Knot#10: Trapped

1.5K 272 23
                                    

Every day she felt like a monster walking among the innocent, 

felt as if she were trapped on the other side of a locked door

Peternelle van Arsdale, The Beast is an Animal


BRAKKK!!!

"AWWW!" Aku menjerit keras saat tubuhku terhuyung hingga membentur meja dan kursi. Tak cukup sampai disana, sesaat sebelum tubuhku merosot ke lantai, Genie kembali menarik kerah baju dan menghempaskankusekali lagi. Kali ini lebih kuat dari sebelumnya, sampai-sampai meja dibelakangku nyaris terguling karenanya. Aku meringis kesakitan. Tubuhku ngilu! Namun rasa sakit itu cepat berganti jadi ngeri saat Genie kembali menarikku. Tangan kanannya mengepalkan tinju dan wajah bulatnya memancarkan kemarahan yang cukup membuat nyaliku rontok. Air mataku ambyar.Habislah aku!

"Giliran gue!" Tata memegang tangan Genie dan dengan sebuah gerakan kepala kecil, dia mengisyaratkan Genie untuk melepaskan cengkeramannya.

"Gue belom kelar!" sentak Genie marah. Namun melihat Tata memberinya tatapan lepasin-atau-gue-yang-bakal-hajar-elo, raksasa besar dari kelas XII menuruti permintaan Tata walau dengan ekspresi tak puas. Begitu Genie melepaskan tangannya, napasku langsung sesak melihat Tata mulai menggeratakkan jemarinya. Dia bahkan mencengkeram lagi kerah baju seragamku yang sudah kusut tak beraturan gara-gara ulah Genie.

"Lo pilih, mau pipi kanan atau pipi kiri dulu?" tanyanya santai. "Mau berapa gigi yang lepas?" Melihatku hanya megap-megap karena sesak napas sekaligus ngeri, Tata berbaik hati memilihkan untukku. "Oke, random aja ya! Ready?" Pandanganku langsung berkunang-kunang mendengar kata-katanya. Untunglah pada saat itu terdengar suara tepukan tangan yang membuat gerakan Tata terhenti seketika.

"Oke, cukup!"

Setelah sekian lama memperhatikan aksi Genie dan Tata dari arah pintu masuk, Bianca melangkah mendekatiku. Seperti biasa, Ellen mengiringi dibelakangnya seperti seekor anjing peliharaan yang setia. Hanya Chacha yang berdiri agak jauh dari kerumunan dengan wajah terlihat takut-takut.

Bianca kini hanya berjarak selangkah saja dariku yang masih berada dalam cengkeraman Tata. Dari sudut mataku, aku bisa melihat Bianca mengamatiku dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sesaat kemudian wajahnya terlihat lega.

"Hati-hati," ujarnya dengan nada lembut yang memuakkan, "jangan sampai ada jejak apapun. Jangan sampai ada bekas luka yang bisa dijadiin bahan buat ngadu ke sana-sini. Belajar dari pengalaman, girls!"

"Ah!" Sepertinya Tata mengerti maksud perkataan Bianca karena cewek sangar itu kini mengendurkan cengkeramannya.

"Play smart," Bianca menepuk pundak Tata; membuat cengkeramannya semakin longgar hingga tubuhku merosot bebas ke lantai. Sungguh, keadaanku mungkin tak bisa lebih buruk lagi karena kini aku terbatuk-batuk karena nyaris kehabisan napas, sementara wajahku berantakan akibat campuran air mata dan debu. Jangan tanya kondisi pakaian seragamku yang sedari tadi sudah direnggut sana-sini oleh Genie dan Tata.

"Trus harus kita apain?" suara Genie terdengar menggeram. Mungkin dia masih kesal karena gagal menuntaskan kebuasannya. Kekesalannya segera luntur saat melihat Bianca menatapnya dengan ekspresi jemu, seolah-olah Genie baru menanyakan pertanyaan paling membosankan di dunia ini.

"Masih banyak cara lain buat menghukum stalker ini," Bianca menyelipkan anak rambut ke belakang telinganya, "use your brain. And creativity."

"Ah! Aku tahu!" Ellen menepukkan tangannya. Ekspresi culas tergambar nyata di wajahnya. "Gimana kalau kita kasih dia model rambut baru? Aku bawa gunting jahit kecil, pasti asyik kalau dipake potong rambut."

[URBAN THRILLER] Vie Asano - Suicide Knot (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang