Happy reading ♥️
==============
Indonesia
Bali, 09 Maret 2011Kota Bali sangat menggemaskan, awal kedatangan mereka, Bram langsung mengunjungi objek wisata Bali dengan semangat.
Pantai Kuta, itu yang dikunjungi Bram saat ini. Ia sudah mengajak Dexter tadi tapi sepertinya pria itu lebih senang dengan kasur. Seharusnya dia menggunakan liburannya dengan baik. Ini sama saja seperti Bram berlibur sendiri, tapi tak apa.
Air biru pantai menyapu pasir dengan lembut, ombaknya ikut memabukkan penglihatan Bram, ah Indonesia ternyata indah.
Dering ponsel menganggu kesenangannya menikmati pantai. Tanpa harus melihat ia langsung melepas baterai ponselnya, sungguh ia tidak ingin diganggu di hari libur yang santai ini.
••
Pemandangan pantai memang luar biasa, Julian bisa melihat dengan jelas air pantai biru menggenang luas dibawah sana. Tanpa perlu mengunjungi pantai itu, ia bisa merasakan keindahannya memantul keatas balkon, tempat dia berdiri.
Hari ini ia tidak ingin melakukan apa-apa selain bersantai dan tidur. Untuk ke kamar mandi saja rasanya sulit.
Pria itu kembali teringat kejadian di pesawat tempo hari. Anak kecil manis, bermata hazel yang roknya basah. Apa ia sanggup?
Julian mengepal keras. Kemudian berjalan masuk kedalam hendak membereskan isi kopernya. Perlahan dibukanya restleting koper dengan santai. Tidak berbeda dengan barang bawaan Bram, bedanya ia hanya membawa sepang baju, kalau memang dibutuhkan ia akan membeli nanti. Pemandangan Magnum Revolver (44) memanjakan mata saat membuka koper, pistol panjang yang biasa digunakan para penjahat di film hollywood sengaja di belinya karena selain ringan, kekuatan pistol ini tidak main saat mengenai bagian tubuh. Alias tembus.
Bagi orang seperti Julian, tidak lengkap rasanya tanpa kehadiran sebuah belati di setiap misinya. Tatkala amunisi habis dan senapan dirampas, haruslah belati tetap di pinggang. Sebenarnya ia tidak terlalu tertarik menaruh belati di pinggang karena itu mudah dirampas, menaruhnya di paha lebih baik. Pasalnya, akan ada masa dimana senapan maupun pistol tidak bisa digunakan dalam misi, misalnya dalam misi stealth.
Julian meraih Gerber Mark II -nya, hanya dengan melihat benda itu siapapun bisa tau betapa berbahaya dan sangarnya pisau itu. Pisau berwarna hitam dengan sisi tajam dibawahnya dan bagian atasnya bergerigi. Membayangkan sensasi tertusuk di pisau itu saja sudah membuat bulu kuduk bergidik ngeri. Mematikan.
Julian terlalu suka dengan senapan, namun kehadiran belati baginya sangat berarti. Tanganya gatal ingin mencoba benda itu, tapi ia bukan psikopat yang akan melakukan hal-hal menjijikkan hanya untuk memuaskan hasratnya.
Psikopat. Apa ia bisa digolong psikopat? Seorang mafia yang hasrat membunuhnya dipengaruhi oleh uang?
Apakah membumuh seorang anak kecil dengan keji adalah seorang psikopat?
Kenapa pikiran-pikiran bersalah itu harus dipikirkannya sekarang. Benar, seharusnya ia ikut bersama Bram untuk menikmati pantai. Julian kembali menutup kopernya dan merapikan hartanya.
Berada di kamar hanya akan misinya terancam gagal.
••
Tidak menyesal Julian menapaki kakinya di pantai, ternyata pantai ini sedikit menyenangkan. Bersama kacamata hitamnya, ia berjalan-jalan mengelilingi pantai. Tadi ia berencana mencari Bram tapi entah dinama lelaki itu, karena objek yang dicarinya tidak ada Julian memutuskan untuk jalan-jalan sendirian.
Langkahnya dikejutkan oleh dua orang remaja yang sedang melihatnya dengan tatapab takjub. Julian memandang mereka dengan datar. Dari tadi ia sudah sadar banyak mata pendosa yang sedang menelanjanginya tapi ia bersikap pura-pura tidak peduli. Dan dua gadis ini, ingin rasanya Julian menodongnya debgan Gerber Mark.
"Kau tampan sekali.." katanya dengan sound affect yang menggelikan. "Aku mau foto denganmu yah. Atira tolong kau foto kami." Gadis berambut panjang hitam sedang melanglang buana di lengan Julian dan temannya Atira memotretnya dengan geli.
"Sekali lagi" ucapnya tanpa rasa bersalah bahwa sejak tadi lengan Julian rasanya sudah perih berkat cakarannya. Atira temannya mulai menunjukkan raut kesal mungkin karena terlalu lama diperintah. Gadis itu sepertinya sedikit lelah, ia membenarkan letak kerudungnya dan menghela nafas jenuh beberapa kali.
"Nita udah, kamu bikin cowoknya jenuh." Kata gadis itu dongkol.
"Dia saja tidak protes, Atira. Nanti aku balik fotoin kamu."
"Dia bukan artis."
"Tapi dia ganteng tahu. Udah foto lagi dong."
"Nita, kita buat nyari temen kita bukan untuk senang-senang."
"Terus kenapa kamu bawa kamera?"
"Dari dulu juga aku kemana-mana bawa kamera kali."
Julian hanya menyaksikan dengan khidmat perdebatan dua kaum hawa dihadapannya. Sedikit menarik.
"Udahan dong Nita, ayo cari lagi." Gadis bernama Atira itu sepertinya sudah sangat lelah berdebat dengan temannya.
Tidak ada alasan Julian tetap tinggal menyaksikan aksi itu. Dengan mantap ia menghempas tangan Nita yang dari tadi menyakiti lengannya hingga gadis ity terperanjat ke pasir pantai. Lalu dengan santainya Julian meninggalkan kedua gadis yang tengah menatapnya dengan melongo.
====
Thank you ♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA [HIATUS]
Action[ Membunuh adalah pekerjaan yang mulia. ] Itu kata Julian. Hingga kemudian, ia mendapat tugas untuk membunuh seorang anak bernama Graselda Ghita Hira, putri bungsu seorang pengusaha, mantan mafia pula yang telah berkhinat. ©ikeyungi23