2.1
«※»Tidak ada yang mengerti, kenapa Jiyong menjadi sangat marah ketika mengetahui kalau Lisa menyembunyikan rahasia besar darinya. Sudah bertahun-tahun, tepatnya sekarang tahun keenam Jiyong tidak berani memberitahu Lisa bagaimana perasaannya karena masih merasa dalam bayang-bayang Jiyeon. Jiyong takut mendekati Lisa karena takut Lisa merasa menjadi pilihan kedua setelah Jiyeon. Jiyong tidak pernah mengutarakan perasaannya karena ia pikir ia bisa membuat Lisa di labeli sebagai perebut pria orang lain— karena selama ini ia benar-benar percaya kalau putusnya hubungannya dengan Jiyeon murni karena Jiyeon cemburu pada Lisa.
Terdengar seperti alasan, karena itu memang alasan—— alasan kenapa Jiyong tidak sanggup mengungkapkan perasaannya.
Sementara itu, sementara Jiyong tengah dimarahi Seunghyun dan bingung mencari Lisa, Lisa justru tengah berdiri di depan sebuah pintu. Si gadis yang marah, dengan bodohnya berjalan di trotoar pada tengah malam, sembari terisak sendirian. Si gadis yang marah dengan tanpa sengaja justru mengundang segerombolan remaja pengangguran untuk mengganggunya. Ada sekitar 4 pria berusia awal 20 tahunan yang menghampirinya di tengah perjalanan. Tentu mereka tertarik untuk memperkosa Lisa, namun gadis itu tidak cukup marah sampai ia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Lisa berhasil melarikan diri, namun segerombolan remaja itu pun berhasil merebut tasnya— tas jinjing dengan handphone dan sebuah kartu ATM kemudian beberapa lembar uang tunai serta beberapa benda tidak bernilai lainnya.
Kini Lalisa berdiri didepan sebuah pintu, dan menekan bel pintunya. Tempat itu adalah tujuannya? Bukan, hanya saja apartement itu adalah tempat terdekat yang bisa ia datangi dengan berjalan kaki.
"Apa Yoongi di dalam?" tanya Lisa begitu melihat member termuda BTS membukakan pintunya.
"Hyung! Yoongi hyung! Cepat kesini!" serunya setengah panik karena melihat gadis yang pernah hampir mendorong Yoongi dari balkon berada di depan pintu dorm mereka. "Hyung! Cepat!"
"Antarkan aku pulang," pinta Lisa begitu melihat Yoongi, Jimin dan Taehyung datang ke pintu depan. Gadis itu terlihat berkeringat dengan tangan dan kaki yang gemetar— tentu Lisa takut setelah hampir di perkosa.
"Ada apa denganmu? Kau datang sendirian?" tanya Yoongi yang kemudian mendorong Jungkook menjauh dan menghampiri Lisa. Pria itu hendak menyentuh bahu Lisa namun Lisa lebih dulu bergerak mundur menghindarinya.
"Antarkan aku pulang, tolong," pinta Lisa sekali lagi sembari merapatkan mantel coklatnya. "Aku- beberapa orang mendekatiku dan mengambil tasku dan semua isinya, hanya ini yang ku punya," tambahnya sembari mengeluarkan dua keping koin 50 sen dan memberikannya pada Suga. Taehyung yang pertama kali sadar dan dengan sigap ia bergerak mengambil mantel, topi, handphone dan kunci mobil kemudian memberikannya pada Suga.
"Kau punya waktu sampai jam 9 besok pagi hyung," bisik Taehyung ketika Yoongi menerima mantel dan kunci mobilnya.
"Terimakasih," ucap Lisa sembari menunduk sopan kemudian berjalan lebih dulu menjauhi pintu apartement itu. Yoongi mengikutinya setelah bertukar tatap dengan teman-temannya, berpamitan melalui beberapa detik saling tatap.
"Kau sudah memblokir-"
"Belum," potong Lisa yang kemudian masuk kedalam mobil yang pintunya baru saja Yoongi bukakan untuknya.
"Nomor telponmu masih nomor telpon lama?" tanya Yoongi sekali lagi dan Lisa mengangguk setelah benar-benar duduk di kursi penumpang bagian depan. Yoongi menelpon operator penyedia layanan telpon Lisa, meminta nomor telpon gadis itu di blokir, melakukan hal yang sama pada ATM Lisa. "Bagaimana dengan email di handphonemu?"
"Masih email yang lama," jawab Lisa sementara Yoongi dengan sigap membuka email gadis itu, memintanya menghapus file di handphone Lisa melalui alamat emailnya. Bersyukurlah karena sekarang teknologi semakin canggih. "Terimakasih," ucap Lisa sekali lagi dan Yoongi hanya menutup pintu mobil di sebelah Lisa kemudian melangkah ke pintu di sebelah kursi pengemudi.
"Kemana kau mau aku mengantarmu?"
"Ingin minum-minum bersamaku?" ajak Lisa, membuat Yoongi benar-benar tidak percaya dengan keadaan yang sekarang terjadi. Seingatnya, Lisa sangat membencinya. Seingat Yoongi, Lisa sangat kecewa padanya, pada Min Yoongi sekaligus pada Suga. Kecewa karena Yoongi yang di kencaninya ternyata memanfaatkannya dan kecewa karena Suga yang di idolakannya ternyata tidak sepenuhnya jujur.
Lisa dan Yoongi akhirnya berakhir di sebuah kedai yang tidak jauh dari dorm BTS. Sebuah kedai kecil yang menjual beer, soju, soda dan beberapa minuman serta makanan ringan biasa. Bukan kedai minuman mahal yang mungkin akan Jiyong datangi, bukan night club berisik yang menjadi tempat main Jiyong dengan teman-temannya. Siapa yang akan menduga si dingin dari BTS dan asisten artis terkenal yang bahkan sudah punya penggemarnya sendiri akan minum bersama di kedai biasa yang sedang sepi?
"Apa terjadi sesuatu?" tanya Yoongi dengan sangat berhati-hati setelah Lisa menenggak habis segelas beernya.
"Tidak,"
"Tidak biasanya kau datang menemuiku,"
"Aku tidak punya pilihan lain," jawab si gadis setelah memesan segelas beer lagi. "Hanya tempatmu yang dekat dari sini," lanjutnya Lisa sembari menunjuk empat pria di minimarket sebrang jalan yang baru saja membuang tas Lisa di sebelah tempat sampah— setelah menguras isinya.
"Mereka yang- kau mau aku melaporkannya?"
"Anniyo, tidak ada yang penting disana, hanya satu handphoneku dan ATM,"
"Di handphonemu ada banyak hal penting bukan?"
"Di handphone itu tidak, hanya ada nomor telpon eomma dan Rose disana, handphone baruku dan handphone kerjaku sedang ku charge di rumah,"
"Kau punya handphone baru? Pantas saja sulit menghubungimu," ucap Yoongi, benar-benar canggung karena sudah bertahun-tahun keduanya tidak saling berhubungan. Kalau di pikir-pikir, Lisa harusnya bersyukur karena BTS tidak pindah dorm.
"Ku dengar kau akan menikah, Yoojung menemuiku, selamat," ucap Lisa, mengabaikan ucapan Yoongi dan terus mengisi lambung kecilnya dengan beer. Memasok alkohol kedalam darahnya agar ingatan akan kasarnya ucapan Jiyong melebur terbawa alkohol dan pergi dari kepalanya. "Aku benar-benar memberimu selamat,"
"Seharusnya aku berterimakasih atas ucapan selamatmu, tapi aku tidak benar-benar senang," jawab Yoongi. Pria itu menenggak habis beernya, juga ingin meleburkan ingatan menyakitkan dan membuangnya dari kepalanya. "Kami di jodohkan, dan kalau memungkinkan, aku benar-benar ingin membatalkan perjodohannya,"
"Klise sekali... setelah menikah dan melakukan malam pertama, kau pun akan menyukainya,"
"Kau masih saja sangat dingin," komentar Yoongi yang sebenarnya juga dapat di kategorikan sebagai pria dingin.
Lisa mengabaikannya. Gadis itu hanya fokus pada beer-beer di gelasnya, fokus agar rasa sakit di dadanya segera lenyap. Namun rasanya, bukan hanya rasa sakit yang lenyap, ksadarannya pun mulai lenyap.
«※»
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Meet After Midnight (New)
FanfictionJ : Sudah berapa lama? L : entahlah, maafkan aku J : baiklah, ayo bertemu saja dulu. L : besok pagi? J : setelah tengah malam