[COMPLETE]
Aku mempunyai tetangga. Namanya Son Seungwan, tapi aku memanggilnya Swan. Dia cantik seperti angsa putih. Ketika dia tersenyum, saat itu juga aku jatuh cinta padanya untuk pertama kalinya.
Started : 11 juni 2018
Finished : 8 oktober 2018
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku menatapnya dengan tatapan jengkel. Kurasa aku sudah membuktikannya dari tatapanku kalau aku tidak suka dengan ucapan Byun Baekhyun sekarang. Baekhyun pun sadar kalau aku sedang marah padanya. Pria itu mengalihkan pandangan lalu berdeham.
"Maaf, aku tidak bermaksud mengatakannya seperti itu," ujar Baekhyun. Dia kembali memandang rumah Seungwan. "Yaaa, mungkin, dia adalah tipe yang tidak suka membersihkan halaman rumah," lanjutnya takut-takut.
"Son Seungwan. Bukan orang yang aneh seperti yang sedang kau pikirkan sekarang," balasku menatapnya tajam.
Baekhyun tertawa hambar. "Oh, jadi nama si Rapunzel itu adalah Son Seungwan," kata Baekhyun. "Nama yang indah. Aku tebak, pasti dia gadis yang cantik."
Aku diam lalu kembali duduk di sofa. Aku menyesap kopi hangatku untuk menenangkan pikiran dan juga menahan kesabaranku. Seungwan tidak menyalakan lampu rumahnya. Apa yang terjadi? Mendadak aku khawatir.
"Oh, lampunya menyala," kata Baekhyun yang masih menatap jendela.
Aku menoleh ke jendela. Lampu seluruh rumah Seungwan pun menyala begitu terang. Dia ada di dalam. Aku menghela napas lega, kupikir dia pergi ke taman lagi.
"Apalagi yang ingin kau cari sekarang? Aku yakin pembantaian itu pasti hanyalah sesuatu yang omong kosong," ujarku.
Baekhyun menoleh.
"Apa aku benar-benar tidak boleh bertemu dengan si Rapunzel itu?"
"Tidak," kataku dengan cepat.
Pria bermata sipit itu merengut. "Aku mengerti. Mungkin tidak untuk hari ini karena sudah malam—"
"Tidak. Kau tidak akan bisa bertemu dengannya. Hari ini dan hari-hari berikutnya."
Baekhyun mendengus dengan sebal. Lalu dia duduk di hadapanku. "Kenapa? Aku tidak akan merebut gadismu!"
"Bukan masalah itu Baekhyun!" bentakku.
Baekhyun terdiam. Dia terkejut dengan suaraku yang meninggi. Jika dia pintar, dia akan merasa kalau aku benar-benar sedang marah dan tidak ingin bicara dengan banyak.
"Lalu kenapa?"
"Sebaiknya kau pergi sekarang. Aku mau tidur," kataku lalu bangkit dari duduk dan pergi ke kamar.
"Hei! Chanyeol! Ini belum selesai."
Baekhyun menahan pintu kamarku. Aku mendesah frustasi.
"Ayolah Baekhyun! Kenapa kau keras kepala sekali?"
"Jika kau tidak ingin mengenalkan aku pada Rapunzel-mu sekarang. Baiklah, aku sendiri yang akan datang padanya."
"A-apa? Hei! Baek—"
Baekhyun pun pergi meninggalkan rumahku. Aku segera menghampirinya. Sial, dia benar-benar keras kepala! Apa diisi kepalanya adalah sebuah batu? Sungguh aku kesal!