13

11.9K 463 12
                                    

POSSESIVE M A F I A .

Happy Reading
...

"Aargggghhh ... sa ..kit .." rintih seorang wanita dengan darah yang mengalir dipaha sebelah kiri. Terlihat seorang pria dengan wajah datarnya sedang melukis dengan indahnya diatas paha wanita itu.

"Tolong...lepaskan aku aaarrghh...ishhh" rintihnya lagi. Bahkan air matanya tak kunjung membuat pria itu menghentikan aksinya.

"Biadab!" Teriak wanita itu kemudian sambil meludahi wajah pria datar itu. Dengan tersenyum remeh pria itu mengusap wajahnya kemudian menjambak rambut merah wanita itu. Mengerang, merintih dan cacian maki tak menyurutkan pria itu untuk menyiksa wanita didepannya.

"Bunuh dia" ucap pria lain yang wujudnya tertelan gelapnya ruangan. Kemudian ia keluar dari rungan itu dengan raut muka yang sangat-sangat datar.

Pria yang berada didalam ruangan itu mengambil pisau tumpul namun pisau itu dapat langsung membunuh orang yang mereka incar. Sambil terseyum senang pria itu menusuk perut wanita berambut merah berkali-kali sampai mulut wanita itu mengeluarkan darah, tak berapa lama wanita itu sudah meregang nyawanya.

Pria itu menatap remeh tanpa ada belaskasih sama sekali, lalu ia menyeret tubuh wanita yang sudah mati tadi menuju dimana kedua temannya sudah mati dulu sebelumnya. Kemudian ia menghubungi seseorang dengan ponsel jadul miliknya.

"Bereskan bangkai ini" setelah mendapat jawaban ia langsung menutup ponselnya dan pergi meninggalkan ruangan yang berbau anyir darah para korban-korban.

*

"Ella ... my sister i miss you!" Teriak Zita sambil berlari memeluk Ella dengan erat. Tubuh Ella sempat terkejut namun lama-lama terbiasa.

"Kemana aja sih?" Lanjut Zita setelah melepas pelukan rindunya dengan Ella.

"Ohh aku menginap dirumah rekan kerjaku Zit makanya kau tak menemukanku" dusta Ella kepada Zita. Zita mengangguk dan terseyum manis sebagai jawaban.

"Yuk masuk, aku lagi ingin mengacak-acak apartmen mu" ajak Zita sambil meraih lengan Ella namun Ella meringis kecil.

"Ohh ini kenapa? Apa yang terjadi El?" Tanya Zita sambil melihat luka memar dilengan Ella.

"Eumm ... ini .. ini .. in"

"Aahhh aku tau pasti mengangkat kain yang berat-berat makanya jadi kayak gini" Ella mengangguk cepat menanggapi Zita.

"Sudah kau obati?" Ella mengangguk sekali lagi sebagai jawaban.

"Aneh sekali kau selalu mengangguk seperti anjing. Obati memar mu itu setiap menit biar sembuhnya express" ucap Zita sambil masuk kedalam apartmen Ella tanpa permisi dan meninggalkan Ella diluar sana.

Ella bernapas lega karna Zita memang sangat lola dalam berpikir realistis. Yaa mana mungkin memar berada dikedua lengan dan pergelangan tanggannya karna mengangkat kain 'aneh' batin Ella.

*

Tokk tokk tokk

Seorang pria memasuki ruangan dimana terdapat seorang pria gagah sedang berkutat dengan laptop miliknya.

"Tuan" sapa pria tadi. Namun tak kunjung mendapat respon dari Arel.

"Tuan kami sudah membereskan ketiga mayat wanita tadi. Dan juga kami mendapat pesanan lagi dari Tuan Roland" jelas pria itu dengan bibir sedikit bergetar.

"Seperti biasa?" Tanya Arel namun pandangannya masih sama saja.

"Ya tuan" sahut pria itu cepat. Arel meletakkan kertas-kertas yang digenggamannya dengan kasar membuat pria itu terkejut.

"Tambahkan beberapa lagi dia sudah menjadi langganan kita sejak lima tahun yang lalu" ucap Arel dan diangguki oleh pria itu. Kemudian ia pamit keluar dari ruangan mencekam milik Arel.

"Tunggu" cegah Arel tiba-tiba membuat pria itu berkeringat dingin.

"Kau ajak yang lain datang ke bascamp aku akan menyewa jalang untuk kalian. Bersenang-senanglah" lanjut Arel membuat pria itu terseyum dan langsung undur diri.

Arel kembali melanjutkan kegiatannya tiba-tiba ponselnya yang sendari tadi berdering. Dengan sangat malas ia membuka pesan dari salah satu pengawalnya.

Isi pesan itu membuatnya tidak jadi menggerutu sebab pesan itu menampilkan seorang gadis yang sedang tertawa riang bersama laki-laki. Laki-laki?

**

"Jadi dimana kau bekerja Zit?" Tanya Ramon Ferdian laki-laki yang baru saja berkenalan dengan Zita.

"Ohh aku kerja disalah satu swalayan disini" jawab Zita sambil menyuapkan cheese cake kedalam mulutnya.

"Bagus itu Zit. Andai saja orang tua ku memperbolehkan diriku ini bekerja pasti akan menyenangkan" Zita mengangkat kedua alisnya mendengar penuturan Ramon.

"Heh tak selalu menyenangkan Mon. Dunia kerja sangat kejam tau, beruntunglah kau tinggal menikmati kekayaan orang tuanmu. Sedangkan aku? Ini saja masih mikir cukup tidak uang ku untuk hari esok"

"Kau benar Zit. Ohh habiskan makanan mu itu astaga, cake nya menangis kau tinggal saja begitu" canda Ramon.

"Yee kocak" ucap Zita sambil menepuk bahu Ramon dan tertawa.

"Heh ... kau penepuk perjaka nona. Kau harus membayar" balas Ramon sambil menggoda Zita.

"Ku bayar dengan seyuman"

"Aku suka itu" kemudian mereka berdua tertawa dengan riang.

Tanpa mereka ketahui diseberang sana terdapat seorang pria yang menatap cemburu melihat keduanya berdekatan apalagi sampai tertawa senang.

"Ketiga jalang itu mati bukan?"

"Ya tuan" jawab sang sopir dengan tegas.

"Selanjutnya dia!"


Bersambung ...







POSSESIVE M.A.F.I.ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang