[COMPLETE]
Aku mempunyai tetangga. Namanya Son Seungwan, tapi aku memanggilnya Swan. Dia cantik seperti angsa putih. Ketika dia tersenyum, saat itu juga aku jatuh cinta padanya untuk pertama kalinya.
Started : 11 juni 2018
Finished : 8 oktober 2018
Aku menyorot tatapan tidak suka padanya. Sedangkan pria berandalan itu cengengesan dengan tubuh yang oleng. Aku berusaha tidak emosi, tapi aku akan tetap menanyakan maksud dari perkataannya. Dengan mengabaikan ucapan Seungwan, bahwa aku tidak harus mempedulikannya. Aku pun mendekati pria itu.
"Apa kau sedang berbicara padaku?" tanyaku dengan alis yang bertautan.
Jongin tertawa. Dari dekat seperti ini, aku bisa mencium aroma aneh di tubuhnya. Aroma alkohol menyengat hidungku. Aku mengibaskan tanganku di hadapannya untuk menyingkirkan bau itu. Jadi dia sedang mabuk?
"Lalu, apa menurutmu aku sedang berbicara dengan orang yang di sampingmu tadi?" jawab Jongin. Mendadak dia tidak bisa berdiri tegak karena efek alkoholnya.
Aku menoleh ke arah Seungwan. Seungwan menggelengkan kepala. Gadis itu tentu saja memberiku kode untuk tidak berurusan dengan orang ini. Aku mendesah frustasi. Benar juga, untuk apa aku buang-buang waktu berbicara dengan pemabuk seperti dia?
"Benar-benar peminum yang buruk," gerutuku lalu memutuskan untuk meninggalkannya.
"Ayo pergi," ucapku setelah sudah di samping Seungwan. Seungwan menganggukan kepala. Lalu kami kembali berjalan.
"Kau harus pergi ke rumah sakit jiwa, bung!" teriak pria berandalan itu sambil tertawa geli.
Aku tidak peduli dengan ucapannya dan tetap berjalan menjauhi Jongin. Ya, benar sekali. Aku harus pergi ke rumah sakit jiwa, karena sudah mengurusi pria pemabuk seperti itu.
=====
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kembali melakukan aktivitas di kampus. Aku memandang dosen yang sedang berbicara di depan. Seorang perempuan dengan rambut panjang yang tebal itu ia kucirkuda. Pelajaran yang cukup membosankan hingga membuatku mengantuk. Kemudian pandanganku beralih ke Baekhyun. Dia terlihat sangat serius memperhatikan dosen itu.
Selama ini aku tidak berbicara dengan pria bermata sipit itu. Apakah dia benar-benar serius sedang mencari kasus yang terjadi di perumahan victoria? Ya, sebenarnya aku tidak peduli juga. Jika dia bisa membuktikan itu, mungkin aku akan percaya. Tapi, Seungwan tidak mungkin berbohong padaku.
Waktu pun berlalu begitu cepat. Dan hari ini aku hanya belajar sebentar. Aku pun bergegas pergi keluar dari kampus. Tidak sabar untuk bertemu dengan si pirang yang tinggal di depan rumahku itu. Padahal kemarin aku sudah bertemu dengan Son Seungwan, tapi begitu cepatnya aku merindukan gadis itu. Dan rasanya ingin cepat-cepat pulang ke rumah.
Ketika sudah sampai di halaman depan kampus. Aku melihat sebuah mobil berwarna putih yang terparkir di sana. Seorang pria memakai kemeja berwarna biru muda pun bersandar di mobil itu dengan mata yang celingak-celinguk. Sesekali ia menatap arloji di tangan kirinya.
Dia adalah Park Suho. Aku memutarkan bola mataku ketika melihatnya. Suho pun berhasil menemukanku lalu segera melambaikan tangannya ke arahku. Ia menampilkan senyuman hangat seperti biasanya. Dengan malas aku pun mendekatinya