4. Tamu yang tidak diundang

937 210 3
                                    

Aku menekan bel rumah Seungwan. Malam ini sudah jam 9. Entah mengapa, aku gugup. Detak jantungku berdegup tidak karuan. Mengapa aku begini? Aku bahkan terus-terusan menghela napas untuk menenangkanku. Namun aku benar-benar tidak tenang.

Sekitar dua kali aku menekan bel rumah Seungwan. Dan ketika aku ingin menekan untuk ketiga kalinya, Seungwan pun membuka pintunya. Kemudian terlihatlah perempuan cantik di hadapanku. Dengan rambut pirang yang terurai panjang dan kali ini dia memakai dress berwarna putih polos. Seungwan tersenyum padaku.

"Ayo masuk," ujarnya sambil bergeser sedikit dan membiarkan aku masuk ke rumahnya.

Aku pun masuk ke rumah gadis itu. Netraku melihat sekeliling rumahnya. Rumahnya sangat bersih, catnya berwarna cokelat dengan berbagai macam foto yang di pajang di tembok, dan juga guci-guci antik yang terletak di antara lemari besar di dekat televisi. Lampu ruang tengah yang begitu redup. Ada sofa berwarna cokelat dan sebuah foto di meja kecil terletak di pojok ruangan. Aku melihat foto itu. Foto Seungwan bersama seorang laki-laki.

"Dia kakakku," jelas Seungwan. Gadis itu berjalan ke arah dapur.

Bibirku ber-oh ria. Aku kembali melihat foto di sekelilingnya. Foto yang dipajang di tembok. Foto ketika kakaknya memakai toga, foto ketika Seungwan sedang duduk di ayunan, dan foto yang sepertinya itu adalah foto keluarga. Aku melihat ayah dan ibunya.

"Duduklah. Ini tehnya."

Seungwan datang sambil membawa teko dan dua gelas kecil. Kemudian gadis itu meletakannya di atas meja.

"Oh, iya."

Aku duduk di sofa berwarna cokelat itu. Lalu Seungwan duduk di sampingku. Aku tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Menurutku ini sangat canggung.

"Aku akan meminumnya," ujarku hendak mengambil teko itu.

"Tunggu. Sebelum minum itu, aku ingin kau menceritakan sesuatu tentang dirimu."

Aku pun tidak jadi mengambil teko. Aku mengernyitkan dahi. "Kau ingin tahu tentang diriku?"

"Ya!"

Apa yang harus kukatakan? Menurutku semua tentang diriku ini tidak spesial. Aku hanya seorang mahasiswa yang ingin hidup mandiri tanpa bantuan orang tua. Seungwan memandangku dengan tatapan penasaran. Aku berdeham sambil menggarukan tengkukku yang tidak gatal.

"Mengapa kau tertarik tentang diriku?" balasku.

Seungwan terlihat kecewa dengan balasanku. Aku sudah gila. Rupanya aku salah berbicara.

"Maafkan aku sudah lancang karena ingin tahu tentangmu." Gadis itu menundukan kepala.

Sudah kuduga!

"Bukan begitu. Aku hanya penasaran. Mengapa kau menanyakan tentang hal itu? Apakah kau tertarik padaku?"

Lihatlah Park Chanyeol, kau mempermalukan dirimu lagi...

Seungwan terdiam sambil memandangku dengan bingung. Apa yang sudah kulakukan?

"Hm, maksudku. Aku hanya, Oh Sudahlah lupakan tentang pertanyaan itu. Aku akan menceritakan semuanya padamu," lanjutku dengan gugup.

Seungwan mendekatkan duduknya ke arahku dan menganggukan kepala dengan antusias. Aku menghela napas.

"Awalnya aku tinggal bersama hyung-ku dan aku memutuskan untuk pindah karena---"

"Tunggu," ujar Seungwan memotong pembicaraanku.

Aku terdiam sambil mengernyitkan dahi. Seungwan beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah jendela. Aku pun mendekati Seungwan untuk melihat apa yang ditilik gadis itu.

My RapunzelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang