1

117 12 2
                                    

Menghilanglah di hati, asal kau tetap menetap di bumi. Hanya itu.

Tidak ada yang lebih sesak dibandingkan dengan pertemuan singkat yang membekas. Baru kemarin kita bertemu, baru kemarin kita saling mengenal, dan kini kau tak akan menampakan diri lagi. Seperti senja yang datang hanya di sore hari karena seruan takdir, begitupun kamu yang datang hanya sekejap karena seruan takdirMU juga.
"Tenang, saya tidak akan pergi lama. Sesekali saya akan mampir ke tempat ini". Begitu katanya. Kalimat penenang untuk rindu yang akan datang dan berkepanjangan. Hey apa katamu? Kau bilang sesekali? Sesekali itu hanya akan penambah lara bukan pengobat lara. Bukan maksudku membencimu yang akan menjengukku sesekali, tapi sesekali itu hanya waktu yang singkat bahkan lebih singkat dari pertemuan kita sebelum kita berpisah. Jika aku mengingat, aku akan semakin merindu. Jika aku merindu, aku akan sangat menyedihkan. Jadi tolong jangan buat aku mengingatmu agar aku tidak merindukanmu dan membuatku bersedih. Datanglah kepadaku dengan kabar gembira, berjumpa denganku untuk selamanya.

Sudah kulewati jum'at ke-4 tanpa sosokmu. Aku masih terngiang akan hadirmu, terbayang wajah sendumu, senyum sejukmu dan semuanya tentangmu. Aku tahu aku berdosa sudah mengangumi makhlukMU dengan tanpa ikatan. Namun percayalah sebetulnya aku tidak menginginkannya, hanya saja rasa ini fitrah dariMU.

Saat itu, saat kau masih menampakan wajahmu dihadapanku. Aku masih terbayang saat kau melewatiku dengan sarung dan pecimu sebagai perhiasan yang menghiasimu, ahh iya senyummu juga yang menyejukan. Saat itu aku hanya tertegun 'masih adakah laki-laki yang sibuk sepertimu untuk menyempatkan shalat jum'at dan 5 waktunya'.
"Lebih baik Allah cepat mengambil umurku jika umurku bermanfaat. Daripada Allah panjangkan umurku dengan umur yang tidak bermanfaat dan berbuat maksiat, bukankah itu hanya akan menambah dosa". Pendapatnya seolah-olah menyihirku untuk terus berfikir tentangmu. Tentang dirimu dengan iman dan taqwamu juga tentangNYA yang menciptakan makhluk yang memabukan seperti dirimu.
***

Drrrttt..drrttt.. ponselku membangunkan tidurku. Beruntung saat itu tidak ada dirimu yang mampir dalam imajinasiku. Jika iya ada, sungguh bunyi ponselku sangat menggangguku. Maka dengan cepat aku membuka layar ponselku dan tertera 1 panggilan tak terjawab juga 1 pesan yang tertinggal dari nomor yang tak ku kenali.
"Assalamualaikum, De berangkat pagi ya!".
Sebuah pesan whatsapp masuk. Aku terus membacanya berulang kali sampai aku hitung kira-kira ada 7 kali pengulangan. Nomor siapa ini? Rasanya aku baru melihatnya. Pekiku dengan ponsel masih kugenggam.

Tanpa kusangka dan kuduga aku membalas pesannya dengan jawaban 'iya' bodohnya aku. Aku berpositif thingking dengan mengatakan bahwa pesan itu dari lira teman kampusku yang mengganti nomornya. Dia menyebutku 'De' sebagai panggilannya karena dia setingkat lebih tua dariku. Aku mengenalnya saat membeli buku di gramedia dekat kampusku kebetulan dia juga satu kampus denganku juga satu kelas, makanya dari situ kami mulai akrab.

Kemudian aku beranjak dari tempat tidurku untuk bersiap-siap pergi ke kampus.

Menyusuri jalanan paling lengang, embun pagi menghiasi kaca mobil yang kunaiki bersama supir umumku. Dikaca yang mengembun sengaja ku tuliskan 'ana uhibbuka fillah' . Entah datang darimana, rasanya aku sangat ingin menuliskan kalimat tersebut. Aku mengetuk-ngetukan atap mobil dan 'kiriii'. Aku berhenti didepan gedung tinggi yang tak lain dan tak bukan adalah kampusku. Universitas Pancasila Indonesia kampus kebanggaanku.

Namun ada yang aneh dari kampus ini, rasanya kampus ini sangat sepi bahkan hanya ada semilir angin yang setia menemaniku. Dan aku baru tersadar saat aku melihat jam tanganku yapss masih pukul 06.20 pagi. Pantas saja masih sepi karena hari masih terlalu pagi. Kampusku biasanya akan memulai pelajaran pada pukul 07.20 pagi. Aku terus merutuki diriku sendiri karena mengiyakan pesan yang entah dari siapa? Yang jelas aku diharuskan untuk berangkat pagi dan aku tidak menolak.

Aku terus menyusuri kampus tanpa arah dan tanpa tujuan. Untuk menghilangkan kejenuhan menunggu ramainya kampus, akhirnya aku pergi ke perpustakaan kampus karena tempat ini juga salah satu tempat favoritku.

Perpustakaan ini letaknya bersebelahan dengan taman hidroponik. Beruntung kali ini yang piket perpustakaan adalah bu Midah. Setidaknya aku berduaan dengan perempuan di dalam ruangan yang dilarang akan kebisingan suara.

Aku tersenyum menyapa bu Midah yang dibalas dengan senyumannya juga.
"Assalamualaikum, selamat pagi bu".
Bu Midah menjawabku dengan anggun "Waalaikumsalam, iya pagi juga".
Bu Midah menatapku heran kemudian dia menghetikan aktifitasnya sejenak yang sedang merapihkan meja kerjanya kemudian bertanya padaku.

"Kamu lagi ada janji ya diruangan ini? Sampai harus berangkat pagi buta begitu" bu Midah tersenyum penuh arti.

Aku bingung harus menjawab apa 'kalo iya ada janji, aku bingung dan gatau ada janji dengan siapa? '. Sejurus kemudian aku mengulangi kebodohanku.

Aku tersenyum kikuk menanggapi pertanyaan itu dengan jawaban " ahh i-ya ada janji".

Bu Midah hanya menganggukan kepalanya dan lagi-lagi ia menampakan senyum yang penuh artinya itu.

Aku mencari-cari buku hukum karena aku mengambil hukum. Disaat aku sedang mencari buku, tiba-tiba aku dikejutkan dengan sesosok laki-laki yang sedang tersenyum kepadaku. Jantungku terasa ingin keluar saat ini juga saat aku melihat pria tersebut entah kenapa. Dia kemudian memberikan buku yang kucari.

Siapa dia? Siapa pria tersebut? Wkwk tunggu yups part-part selanjutnya.
Jangan lupa vomennya yak😀
Jangan lupa follow juga ig : @elsmnh

Don't Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang