Surat ini, didikasikan kepada, Mbak Riska, Mbak Arie, dan Ibu Santi.
Masuk ke dunia kerja, sedikit memberiku ketakutan, terlebih, aku baru pertama kali masuk ke dalan perusahaan besar dengan usia baru delapan belas tahun.
Aku bertemu orang baru, dari Bapak-bapak, Ibu-ibu, Mas-mas dan Mbak-mbak.
Satu yang membuatku tertarik di tempat kerjaku, namanya Mbak Riska, bukan karena aku jatuh cinta dengan dia.
Tapi, karena satu sapaannya dari telpon, aku bisa menebak kami bisa berteman dengan baik.
Kami berbeda tempat, tapi tetap dinaungi satu perusahaan yang sama.
Aku di cabang B, dia cabang A.
Kantor cabang kami dipisahkan oleh lautan.
Selang beberapa waktu, kami bertukar pesan, aku senang, karena aku bisa menghubunginya tidak hanya lewat telpon kantor, aku senang bila aku tidak bisa mengerjakan pekerjaanku, aku datap langsung menelponnya, meminta penjelasannya sebelum aku menelpon atasanku.
Dia ramah, baik dan pintar.
Dua bulan aku bekerja di perusahaan ini, aku dipanggil ke kantor pusat, bukan hanya aku tapi seluruh admin, perusaahaan di mana aku bekerja di seluruh Indonesia dipanggil di ke kantor pusat.
Dan ada Mbak Riska!
Di situ pertama kali kami bertemu, benar dugaanku, dia sangat baik.
Dia mau dorong troli yang isinya koper aku dan koper dia waktu di Bandara, tanpa gantian!
Dia benar-benar baik banget.
Sampai tiga hari aku di Jakarta, sama dia sama Admin lainnya.
Sayangnya aku gak pernah foto bedua dengan dia huhu.
Semoga nanti bisa ketemu sama dia lagi.
Sekarang, Mbak Riska sudah tidak bekerja di perusahaan yang sama denganku, aku awalnya sedih, bagaimana ya walau pun dia itu beda kota denganku, aku merasa dekat dengan dia terlebih zaman semakin canggih sekarang.
Ini sumpah jadi melow banget wkwkwk, kembali lagi, hidup memang harus begini, ada yang datang ada yang pergi, ada yang berjumpa, ada yang berpisah, ada yang hidup ada yang mati.
Bagaimana pun nantinya semoga Mbak Riska selalu bahagia dan panjang umur.
**
Ke dua dia Ibu aku di perusahaan ini.
Apa pun, bagaimana pun aku, kelakuanku, pasti berdampak kepada beliau.
Aku suka menelpon beliau, aku suka suara dan logat beliau, khas sekali dengan daerah asal beliau.
Lagi-lagi, beliau harus resign dikarenakan sudah waktunya, aku kehilangan arah saat beliau tidak ada, saat beliau tidak lagi di tempat kerjaku, aku benar-banar buta lagi.
Kembali ke dunia, dunia tidak kejam, ini sudah jalannya setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan, jadi berikan yang terbaik saat kau bertemu dengan seseorang, hingga orang itu takkan melupakanmu seumur hidupnya!
**
Ketiga, namanya Mbak Arie, Ibu dua anak yang wajahnya masih muda! Wahhhhh.
Ini aduh Mbak satu ini, baik banget, ngomongnya lembut, sering aku curhatin, pokoknya the best ah!
Nah, Mbak-mbak ini sama sekali tidak satu kantor denganku, kami hanya bertemu satu kali lalu berkomunikasi selanjutnya.
Dan sayangnya lagi, mereka berbeda pulau denganku, kalo mau ketempat mereka harus naik pesawat, uh sedih, kemarin aku benar-benar down, aku rindu mereka, sangatttttt, aku tuh kayak merasakan aneh pada diriku sendiri, aku tuh terlalu rindu dengan orang-orang yang berada di sekitarku, yang sudah meninggalkanku.
Sebenarnya aku enggak mau kayak gini, rindu sama orang itu gak enak, banget. Apalagi rindu sama orang-orang yang jauh dari temlat kita berada itu benar-benar menyakitkan.
Aku berharap dengan aku menulis ini, aku agak lebih tenang, hatiku tidak terlalu rindu lagi.
Plis sekali lagi, rindu sama orang itu gak enak banget.
Dan, dengan tuliaan ini aku berharap, Ibu Santi, Mbak Riska, Mbak Arie bisa hidup lebih sejahtera, dan sehat sellau.
Salam, Mahda.
Saya, Mbak Riska, Mbak Arie, Ibu Santy.
Bdj, 02 Juli 2018.
Mahdung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Untuknya
PoetryBerisikan beberapa quotes dan beberapa surat teruntuk beberapa orang yang tida bisa disampaikan secara langsung. [Cover lucu by : eziall]