Drowning in Your Love

231 16 11
                                    

"Aku mau jenguk ke RS hari ini!" ujar Indonesia mantap.

Hari itu, sang pemuda personifikasi negeri Zamrud Katulistiwa itu udah rapi jali memakai mantel tebal. Australia juga sudah siap tempur mengantarnya ke RS. Mereka berjalan menyusuri taman yang berada di dekat hotel tempat mereka menginap. Jarak lima menit berjalan kaki, ada stasiun tempat mereka akan menumpang kereta menuju RS.

"Ngga jadi, ah!" Indo di tengah perjalanan di taman tiba-tiba galau lagi. Ngeselin emang, jadi cowok kok hobinya plin plan. Cowok ikal itu sekarang cuma berdiri mematung di tengah taman, tidak berniat melanjutkan langkahnya. Mungkin karena cuacanya yang terlalu dingin sehingga cowok yang biasa tinggal di negeri tropis itu jadi malas untuk melangkah lanjut. Atau mungkin karena suasana di taman yang amat romantis dengan dihiasi bunga-bunga aneka warna sehingga suasana hati Indo menjadi agak melow dan membuatnya jadi sedikit sentimentil. Entahlah, yang pasti pemuda berkulit sawo matang itu kini hanya diam dan menunduk saja.

"Beneran nih ngga mau jenguk Neth? Ya udah, kalo gitu kita nongkrong disana aja yuk!" Aussie masih pepet terus jangan kasih kendor, maju terus pantang mundur ngerayu Indo. Ia menunjuk ke arah bangku taman.

Indo terdiam. Ia menghela napas panjang.

"Ish, hobi amat galau!" ledek Aussie, "kalo ngga mau ke RS, kita candle light dinner aja deh kalo gitu!" Aussie gaje nih, masih pagi masak udah diajakin candle light dinner aja!

Indo masih bingung, belum bisa memutuskan langkahnya.

"Apa mau balik lagi ke kamar, bobok lagi, hmm?" Aussie tersenyum.

Indo menggeleng.

"Apa mau main gaplek? Jauh-jauh ke Belgia, masak cuma main gaplek di kamar?" ledek Aussie.

Indo masih belum bergerak, masih tersesat dalam jutaan pikiran tak tentu arah di kepalanya. Jenguk si Neth ngga ya? Kalo si Neth cuek dan bersikap dingin gimana dong? Nanti kan dia jadi sakit hati sendiri. Kalo si Neth menolak kehadirannya gimana dong? Kan tengsin. Ish, Indo jadi serba salah!

Australia gemas melihatnya. Dihampiri lalu dibopongnya tubuh mungil yang sejak tadi berdiri mematung itu.

HOOP

"Ya udah, kalo gitu, kita ke museum aja, yuk, lihat pameran!" Aussie membopong tubuh mungil Indo sambil berjalan. Dilihat orang udah kayak kuli pasar ngangkut karung beras.

"Eh, Ozzy! Apa-apaan sih!! Turunin dong! Malu, tauk!!" Indo meronta minta diturunin.

Orang-orang yang berseliweran di taman memperhatikan mereka.

"Abis, kamu bengong melulu gitu sih! Entar lama-lama kesambet jin lho!"

"Turunin!" Indo teriak-teriak. Mereka jadi pusat perhatian orang banyak.

"Ngga mau, ah!" Aussie berkeras.

"Ozzy!!" Indo mukul-mukul punggung Aussie.

"Kalo mau turun, kamu harus tegas bilang mau pergi kemana! Jangan plin plan gini dong!" Aussie menghentikan langkahnya seraya memegangi tubuh Indo yang meronta-ronta.

Indo tersentak. Ia terdiam sejenak.

"Hmm..??" Aussie menajamkan telinganya.

"...ke RS.." bisik Indo pelan.

"Heeh?? Apa? Aku ngga dengar?" Aussie bokis, pura-pura ngga dengar.

"Ke RS...please..."

Australia terdiam lalu menghela napas panjang. Dadanya terasa berat. Somehow, pemuda berkulit merah itu seperti sudah menduga jawaban Indo. Meskipun sudah mengetahuinya, tapi entah kenapa, dadanya tetap terasa nyeri.

CursedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang