I Kissed You

259 19 7
                                    

Indonesia termenung. Pemuda itu hanya menatap gelas berisi susu cokelat hangat dan sepiring spaghetti sosis di hadapannya tanpa ada hasrat untuk mencicipinya. Tadi Australia menawarkan segelas brandy atau sangria untuk Indonesia tapi pemuda itu menolaknya. Ia khawatir akan mabuk dan berbuat yang aneh-aneh, seperti kejadian waktu dulu itu saat ia dibelikan sebotol bir oleh Spain dan kawan-kawan yang mengakibatkan ia mabuk berat dan berakhir joged-joged keong racun di atas meja sambil striptease.

Australia yang duduk di hadapan Indonesia kebingungan menatap kelakuan aneh sahabatnya itu. Pemuda manis di hadapannya itu sekarang asyik bengong padahal semenit yang lalu ia sibuk mengumpat aneka sumpah serapah dengan nama Netherlands sebagai subjeknya. Lihatlah, sekarang cowok ikal itu berubah lagi ekspresinya jadi melow pingin mewek. Alis indahnya itu melengkung turun dan bola matanya tampak sendu. Bibirnya sedikit bergetar. Tidak lama lagi air matanya sepertinya akan tumpah. Duh, melihat ekspresi Indonesia yang seperti itu, Australia jadi pingin meluk, terus elus-elus rambut ikalnya sambil tepuk-tepuk punggungnya sayang.

"Indo... nggg... " Australia mengulurkan tangannya ragu.

"BRENGSEK!!" tiba-tiba Indonesia berteriak dan mengacungkan garpu tinggi-tinggi.

"Wanjir, kaget gue!!" Australia terkedjoet, untung dia ngga latahan.

Garpu itu lalu dihujamkannya ke sosis panjang yang ada di piring spaghetti. Sekali, dua kali, berkali-kali sampai sosis itu carut marut permukaannya. Tidak puas, pemuda ikal itu lalu mengacungkan pisau dan memotong ujung sosis panjang itu dengan ekspresi penuh kekesalan. Ujung sosis yang sudah dipotong itu kemudian dicaplok dan dikunyah dengan penuh dendam. Aura penuh kemarahan terasa sangat pekat disana.

Australia menelan ludah. Tiba-tiba saja ia merasa ngilu demi melihat nasib sosis tadi.

Indonesia merasa lapar. Perutnya keroncongan. Ia lelah dengan segala yang terjadi hari itu. Ia capek dengan segala pikirannya tentang Netherlands. Spaghetti yang ada di hadapannya itu langsung dimakannya dengan lahap.

Australia tersenyum melihat sahabatnya yang makan seperti orang kalap itu.

"Duh, makannya pelan-pelan aja kali." ujar Aussie seraya tertawa.

Namun pemuda ikal itu masih saja makan tanpa henti. Sebenarnya Indonesia kurang suka dengan spaghetti. Ia lebih suka indomie kuah dengan telur setengah matang plus cabe rawit yang dipotong-potong. Tapi apa daya, ia sedang lapar, dan sebagai omnivora, apa saja akan ia makan. Memang, stres itu membuat nafsu makan menggila!

Indonesia berhenti makan. Spaghetti di piringnya sudah ludes. Begitu juga segelas susu cokelat tadi sudah habis tak bersisa. Australia menatap sang sahabat dengan lembut.

"Indo, mulutmu belepotan... " ujar Aussie seraya menyeka bibir sahabatnya itu dengan tangannya. Indonesia hanya menatap wajah Australia tak berkedip saat pemuda bule itu menyentuh mulutnya. Entah kenapa, ia kembali teringat Netherlands. Kekasihnya itu sering melakukan hal itu, mengusap sisa makanan yang ada di bibirnya, lalu menjilati seraya menatapnya dengan tatapan penuh cinta.

Ugh, ia pun merutuki dirinya sendiri yang masih saja mengingat cowok bule playboy cap kerupuk itu.

"Ng... ngomong-ngomong aku senang deh bisa makan disini," suara Aussie memecah kesunyian, "apalagi makannya bareng kamu..." lanjut Aussie dalam hati.

Indonesia menatap sahabatnya, lalu tersenyum awkward.

"Ah ya, aku juga senang makan disini. Spaghettinya enak." Indonesia bohong.

"Indo, ng..." Aussie menatap Indonesia ragu. Ia memberanikan diri menyentuh jemari sahabatnya itu, "kalau kamu ada masalah, jangan ragu untuk cerita padaku ya... " suara Aussie tiba-tiba berubah serius dan dalam.

CursedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang