"I Love You, Indonesia..."

285 21 5
                                    

Indonesia duduk sendirian di halaman belakang, tak jauh dari kandang si Komo. Matanya menatap kosong. Kedua tangannya merangkul kedua lututnya yang ditekuk. Pemuda itu tampak kacau. Matanya bengkak. Rambutnya acak-acakan. Hari itu si pemuda sawo matang itu hanya mengenakan kaos kutang warna putih dan celana pendek cokelat. Ia juga belum mandi.

Biasanya, sejak pagi, pemuda Asia Tenggara itu sudah sibuk di dapur, memasak sarapan untuk dirinya dan juga kekasihnya. Ia lalu sibuk mencuci pakaian, beres-beres rumah dan tak lupa memberi makan si Komo. Di sore hari, ia biasanya berkebun, mengurusi halaman rumahnya yang maha luas dan dipenuhi aneka macam tanaman eksotis.

Namun sejak peristiwa memilukan itu, sang pemuda ikal sepertinya sangat terguncang. Ia seperti kehilangan semangat hidup. Indonesia yang hobi memasak itu kini tak lagi ingin memasak. Dapur rumahnya sunyi dan redup. Rumah yang biasanya selalu rapi dan bersih kinclong itu kini seperti kapal pecah. Piring dan gelas kotor berantakan di dapur, lantai rumah berdebu, ruang tamu kacau, terlebih lagi ruang tidur. Sang pemilik rumah setiap hari hanya bengong, melamun. Kadang-kadang nangis bombay, kadang juga marah-marah ngga jelas. Kemarin sewaktu Australia datang, pemuda ikal itu malah mengurung diri di kamar seharian sampai-sampai membuat Australia cemas.

"Ngga gawe ke tempat bos loe, Ndon?" tanya seseorang.

Indonesia menoleh ke belakang. Ternyata itu adalah Malaysia, sang adik.

"Ngga." Jawabnya pendek.

"Entar dicariin loe!"

"Biarin!"

Malaysia menatap punggung sang kakak. Ia terdiam.

"Udah sarapan belom? Nih, gue bawa roti sandwich."

"Entar aja, gue belom laper." jawabnya enggan.

Malaysia menghampiri dan ikut duduk di samping sang kakak sambil melanjutkan makan sandwich.

Indonesia memunguti batu-batu bulat berwarna putih yang ada di sekelilingnya. Batu-batu kecil itu memang menjadi penghias jalan penghubung ruang makan sampai kandang si Komo yang masih beralaskan tanah. Pemuda ikal itu melempar batu kecil itu asal-asalan.

"Mandi sono loe! Bau loe kayak kambing!" ejek Malay.

Indonesia tidak peduli. Ia melanjutkan melempar batu.

"Loe belom makan dari semalem, kan!?" ujar Malay yakin.

Indonesia menggeleng.

"Gue lagi ngga selera."

"Loe tuh nyari penyakit deh!! Entar kalo loe pingsan, masuk rumah sakit, kan gue juga yang repot!" Malay ngomel sambil ngunyah sandwich. Remah-remah rotinya jadi berantakan.

"Gue mau mati aja..." Indonesia putus asa.

Malay terkejut. Dibantingnya roti sandwich yang baru setengah dimakannya.

"Loe tuh ye, mau sampe kapan kayak gini terus!!? Move on dong!!! Kayak ngga ada cowok laen aja di dunia ini!! Cemen loe, ah!!" teriak Malay kesel. Diguncang-guncangkannya bahu sang kakak.

Indonesia terdiam menatap sang adik.

"Loe tuh harus tunjukkin kalo loe tuh setrong, unbreakable, tahan banting, ngga mudah pecah, ngga rapuh!! Come on, life must go on! Loe harus terus maju!!" Malay masih napsu ngomong sambil guncang-guncang bahu sang kakak supaya dia sadar.

Tiba-tiba wajah Indonesia berubah. Bibirnya bergetar, matanya berkaca-kaca. Ia lalu menangis.

"Gu-gue... baru menyadari, ternyata gue ngga bisa move on... gue ngga bisa ngelupain dia..."

CursedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang