Part 1.2 - Julian's House

6.9K 267 1
                                    

[Happy reading ]

=========

Hari ini Zelda bosan, ia depresi

Makanan di rumah Julian memang takan habis, Zelda juga tidak perlu mengkhawatirkan pakaian dan kosmetiknya. Semuanya lengkap, hanya saja Julian melarangnya keluar barang sesenti saja dari pintu. Untuk membuka tirai lebar-lebar saja Julian akan marah, dengan pembelaannya bahwa nyawa Zelda saat ini teeancam.

Kejadian penembakan malam itu masih mengiang di pikirannya. Tidak disangka bahwa video berdurasi tidak genap 10 detik itu akan mengobrak-abrik kenyamanannya. Sungguh sial.

Zelda terduduk di sudut spring bed nya sambil menatap ponselnya lemah. Terbersit gagasan cemerlang dalam otak Zelda, senyum liciknya mengembang menghiasi raut wajahnya. Secepat kilat ia menyusuri koridor, menuruni tangga, lalu mencari keberadaan Julian. Setelah menangkap sosok Julian tengah berkecimpung dengan komputernya, ia berlari.

"Julian! Julian! Aku punya ide!" Jawabnya dengan nafas tersengal-sengal seperti habis lari maraton dari kamar ke ruang tengah.

"Hm.." Julian hanya bergumam pelan, matanya masih berfokus pada angka-angka aneh di komputernya. Zelda yang tidak mengerti hanya bisa melanjutkan persepsi yang sedari tadi ingin diutarakannya.

"Begini, bagaimana kalau kuserahkan saja video ini pada mereka agar mereka tidak mengejarku? Atau aku bisa menghapus videonya di depan mereka. Bagaimana?" Zelda mengutarakan persepsi luar biasanya dengan wajah angkuh, sementara Julian memandanginya dengan tatapan..

"Bodoh" satu kata sederhana yang berhasil menghapus senyum Zelda.

"Apa maksudmu?! Aku bosan terus tinggal disini, aku punya kehidupanku sendiri, aku memiliki Daddy yang sekarang sedang menunggu kepulanganku. Aku punya karirku. Dan dirumah ini aku merasa seperti.. tahanan." jelas Zelda dengan emosi, posisinya sekarang sedang berada di depan Julian sambil berkacak pinggang.

Menyadari ketidak sopanannya ia merona malu tapi secepat mungkin ia mengembalikan mode marahnya.

Ia bosan terus menjalani hari-harinya layaknya tahanan. Lebih baik ia kembali ke rumah, ia bahkan bersekolah.

Pandangannya berubah berapi-api setelah menangkap respon pemuda di depannya ini. Julian menatapnya datar, mata coklatnya seolah mengatai Zelda gila.

Datar.. sangat datar!

Dan kini matanya sedikit bergeser turun dari wajah Zelda, menatap..

"Apa yang kau lihat sialan!!" Teriak Zelda yang menyadari tatapan memuja keluar dari mata Julian akibat menatap dadanya.

Ia benar-benar tidak habis pikit selama lima hari ini ia tingga satu atap dengan pemuda mesum seperti Julian ini. Suatu berkat dalam waktu yang cukup lama itu, ia masih perawan.

"Menyingkir." Julian menggeser Zelda dengan sebelah kakinya hingga Zelda sedikit tersungkur, lalu Julian kembali melanjutkan aktivitas membosannya.

WTF!

Dengan kaki

"Pria tidak sopan!" teriak Zelda dengan amarah membentang-bentang disekujur tubuhnya. "Aku benar-benar akan mencari teman pria bersiluet waktu itu dan menyerahkan video terkutuk ini!" Lanjutnya sambil berjalan tergopoh-gopoh menuju pintu, namun langkahnya tercekat saat merasakan jemari-mari meremas pergelangannya.

Julian menatap nyalang, bola mata coklat indah itu kini menatapnya dengan berapi-api.

"Mereka akan mengira kau memiliki salinannya."

Wow! Kalimat terpanjang yang pernah keluar dari mulut seorang Julian Feheely. Selama lima hari terakhir ia hanya menggunakan bahasa tubuh atau paling kompleks adalah dua patah kalimat. Zelda hanya bisa bengong, benar kata Julian.

Penjahat seperti mereka pasti berpikiran layaknya penjahat.

Tanpa sadar air mata Zelda turun membasahi pipinya, ia menangis lagi. Sebelum Julian menyaksikan tontonan kecengengannya, ia menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Lalu meraung dalam diam. Selama ini ia hidup dalam kenyamanan, kebebesan, dan pelepasan dari Daddynya. Ia tidak pernah dikekang, bahkan saat ia kabur, Daddynya tidak mencarinya karena sadar bahwa ia akan kembali. Itulah istimewanya Daddynya tapi sekarang.. ia harus merasakan hidup sebagai tahanan sukarela.

Zelda sedikit terkejut saat kepalanya membentur benda hangat yang sedikit empuk. Julian memeluk dan mendekap tubuh ringkihnya. Zelda merasakan getaran saat jari jemari pria itu mengelus-elus helaian rambutnya. Zelda yang tadinya terkejut justru semakin meraung. Isakannya pecah di dada bidang Julian.

Yah ia butuh sandaran saat ini, perasaan yang berkecamuk dalam batinnya adalah ketakutan bahwa ia akan mati sadis.

"Tenanglah.."

Satu kata sederhana yang memabukkan dari mulut seorang Julian.


====

[Thank you]

MAFIA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang