Can't Hold It Back Anymore

216 19 3
                                    

Australia super duper panik. Pemuda berkulit merah itu diserang kekhawatiran yang luar biasa. Setelah nekad "menembak" Indonesia, tiba-tiba ia menyesal. Bagaimana kalau Indonesia marah? Lalu Indonesia jadi benci padanya, tidak mau bertemu lagi dengannya, tidak mau ngobrol lagi dengannya. Bagaimana kalau Indonesia merasa jijik dengannya? Bagaimana kalau Indonesia memandangnya dengan tatapan aneh lalu menjauhinya, tidak mau lagi berteman dengannya?

"HUWAAAGGHHH!!! Ba-bagaimana ini!!???" Australia menjerit panik seraya menjambak rambutnya.

"Kenapa gue goblok banget jadi orang!!?? Nekad amat sih gue!!!" keringat dingin mengucur dari dahinya. Jantungnya berdetak cepat, iramanya kacau. Tubuhnya gemetar linglung.

Pemuda dengan plester di hidung itu menatap punggung Indonesia yang ada di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda dengan plester di hidung itu menatap punggung Indonesia yang ada di depannya. Punggung itu diam, tak bergerak. Pemuda manis itu bahkan tidak menoleh sedikit pun. Marahkah dia? Bencikah dia? Seketika itu, kaki Australia mendadak lumpuh. Ia tak mampu berdiri. Tubuhnya terasa lemas.

Duh, gusti! Andai waktu dapat diulang kembali, ia berjanji ngga akan nekad "nembak" Indonesia lagi kalau akhirnya hanya akan membuat pemuda manis itu marah dan merasa jijik padanya. Tadi itu dirinya kelepasan. Sungguh! Dirinya hanya ngga sanggup menanggung beban yang begitu menyesakkan dadanya. Perasaan cintanya terhadap Indonesia begitu besar sampai-sampai ia tak sanggup lagi untuk menahannya. Ia tak sanggup lagi untuk menyimpan cinta di dalam hatinya. Ia ingin menumpahkan segala beban itu. Ia ingin segera meluapkannya, melepaskannya, membebaskannya.

Lalu dari jauh terdengar lagu Frozen versi bahasa Indonesia.

Lepaskan, lepaskan
Tak mampu kutahan lagi...

Menahan perasaan di depan orang yang kamu cintai dan berpura-pura seolah tidak ada sesuatu yang terjadi itu berat. Sama, Australia juga ngga sanggup. Ngga tahu deh kalo Dilan, sanggup ngga dia. Sama beratnya ketika kamu kepingin kentut di tengah presentasi di hadapan bos. Kamu berusaha sekuat tenaga menahannya meskipun sekujur tubuhmu gemetar dan keluar keringat dingin. Kamu berusaha bersikap biasa saja seolah tidak ada sesuatu yang bergejolak di dalam rektummu. Namun, tetap saja, ekspresi wajahmu yang pucat pasi itu tidak bisa berbohong. Lalu kamu pun mengalami dilema. Kalau ditahan, sakitnya ngga ketulungan. Tapi kalau ngga ditahan, lalu kelepasan kentut, baunya kemana-mana, kan malu-maluin, jadi aib seumur hidup yang akan selalu kamu kenang. Duh, kenapa jadi ngomongin kentut? Kayak ngga ada perumpamaan yang lebih keren aja!

"Ozzy, kamu halu ya!? Kamu dan aku itu hanya teman. Kita ngga bisa lebih dari itu!"

Australia terbelalak.

CursedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang