Penguntit Romantis

10 0 0
                                    

Sejak kejadian pintu di dobrak.Dhigar semakin aneh saja.
Dia selalu ada dimana saja aku berada.Entah bagaimana caranya hingga dia selalu ada di waktu yang sama denganku.Jengkel memang,tapi aku bisa berbuat apa?Dhigar selalu punya banyak alasan ketika aku memarahinya.

Seperti ketika dia kepergok mengikutiku di sebuah minimarket.Padahal hari itu aku hendak membeli 'popok wanita'.

"Kamu ngapain disini?!"hardikku jengkel.

Dengan tidak merasa bersalah Dhigar bilang

"Belanja".

Aku mengeryit tajam,tak percaya.Ya iyalah tak percaya,masa sih cowok ada di rak tempat keperluan wanita sih?

"Mau ngapain?belanja apaan?"tanyaku menatapnya judes.

"Mau....."Dhigar celingukan,bingung sendiri mau ngambil barang apa?
Dia menatapku sambil tertawa salah tingkah.

Aku melongos kesal,berbalik meninggalkannya.

"Havita tunggu!"teriaknya kencang.

Ini orang gak bisa lihat situasi ya,hello ini minimarket bukan pasar tradisional.

Dia mengikutiku hingga meja kasir.
"Eh biar aku yang bayar"katanya pada si mbak penjaga kasir.Wanita itu menatapku lalu beralih pada Dhigar yang berdiri disampingku.

"Romantisnya"komentar si mbak membuatku pening.

"Masa sih mbak?"tanya Dhigar antusias.

"Masa bodoh"sungutku seraya berlalu pergi.

Tapi Dhigar?selain suka buat ulah dia itu kepala batu.

"Havita....Havita hei Nobita!"teriaknya sembari terus mengikutiku hingga keluar minimarket.

"Havita....Havita!"

Aku berbalik,rasanya pengen ku gilas mulutnya pake bangku.

"Apa?!"tanyaku judes.

Dhigar tersenyum,sama sekali tak terpengaruh dengan muka judesku yang aku rasa uda maksimal.

"Gak apa-apa cuma mau bilang...."

"Apa?"sambarku tak sabar.

"Aku mencintaimu"katanya.

"Aku tidak"sahutku datar,berbalik meninggalkannya.

"Tapi aku yakin,nanti kau akan mencintaiku"katanya yakin.

"Dalam mimpimu"sahutku.

Ia masih terus mengikutiku.

"Selalu ada kamu"katanya lagi.

Aku menghentikan angkot yang melintas.
Segera naik,sebelum Dhigar berhasil menyusul.
Tapi,percuma saja.Dia dengan tak tahu malu menghentikan angkot yang ku tumpangi.

"Mas,jangan bawa gebetan ku dong,susah tau rayunya!"sungut Dhigar membuat para penumpang menatap kami seketika.

"Bukan mas,dia penguntit kok"bantahku bete.

"Cieeeee,romantisnya...."sorak ibu-ibu penumpang.

Dhigar tersenyum senang,sementara aku ingin rasanya mendorongnya dari angkot yang sedang melaju ini.

"Penguntit sialan"umpatku marah.

Kami turun tepat di depan rumah kontrakanku.

"Gak ngajak masuk?"tanya Dhigar dengan tatapan memohon.
Aku melotot!

"Siapa suruh ikut!"kataku pedes.

"Ini uda mau hujan loh,kamu tega biarin aku basah-basah?"tanya Dhigar lagi menatapku dengan tatapan mengiba.

Sinting!

Aku sangat-sangat yakin kalau mamanya salah makan waktu hamil Dhigar.

"Pulang aja sana,disini gak ada orang selain aku.Nanti apa kata orang?mau di gebrek ama warga?aku mah ogah!"kataku panjang lebar.

Dhigar tertawa pelan.

"Mau,biar cepat nikah sama kamu"sahutnya enteng.

Aku yakin mukaku sudah semerah tomat.

Tanpa peduli padanya aku menutup pintu dengan keras.

"Hei,aku tidak akan pulang tau!"katanya lagi.Dasar kepala batu!

"Aku teriakin maling baru tahu rasa!"ancamku dari dalam rumah.

"Aku tidak takut,kamu pasti gak tega juga kan?"sahutnya.

Sebalnya!

Terpaksa aku membuka pintu,gerimis sudah mulai turun.Dan Dhigar masih berdiri ditempat yang sama.
Benar-benar kepala batu.

"Kamu mau apa sih?"tanyaku sewot.

"Mencintai kamu"jawabnya.

"Ngaco!uda pulang aja sana,cepatan!"aku mendorong bahunya.
Ia berbalik lagi

"Aku mau pulang asal kamu setuju untuk di cintai"katanya lagi.

Lelah rasanya menghadapi Dhigar.

"Tidak"kataku gusar sendiri.

"Ya sudah jangan harap aku pulang"Dhigar malah melangkah menuju teras dan duduk santai di atas salah satu kursi.

"Katakan setuju,OK"pinta Dhigar lagi ketika aku berada didekatnya.

Aku menatap Dhigar cukup lama,tak mengerti dengan sikapnya padaku.Aku hanya menganggapnya sebagai teman,sama halnya seperti Bintang dan Dion.

"Aku lebih memilih sebagai teman"kataku kemudian

"Bukannya dulu kamu menawarkan pertemanan?".

Dhigar berdiri,dan aku jadi seperti seorang anak kecil karena tinggiku yang hanya sedada.

"OK,teman.Tapi aku adalah teman yang mencintai temannya sendiri"katanya dengan gaya pede maksimal.

"Dasar penguntit sialan!"umpatku jengkel.

"Tidak,aku tidak sialan.Aku romantis"katanya membuatku mendelik sebal.

Ada gak ya jasa pengiriman orang?
Aku mau kirim Dhigar ke kutub selatan aja.

Hiksss Havita lelah.....

When I Meet You,AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang