Memories

170 17 0
                                    


"Nghh... sudah pagi?" tubuh besar itu menggeliat di atas kasur. Diliriknya jam di dinding. Setengah sembilan pagi. Matanya masih berat dan terasa lengket. Ih, banyak beleknya! Ini pasti gara-gara menangis semalam. Kayak judul lagu aja!

Netherlands bangun dari kasur, terduduk sebentar buat kucek-kucet mata dan acak-acak rambut. Terdengar suara keruyukan dari perutnya. Menuruti naluri alaminya, ia berjalan ke arah ruang makan. Terdengar suara berisik di sana. Ternyata itu adalah dua saudaranya, Belgium dan Luxembourg yang sedang asyik sarapan bersama.

"Hai, Broer!!" sapa Belgie ceria sambil dadah-dadah. Gadis itu melambai-lambaikan tangan memanggilnya untuk bergabung di meja makan.

Yang didadahin ngga menyahut, wajahnya cemberut, sambil garuk-garuk rambut. Mukanya berantakan, jalannya sempoyongan, rambutnya acak-acakan, mirip orang yang ngga mandi berbulan-bulan.

"Broer jelek amat sih!" ujar Luxie seraya meneliti penampilan Netherlands dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kakaknya itu berjalan ke arah meja makan cuma boxeran doang. Tampangnya lecek mirip kemeja yang belum digosok. Bau lagi!

"Biarin!" sambar Nether sambil masang muka jutek.

"Kalo Broer jelek gini, bijimane mau nyari pacar baru!?" celetuk Luxie yang disambut cubitan kecil dari cewek di sebelahnya. Belgie mengacungkan jari telunjuk di depan bibirnya menyuruh Luxie untuk tidak membahas masalah sensitif itu, khawatir Netherlands galau lagi. 

Benar saja, wajah Netherlands langsung mendung lagi. Udah lecek, makin tambah lecek tuh muka!

Sudah seminggu lebih Netherlands numpang di tempat duo saudarinya. Sudah seminggu lebih pula cowok Belanda berambut jabrik itu menggalau ria. Gabut seharian, bengong, berdiri mematung sambil memandang ke arah jendela atau asyik ngerokok di bawah pohon rindang. Belgium dan Luxembourg paham perasaan kakaknya yang kacau karena peristiwa mengejutkan di acara Rapat PBB waktu itu. 

Belgium sih cuek. Ia membiarkan sang kakak menggalau seperti itu. Nanti juga bosen sendiri, sembuh sendiri. Palingan juga nanti Netherlands dan pacarnya baikan lagi, balikan lagi. Kalau Luxembourg agak ekstrem sih. Doi malah nyuruh sang kakak cari pacar lagi, daripada luntang lantung ngga jelas. Lakik itu harus setrong, jangan cuma bengong, harus inisiatif, dong! Juga harus gamblang, ngga boleh bimbang. Kalau mau balikan ya sana, usaha, gimana caranya biar bisa balikan. Kalau mau udahan, ya udah, udahan aja, selesai. Ngga usah pasang muka mellow kayak artis telenovela Marimar dan Pulgoso gitu. Ih, ternyata Luxie sadis juga!

"Nih, sarapan dulu, Broer!" Luxie menyodorkan semangkuk waterzooi, sup khas yang terbuat dari ayam, wortel, daun bawang, kentang, herbs, telur, krim dan mentega. Enak dan cocok dimakan di udara dingin seperti sekarang.

Netherlands memandangi semangkuk sup dengan uap mengepul yang tersaji di hadapannya. Ah, sepertinya lezat. Disuapnya sedikit demi sedikit. Lezat, hangat, semoga saja bisa mengobati hatinya yang gundah gulana.

"Broer, kita hari ini mau shopping, mau ikutan lagi?" ajak Belgie. Doi kasihan kalau sang kakak ditinggal bengong sendirian di rumah. Cewek berambut ikal pirang itu khawatir melihat kakaknya kebanyakan bengong, soalnya kemarin, ayam milik tetangganya mati gara-gara kebanyakan bengong.

Netherlands menatap Belgie dan Luxie bergantian lalu mengangguk sebentar sebelum akhirnya melanjutkan makannya.

"Tapi janji ya, jangan ngilang lagi kayak kemarin!" sembur Luxie. Gadis berambut pirang panjang itu bete gara-gara acara shopping mereka kemarin terganggu dengan peristiwa hilangnya sang kakak.

CursedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang