Aku terus berlari kecil tanpa henti. Dengan celana training dan kaos berwarna hitam, aku pun berlari mengelilingi jalanan perumahan Victoria yang terasa begitu lembab. Headset yang bertengger di kedua telingaku pun mengeluarkan musik hiphop kesukaanku untuk mengisi sedikit keceriaan dalam olahraga pagi ini.
Aku masih tidak mengerti dengan gadis yang tinggal di depan rumahku itu. Seungwan, Aku ingin sekali mengajaknya olahraga bersama. Mungkin kita akan semakin dekat jika aku dan Seungwan berlari berdua bersama. Namun, dia tidak ingin itu. Katanya dia tidak suka keluar rumah di saat matahari masih muncul menyinari dunia.
Mengapa?
Aku juga heran, tapi aku tidak terlalu pusing memikirkannya. Mungkin dia sibuk di dalam rumah jadi dia tidak ingin keluar rumah pada saat itu.
Tungkaiku pun memaksa berhenti ketika tilikan mataku berhasil menarik perhatianku. Aku tidak menyangka. Ternyata di perumahan ini terdapat fasilitas taman. Taman bermain anak-anak untuk bersantai sambil duduk di bawah pohon yang rindang.
Dahulu, ketika aku masih kecil. Jika aku bertandang ke rumah nenek dan kakek. Aku tidak pernah berjalan-jalan di sekitar perumahan ini. Jadi, sebenarnya aku tidak pernah melihat-lihat ke seluruh lingkungan ini karena letak rumah nenekku itu di dekat gerbang utama masuk.
Namun, ada hal yang aneh. Taman itu terlihat begitu suram. Perosotan dan ayunannya pun karatan. Terlihat ayunan yang terbuat dari ban juga.Ada juga kursi yang patah. Jalanan yang becek dan banyak daun-daun yang berjatuhan. Tidak indah sama sekali. Aku yakin tidak ada yang mau duduk di sana. Tempat itu sedikit terlihat menyeramkan.
"Hai."
Seseorang menyapaku dari belakang. Aku sedikit terkejut karena aku melamun sambil melihat taman itu. Aku pun menoleh ke sumber suara.
Seorang perempuan berambut panjang yang hitam. Ia memakai dress berwarna kuning muda dan rambut itu ia kucir tengah dengan sebuah pita di atas kepalanya. Perempuan yang cantik itu tersenyum padaku. Namun, ia tidak sendiri. Perempuan itu bersama anak perempuan sekitar umur 3 tahun. Anak kecil itu terlihat malu memandangku.
"Oh, hai," ujarku sedikit canggung dan mencoba untuk tersenyum padanya.
"Aku tidak pernah melihatmu. Apa kau baru saja pindah ke tempat ini?" tanyanya dengan raut wajah yang penasaran.
"Ya, aku baru saja tinggal di sini."
"Sudah kuduga. Perkenalkan namaku Bae Joohyun."
Perempuan itu menyodorkan tangannya untuk bersalaman. Aku pun membalas jabatan tangannya.
"Namaku Park Chanyeol. Apa dia anakmu?"
"Ya, namanya Jian."
Anak yang cantik, seperti ibunya.
"Hai Jian."
Aku tersenyum pada anak kecil itu, tapi dia langsung bersembunyi dibalik tubuh ibunya. Apa dia takut padaku? Dia bahkan menggengam erat baju sang ibu. Ya, kurasa aku tidak cocok dengan anak-anak.
Joohyun tertawa lalu mengusap rambut Jian. "Dia sedikit pemalu. Oh ya, di mana rumahmu?"
🍃🍃🍃
Aku mengajak Bae Joohyun pergi ke rumahku. Tidak menyangka bisa mempunyai tetangga yang ramah seperti dia. Meski rumah Joohyun dan rumahku memang masih berjauhan. Rumah Joohyun terletak di gang paling belakang sedangkan rumahku di depan dekat gerbang utama. Namun, aku senang bisa mengenal Joohyun yang awalnya kupikir aku tidak akan pernah mendapatkan teman selain Seungwan di sini.
Sambil berjalan santai bersama Joohyun. Kami saling bercerita dan kurasa aku sudah akrab dengannya. Joohyun tidak begitu tua denganku. Selisihnya mungkin 5 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rapunzel
Fanfiction[COMPLETE] Aku mempunyai tetangga. Namanya Son Seungwan, tapi aku memanggilnya Swan. Dia cantik seperti angsa putih. Ketika dia tersenyum, saat itu juga aku jatuh cinta padanya untuk pertama kalinya. Started : 11 juni 2018 Finished : 8 oktober 2018