Pagi itu tidak begitu cerah. Mendung. Awan-awan mulai menutupi matahari. Bahkan tak kalah angin berhembus tak tahu diri. Seolah tidak menyambutku yang datang dengan senang. Padahal aku ingin memulai hari dengan gembira. Tak kusangka malah disambut dengan suara geleduk yang kurasa sebentar lagi sang langit akan menangis.
Buru-buru aku turun dari mobil lalu menurunkan koperku dari bagasi. Helaan napas keluar dari bibirku. Manikku tak berhenti memandang sebuah rumah tua dihadapanku. Peninggalan kakek dan nenek. Dahulu saat kecil aku sering tinggal bersama mereka di rumah itu. Namun waktu begitu cepat. Dan mereka sudah tiada. Mulai hari ini, aku akan sendirian tinggal di rumah itu. Jujur saja aku tidak mengingat saat aku tinggal di tempat ini. Kala itu aku masih kecil. Masih samar dan abu-abu. Meskipun aku lupa. Tapi, kurasa suasana di perumahan ini sedikit berbeda. Aku pun memandang sekitar perumahan itu. Sepi dan sunyi. Tidak, dulu tidak seperti itu.
Kemudian dalam sedetik mataku menabrak pemandangan cantik di hadapanku. Tepat di depan rumah(yang rumah itu sudah menjadi milikku) . Aku melihat seorang perempuan berambut pirang. Ia duduk di atas jendela kamarnya sembari tersenyum melihat atas langit. Padahal langit sudah mulai sedih. Namun, gadis itu menyambutnya dengan sunggingan di bibir. Kami pun bertemu dengan pandangan manik.
Dan ia terkejut melihatku.
Seperti melihat hantu saja. Apa aku begitu menyeramkan? Aku pun tersenyum. Baru saja ingin memperkenalkan diri. Gadis itu langsung masuk ke dalam. Bahkan ia membiarkan jendelanya terbuka lebar. Dia cantik, tapi kurasa dia tidak menyukaiku. Suara petir dari atas langit pun membuatku tersadar. Bahwa aku harus masuk ke dalam rumah sebelum hujan membasahi diriku. Perempuan pirang itu. Untuk saat ini juga, aku ingin berteman dengannya.
===
Setelah beberapa jam aku membersihkan rumah ini. Akhirnya selesai juga. Kurasa sudah 1 tahun, rumah ini tidak ada yang menempati. Aku menghela napas sembari membawa secangkir cokelat panas untuk menghilangkan rasa lelahku. Melihat pemandangan dari jendela kamar memang menyenangkan. Tapi, tidak ada yang bagus untuk dilihat. Selain menatap seorang gadis berambut pirang yang mulai muncul dan masih duduk di atas jendela kamarnya.
Ia bernyanyi sembari tersenyum. Dan mencoba menggapai sang kupu-kupu yang menghampirinya. Tapi, suara gadis itu tidak terdengar. Semakin lama aku memandangnya. Detakan aneh di jantungku mulai berdegup tidak tahu diri. Senyuman itu. Mengapa ia terlihat sangat indah? Kuakui, cuaca hari ini memang terlihat mendukung daripada tadi pagi. Setelah hujan tadi, sinar matahari pun mulai menyinari kota Zombie ini--Aku akan menyebutnya kota Zombie karna memang menyeramkan-- Dan gadis itu terlihat semakin bersinar.
Pandangan kami bertemu lagi.
Aku membuyarkan lamunanku. Kali ini dia tidak terkejut seperti sebelumnya. Tapi, senyuman itu lantas menghilang begitu saja. Aku mencoba untuk tersenyum lagi padanya. Dan melambaikan tangan. Kemudian tak perlu lama untuk melihatku. Ia pun kembali masuk ke dalam rumah.
Aku menghela napas.
==
Kenapa perumahan ini berubah beratus derajat? Aku masih mengingat sedikit. Dahulu, aku sering melihat anak-anak yang bermain di luar sana. Para tetangga yang selalu keluar untuk menggosip. Sekelompok pria tua bermain catur di depan teras rumah mereka. Bahkan di malam hari juga tidak seperti ini. Kosong, sepi, sunyi, dan juga gelap. Seseorang tidak menyalakan lampu jalanan. Orang-orang memilih untuk menetap di rumah. Apa jangan-jangan memang tidak ada yang berpenghuni? Kulihat dari beberapa rumah ada yang lampunya menyala sedari tadi pagi. Bahkan ada rumah yang mati total seperti rumah hantu. Karena aku benci kegelapan. Aku pun keluar rumah untuk menyalakan lampu jalanan.
Setelah berhasil menyalakan lampu jalanan yang berada di depan rumahku. Aku melihat gadis pirang itu lagi. Kali ini dia berdiri di depan rumah sembari menggendong seekor kucing putih berbulu. Oh? Aku kira dia tidak akan keluar rumah, karena ini pertama kalinya aku melihat dia keluar. Tak lama kucing itu mengeong dan melompat terbebas dari pelukan gadis itu. Kucing itu berlari ke arahku. Lantas aku meraih kucing tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rapunzel
Fanfiction[COMPLETE] Aku mempunyai tetangga. Namanya Son Seungwan, tapi aku memanggilnya Swan. Dia cantik seperti angsa putih. Ketika dia tersenyum, saat itu juga aku jatuh cinta padanya untuk pertama kalinya. Started : 11 juni 2018 Finished : 8 oktober 2018