, atau melihat kedua sisinya dan menjadi realistis.

"Hanya dengan sebuah pesan darimu Dami noona mau menemani Hyorin noona?" tanya Jiyong sekali lagi, noonanya itu selalu sibuk setiap kali ia meminta bantuan tapi juga selalu punya banyak waktu luang kalau Lisa yang memintanya. Sebenarnya siapa adik Kwon Dami itu?

"Hm... Dami eonni mau menemani Hyorin eonni setelah membaca pesanku," jelas Lisa dengan nada bicaranya yang terdengar kesal. "Sekarang apa yang ingin kau lakukan oppa? Kau sungguhan tidak akan datang meeting dan membiarkan Seunghyun, Seungri dan Yongbae oppa yang memutuskan konsep final meetingnya? Bagaimana kalau mereka membuat konsep mabuk-mabukan? Ah bukan mereka, tapi Seunghyun oppa,"

"Yasudah mabuk saja," jawab Jiyong dengan nada bicara yang juga terdengar kesal. Pria itu kembali berbaring di sofanya, kembali memposisikan tubuhnya untuk berbaring dengan paha Lisa yang menjadi bantalnya. "Sebenarnya Dami noona itu noonaku atau eonnimu sih, kenapa dia pilih kasih begitu? Menyebalkan," gerutu Jiyong yang menjadi sangat sensitif untuk berbagai hal hanya karena pertemuannya dengan Jiyeon semalam.

Lalisa Park memutar bola matanya, lama-lama ia malas menanggapi gerutuan Jiyong yang semakin acak-acakan.

"Kau mau ikut denganku ke suatu tempat?" tanya Jiyong yang kemudian meraih tangan Lisa diatas perutnya dan membawa tangan lembut yang sudah banyak bekerja keras itu ke dahinya.

"Kemana?" tanya Lisa, sembari mengusap-usap dahi dan rambut Jiyong.

"Kamarku," jawab Jiyong tanpa berani menatap Lisa yang terlihat terkejut. "Aku sangat tahu kalau ini salah, sejak awal aku tau kalau ini salah tapi bisakah aku... bercinta denganmu pagi ini?"

Lisa terkejut, bukan karena itu pertama kalinya ia masuk ke kamar Jiyong. Bukan karena ini kali pertamanya ia bercinta dengan Jiyong. Melainkan karena Jiyong yang tiba-tiba saja bertingkah sangat sopan sampai bisa bertanya lebih dulu sebelum memulai rahasia besar mereka.

"Tidak," jawab Lisa yang kemudian menggeser duduknya untuk menjauhi Jiyong yang baru saja bangun setelah menyelesaikan ucapannya.

"Tidak? Bisa memberitahuku alasannya?"

"Kau tidak seperti Jiyong oppa yang aku kenal, kau- berbeda," jawab Lisa yang jadi sangat gugup karena sikap Jiyong. Lisa menghargai usaha Jiyong yang mencoba untuk memperlakukannya dengan sopan dan penuh hormat. Seakan Jiyong benar-benar menghormati Lisa yang hanya seorang asistennya.

"Maafkan aku," tutur Jiyong yang merasa sudah mengatakannya dengan tulus. Sayangnya, Lisa menangkap suara yang keluar dari mulut Jiyong itu sebagai suara seorang yang putus asa, suara seorang sedang sangat sedih karena baru saja kehilangan seluruh miliknya. Permohonan maaf Jiyong yang tulus justru melukai Lisa.

Lisa bersumpah ia selalu menikmati masa-masa emosional Jiyong, menikmati tingkah manja Jiyong setiap kali sakit hati seperti ini, bahkan menikamati momen-momen ketika Lisa menjadi tempat melampiaskan rasa marah Jiyong pada sesuatu yang baru saja terjadi. Namun kali ini Jiyong berbeda, ya Jiyong tetap manja seakan ia tengah merajuk pada ibunya, mengeluh sakit dan tidak ingin bekerja. Namun rasanya jadi sangat berbeda ketika Jiyong meminta izin untuk menyetubuhinya.

Rasanya jadi seperti melihat Jiyong yang putus asa karena Jiyeon dan melampiaskan rasa putus asa itu pada Lisa. Rasanya hampir sama menyakitkan seperti kalau Jiyong memanggil Lisa dengan nama Jiyeon— saking ia merindukan Jiyeon.

«※»

Hehe makasih pendapatnya sayang sayangku~ syukur deh kalau ada yang suka versi ini, hehe... yang belum suka, makasih udah baca sampai sini... semoga aku ga ngecewain kalian dan bikin kalian kabur dari sini ehehe

Aku usahain di part selanjutnya bakal lebih menarik! Makasih semangatnya~

Let's Meet After Midnight (New)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang