E

3K 404 7
                                    

0.7
«※»

Dong Yongbae, pria yang pernah membuat kelima sahabatnya panik luar biasa karena pesannya beberapa tahun lalu kini tengah bersiap untuk pernikahannya. Yongbae belum pernah berkencan sebelumnya, Min Hyorin adalah gadis pertama yang diciumnya, gadis pertama yang dikencaninya dan sebentar lagi akan menjadi gadis pertama yang di nikahinya.

Beberapa tahun lalu, saat grup chating belum bisa masuk kedalam layar handphone, Yongbae mengejutkan kelima sahabatnya. Membuat Seungri yang saat itu sedang beristirahat, Daesung yang sedang pergi ke Gereja, Seunghyun yang baru masuk ke studio seni bibinya, Jiyong yang sedang sibuk dengan lagunya dan Lisa yang sedang menemani Jiyong luar biasa panik karena mengkhawatirkannya.

"Tolong aku! Di lokasi syuting! Ada masalah besar disini sekarang!" begitu pesan yang saat itu Yongbae kirim pada kelima sahabat sejak masa sulitnya itu.

Siapa yang saat itu tidak terkejut? Bahkan Jiyong dan Lisa sampai buru-buru datang ke lokasi syuting saat itu.

Sialnya, begitu tiba disana dan menemui Yongbae. Kalian semua tau apa masalah yang mengganggu Yongbae? Yup! Tepat sekali. Masalahnya adalah Yongbae yang gugup luar biasa karena harus mencium model MV-nya. Siapa? Tentu saja Min Hyorin.

Siapa yang sangka pria yang tidak punya banyak pengalaman itu pada akhirnya menikah lebih dulu dibanding lainnya?

Tidak seperti Seunghyun dan Lisa yang tidak mudah puas. Tidak seperti Seungri dan Jiyong yang punya terlalu banyak tipe ideal. Tidak seperti Daesung yang mudah terombang-ambing, pada akhirnya, Yongbae-lah yang cepat mengambil keputusan untuk menikahi seorang gadis yang jadi cinta pertama dan cinta paling memuaskannya.

Bukan berarti Yongbae lebih baik dari lima orang lainnya. Keenam individu yang sudah mulai berteman sejak 14 tahun lalu itu punya pertarungan yang berbeda, punya masalah yang berbeda, punya pengalaman yang berbeda. Terlalu berbeda sampai akhirnya mereka bisa membentuk sebuah gambar indah dari potong puzzle yang saling melengkapi— perbedaan yang saling melengkapi. Big Bang tidak akan debut tanpa salah satu membernya dan Big Bang pun tidak akan debut tanpa semangat dari seorang gadis yang rajin datang untuk menghibur kelimanya. Tanpa kehadiran Lisa di tengah Big Bang, mungkin sekarang lima pria itu sudah menjadi pengunjung tetap rumah sakit jiwa.

"Jadi, bagaimana pertemuanmu semalam oppa? Dengan gadis mana?" tanya Lisa yang pagi ini datang ke apartement Jiyong seperti biasanya— membuka pintu, membuka tirai, membangunkan Jiyong dan mengurus segala keperluannya. "Semalam aku makan bersama Seungri dan Seunghyun oppa,"

"Makan malammu menyenangkan?" jawab Jiyong yang pagi ini sedikit sakit, sedikit demam.

"Seperti makan malam biasanya, tentu menyenangkan karena Seungri dan Seunghyun oppa terus bertengkar," jawab Lisa, sangat tau kalau Jiyong sedang tidak ingin ditanyai soal makan malamnya semalam.

"Kenapa mereka bertengkar?"

"Seungri oppa punya kekasih baru lagi, Seunghyun oppa mengejeknya playboy dan Seungri oppa membalas dengan bilang kalau Seunghyun oppa hanya iri karena dia kesepian,"

"Lalu yang akhirnya terjadi?"

"Tidak ada, Seungri oppa mengantarku pulang setelah lewat tengah malam,"

"Jangan selalu pergi bermain sampai lewat tengah malam Lisa," tegur Jiyong dan Lisa hanya mengabaikannya. Gadis itu selesai dengan isi tas Jiyong yang perlu di susun kemudian duduk di ruang tengah, menunggu Jiyong selesai merokok di depan pintu kaca pembatas ruang tengah dan balkon. Terlalu dingin untuk melangkah ke balkon.

"Hari ini tidak ada jadwal apapun selain meeting untuk konsep MV We Like To Party di Jeju pekan depan dan Yang Sajjangnim memintamu untuk mengurus beberapa lagu. Aku sudah mendownload lagu yang Sajjangnim kirimkan dan menyimpannya dalam flashdisk, sudah ku masukan kedalam tas,"

"Hm... baiklah, kau akan pergi ke suatu tempat hari ini?" tanya Jiyong, karena tidak biasanya Lisa memberitau dimana ia menyimpan keperluan Jiyong seperti barusan.

"Ya, aku akan membantu Hyorin eonni mengurus masalah dekorasi dan catering pernikahannya, Yongbae oppa memintaku membantunya dan kebetulan-"

"Kau tidak lelah?" potong Jiyong yang kemudian berbalik, mematikan rokoknya di asbak di atas meja kemudian terus mendekat untuk duduk di sebelah Lisa. "Kau tidak lelah terus mengurus kami berlima? Sudah lebih dari 10 tahun kau terus mengurus kami,"

"Waeyo? Apa terjadi sesuatu?" tanya Lisa, gadis itu menduga semalam telah terjadi sesuatu hingga Jiyong jadi terlihat sangat emosional begini. Jiyong terdengar ingin memberitau Lisa kalau ia lelah. "Aku tidak lelah, aku tidak mengurus kalian berlima,"

"Kau selalu melakukan semua yang kami minta," tutur Jiyong bersikeras dengan pendapatnya. "Apa namanya kalau bukan mengurus kami?"

"Aku hanya mengurusmu karena aku asistenmu oppa," Lisa masih terdengar sangat lembut dan Jiyong mulai menunjukan perasaannya yang tertahan. "Untuk yang lainnya, aku membantu mereka karena aku bisa membantu dan karena mereka sahabatku. Tidak sulit kan mengurus dekorasi dan catering setelah bertahun-tahun aku memperhatikanmu mengurus konsermu?"

"Kau terlalu banyak bekerja, 6 tahun terakhir ini, aku merasa kau terlalu banyak bekerja Lisa,"

Jiyong menyentuh bahu Lisa, membuat gadis yang sebelumnya tidak menatapnya kini menoleh dan tatapan mereka akhirnya bertemu. Satu hal yang Jiyong ingat adalah Lisa terlalu pandai berpura-pura baik— seperti kata Donghyuk.

"6 tahun ini kau sudah banyak bekerja, aku tidak tahu apa yang kau cari. Uang? Atau kesibukan? Kau masih harus membayar hutang appamu? Atau kau masih belum bisa melupakannya? Kau bilang semua hutangnya sudah kau lunasi, kau tidak membiarkan kami membantu. Kau bilang kau sudah melupakannya, kau juga tidak membiarkan kami membantu. Tapi kau terus membantu kami berlima, apa kau tidak lelah? Terus menjadi tempat sampah kami berlima?"

"Kenapa oppa bertanya begitu? Oppa takut aku lelah dan melarikan diri?" tanya Lisa, dengan perlahan tangannya bergerak meraih bahu Jiyong, perlahan menarik pria itu agar berbaring di sofa berbantalkan pahanya. "Ada yang mengganggu pikiranmu oppa? Kau mau memeriksakan keadaanmu kerumah sakit? Sepertinya kau demam,"

"Sepertinya, aku ingin berhenti berkencan sepertimu saja," ucap Jiyong setelah menghela nafasnya dan menahan tangan Lisa agar tetap berada di dahinya. "Semalam aku bertemu dengan Jiyeon, aku bertanya alasannya meninggalkanku waktu itu tapi dia bilang... dia butuh waktu, jadi aku memberinya waktu,"

"Kenapa oppa bertanya sesuatu yang tidak bisa oppa tangani?" tanya Lisa sembari mengusap lembut dahi Jiyong. Kali ini ia bukan asisten Jiyong, kali ini Lisa duduk disana sebagai seorang sahabat yang selalu bisa mendengarkan keluhan-keluhan Jiyong. Atau mungkin kehadirannya punya makna yang berbeda dari hubungan persahabatan. Tidak pernah jelas.

"Aku ingin mengetahuinya,"

"Dasar kekanakan," balas Lisa yang kemudian menyentil pelan dahi Jiyong. "Seorang yang sudah dewasa pasti tau mana yang baik dan tidak, seorang yang sudah dewasa tidak akan bermain-main dengan sesuatu yang tidak baik untuk dirinya sendiri. Kenapa oppa justru bermain-main dengan sesuatu yang akan melukaimu? Kekanakan," tuturnya sebelum Jiyong sempat berkomentar.

"Aku justru menanyakannya karena aku sudah dewasa," balas Jiyong yang kemudian menggenggam jemari Lisa dengan tangannya yang terasa sedikit dingin. "Aku tidak bisa terus seperti ini, mengetahui alasannya akan membuatku bisa mengambil keputusan untuk memaafkannya atau tidak, mengetahui alasannya bisa membantuku menentukan sikapku untuknya,"

"Oppa masih mencintainya?" tanya Lisa namun Jiyong sama sekali tidak menjawabnya. Hanya diam di posisinya tanpa berani menatap Lisa. Jiyong masih mencintainya.

«※»

Let's Meet After Midnight (New)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang