***
Ternyata Aileen membawaku ke sebuah restoran yang mewah.
Tampak jelas dari dekorasinya jika restoran ini mahal. Super mahal.
Di depan pintu kami disambut pelayan cantik yang masih muda.
"silahkan mas, mbak. Buat berapa orang?"
"2 orang" jawab Aileen
"sudah reservasi sebelumnya?"
"sudah"
"atas nama siapa mas?"
"Adinata"
"baik, mari ikut saya mas Adinata"
Haduh, ribet banget sih, cuma mau makan aja kayak wawancara ngelamar pekerjaan. Kalau ngelamar aku juga ditanya sih, ditanya sama bokap, hehe.
Eh (?)
Oke, lanjut.
Aku dan Aileen duduk. Kami tidak diberi buku menu, aku berpikir pasti sudah disiapkan sendiri sama Aileen sejak awal.
Duh, makin deg-deg an nih. Apa dia beneran mau nyatain perasaan sih? Aduh, romantis banget <3
Keadaan untuk beberapa saat canggung, belum ada yang berani membuka suara.
Akupun masih hanyut dengan pertanyaan-pertanyaan di otakku mengapa Aileen melakukan semua ini.
Namun sudah hampir 20 menit Aileen belum juga membuka suara.
Aku memberanikan menatapnya. Dan aku baru sadar. Dia menatapku sedari tadi!
Ah, tidak, tatapannya sangat membunuhku!
Sudah cukup. Aileen menemukan kelemahanku. Ya, kelemahanku adalah tatapan dan perhatiannya!
"khem.." aku berdehem kecil
"ah, sebenernya gue mau ngomong—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone✔-revisi
Krótkie Opowiadania•complete• -ON REVISI- Saat doi bilang, ❝Janji ya, bantuin gue nembak dia❞ -dan saat hubungan hanya sebatas pertemanan memutuskan semua harapan-;friendzone.