Part 11 - god?

2.2K 74 1
                                    

[Pesan; bahwa part ini mengandung unsur kekerasan. Pembaca diharap sudah cukup umur untuk membaca part ini.]

==========


Kediaman yang tadinya damai dan sunyi berubah mencekam, perabotan tidak bertengger pada tempatnya lagi, noda tanah di alas sepatu terpampang jelas di lantai kayu rumah. Bunga dipekarangan yang dirawat dengan hati gemilang kini menunduk patah. Ruang tamu yang tadinya menjadi alternatif terbaik untuk bersantai kala bosan sekarang terlihat kacau dan mendekam. Kedamaian itu tlah hilang ditenggelamkan suara erangan kesakitan dan debur nafas yang menyuarakkan ketakutan. Isak tangis semakin menjadi ketika sebilah belati berhasil menyobek paha wanita tua yang saat ini terikat dengan tali nilon. Darah segar berhasil menyembur kemudian mengalir perlahan dan jatuh berupa tetesan mengotori lantai. 

Sehelai kain berhasil membekap mulut wanita tua itu sehingga erangan kesakitan hanya terdengar sayu;  umm kira-kira begitu keluarnya.

Sementara pria jangkung berbadan besar tengah tersenyum puas dengan pemandangan didepannya. Ia menghisap sepuntung rokok yang disesap sejak tadi kemudian menghembuskan gumpalan asap dimana-mana. 

Ia begumam puas dengan hasil karya bawahannya.

"Lepaskan bekap itu." Titahnya penuh keagungan. Diikuti kepatuhan sang bawahan dalam diam.

"Arrrghh. Keparat kau manusia bejat!" Teriakan sangar keluar begitu bekapan di mulut wanita itu terlepas. Seakan ingin mengutuk lebih, seperti yang ditahannya sejak tadi.

"Terkutuk kau! tuhan akan menghukummu!" Teriaknya lagi diikuti rintihan kesakitan karena bawahan sang pria menampar pipi kanannya keras hingga menimbulkan bekas jemari disana.

"Nyonya tua, aku tidak percaya tuhan." Seruan tawa pria itu menggelegar memenuhi ruangan. Ia kembali menghisap puntung rokok kemudian menghembus asap. Pria itu menjentikkan puntung rokoknya di sembarang tempat bagian rumah itu lalu berdiri, berjalan santai menghapiri wanita tua yang terlihat penuh amarah. 

"Katakan saja dimana bunga yang kau tanam itu disembunyikan? Bunga yang indah harus diberi cahaya, bukan? Jangan terus menyembunyikan keindahannya. Keindahannya musti menjadi tontonan dan kenikmatan semua orang." Pria itu kembali tertawa.

Wajah wanita tua itu kembali memerah menahan amarah. 

"Daripada kau hidup miskin lebih baik serahkan dia padaku dan aku akan membuat kalian bergelinang harta."

"Bajingan kau! Sialan terkutuk saja manusia sepertimu. Kau pikir tuhan akan diam saja melihat kebejatanmu. Cuihh!"  Wanita itu meludah dan berhasil mengenai celana bersih sang pria. Pria didepan seperti menahan tawa menganggap lucu wanita didepannya. Seperti tupai yang tidak sanggup mengupas kulit kacang. 

"Dari tadi berbicara tuhan. Nanti tuhanmu mendengar, itu pelecehan."

"Bajingan keparat! Berani bermain-main dengan hal seperti itu. Dimana spiritualmu itu berandal!" Wanita itu tidak henti-hentinya mengutuk di setiap kalimat yang terlontar dari mulutnya.

Dan pria dihadapannya sudah kehabisan stok kesabaran. Ia ingin berkreativitas lebih. Mulanya ia seorang yang murah hati yang mudah memaafkan dan terlihat konyol tapi kehilangan harta berharga membuatnya sangat marah. Sehingga nafsu buas binatang kini berselubung kasar memenuhi otaknya. Tidak pandang wanita atau pria, tua atau muda, lansia atau anak-anak, saat mereka mengganggu bisnis maka harus dilenyapkan.

Sahabatnya pernah bilang bahwa ada kala dimana kau akan berubah buas saat benar-benar jengah. Mungkin ini saatnya.

Tangan kanannya yang besar menjepit pipi kanan dan kiri wanita itu berusaha mememarkan kekuatannya melalui remasan jemarinya.

"Mari kita permudah, katakan dimana dan aku akan membebaskanmu dan memberimu uang atau jika kau bersikeras untuk menutup mulut sialanmu maka aku akan ㅡ" Pria itu menjeda kalimatnya setengah berfikir, mau diapakan wanita didepannya itu?

"Atau aku akan.. ahhh aku punya ide. Bagaimana jika kujahit saja mulut itu? Lagipula tidak ada gunanya terus mempertahankan bagian yang tidak berguna, bukan?"

"Bajingan!!" Rutuknya saat jemari pria itu dilepas dari wajahnya.

"Heh? Tetap akan bungkam? Baiklah.. mari selesaikan dengan cepat. Nick, ambilkan benang dan jarum!" Perintahnya pada bawahan bernama Nick. Tidak lama kemudian Nick muncul dengan jarum yang sudah dipasang benang yang lumayan panjang.

"Baiklah wanita tua tidak berguna. Mari kita menghilangkan bagian yang tidak penting dari dirimu." Jari pria itu dengan telaten menusuk daging bibir bawah wanita tua itu yang cukup keras membuatnya meringis kesakitan. Perutnya melemas layu saat merasakan bibir atasnya tertusuk tembaga lancip. 

Lagi, pria itu melakukan hal serupa pada bibir bawahnya. Mengirim getaran perih seperti tersengat listrik ketika benda kecil lancip itu merobek bibirnya. Lidahnya dapat merasakan asin amis darah mengucur dari bibirnya. Sangat perih sehingga wanita itu tidak sanggup untuk menangis lagi, tubuhnya terasa mati rasa.

Lagi.

Lagi.

Pria itu kemudian menyelesaikan pekerjaannya seperti seorang penjahit profesional yang handal, ia menatap puas pada hasil karyanya yang begitu indah.

"Biasanya aku sangat lembut pada wanita." Alisnya bertautan mencoba memikirkan sesuatu yang dilewatkan atau apa yang kurang dari hasil kerjanya. Kemudian matanya membulat menampilkan seulas senyum misterius di wajahnya memberikan kesan seram. Ia mengambil belati yang tadi digunakan bawahannya untuk merobek paha wanita itu. Kemudian mulai berkarya lagi di wajah sang wanita. Ia mulai merobek kedua sudut bibir wanita itu sehingga membentuk lengkungan.

"Bagus. Kau harus tersenyum. Kau secantik momo sekarang. Ah matamubharus tegas. Kau terlalu layu. Aku akan membuat mata itu terkuhat besar."

Wanita itu meronta-ronta dengan histeris yang tertahan dan tak bisa dikeluarkannya saat pria itu mulai menjahit kelopak matanya dengan kulit dahinya begitu pun bagian bawah matanya. Sehingga darah itu benar-benar mengalir seperti keringat membasahi wajahnya, dan menodai wajahnya dengan bercak merah.

Pria itu tersenyum kagum lagi lagi pada hasil kreativitas tanpa batas yang dilakukannya. Manusia memang harus berkarya.

Wanita didepannya benar-benar berharap ajal menjemputnya dibanding harus merasakan setiap penyiksaan yang ditoreh pria itu tanpa rasa dosa. Ia merakan linu di sekujur tubuhnya meski luka yang digores hanya dibagian wajah. Tapi rasa nyeri seolah tersalur di sekujur tubuhnya. Benar-benar kesakitan yang luar biasa menggerogoti setiap pergerakannya. Ia bahkan tak sanggup menangis karena akan membuat matanya nyeri. Tubuhnya kini terkulai lemas, tapi ia mengutuk dirinya sendiri yang tak kunjung mati. 

Seruak kesakitan yang luar biasa dia rasakan di sekujur tubuhnya hingga berharap mati. Saat seseorang lebih memilih mati, itu cukup menandakan betapa hidup ternyata lebih menakutkan dari kematian.

Pria itu memandang wanita itu lagi. Ia benar-benar buas. 

"Saat aku merasa lebih baik mati dibanding hidup di dunia yang kejam ini, saat itu kau boleh percaya pada tuhan."

Nick menatap wanita tua yang terkulai lemas dengan tatapan nanar. Hidup memang semenakutkan itu, pikirnya. Kau hanya berusaha melindungi tapi ternyata kaulah yang perlu dilindungi lebih dulu. Dunia ini adil atau tidak? tuhan ada atau tidak? Kalau sungguh ada, mengapa ia diam saja?

Nick memandang pria jangkung di depannya yang mulai berjalan meninggalkan tempat itu. Hatinya mendelik.

Sisi lain dari seorang Bram.

Pikir Nick.





====

.
.
.

TBC
[Ngeri, makasih da baca]

MAFIA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang