Rumah Sakit

6 0 0
                                    

Menyenangkan memang,melihat nilai IPK yang bikin para mahasiswa pada menjerit iri.Bukan mau sombong,aku memang terlahir sebagai anak yang cerdas.
Elisa,Dion dan Bintang bahkan tak percaya jika nilaiku nyaris sempurna.

"Bisa sakit hati aku Cil,kamu pintarnya gak pake koma"kata Dion hampir histeris.

"Aku sih gak masalah hehe,lulus aja uda cukup"sahut Elisa santai.

"Dasar bebek"kata Bintang menatap Elisa aneh.

"Otak kamu emang gak ada gunanya kecuali untuk mikirin siapa cowok kamu selanjutnya".

"Ih aku masih mending,lah Havita dia jomblo menahun"bela Elisa.
Aku menoleh padanya.

"Kok bawa-bawa aku sih?"protesku.

"Santai Cil,emang dia sedeng.Harap maklum kebanyakan makan cinta ya kayak gitu.Padahal cintanya uda pada kadaluasa jadi keracunan deh"ujar Dion membuat Elisa manyun.

"Lah kalo kamu sendiri ngapain suka ngilang,curiga kamu Superman ya?!"sindir Elisa.

"Salah...."sanggah Dion.

"Terus apa?"tanya Elisa penasaran.

"Supermi,hahahha...."jawab Dion kocak.

Aku dan Bintang tertawa.Dion itu bisa di bilang adalah Mood Booster bagi kami,tanpa dia rasanya hari terasa berat untuk dilewati.

                             *****

Aku dan yang lain saling bertatapan ketika Angel bilang jika Rio sakit,dan sedang dirawat disalah satu rumah sakit.Kita diminta untuk menjenguknya,itu benar.Sebagai teman kita wajib menjenguknya.Permasalahannya adalah,aku tidak begitu suka dengan suasana rumah sakit.Tapi tidak apa-apa,demi Rio orang yang sudah menyapaku di hari pertama kuliah.
Si baik yang suka gagap tiba-tiba jika sedang genting.

Sekarang kami sekelas berada di rumah sakit.Aku meminta ijin untuk masuk ke ruang rawat duluan.
Setelah menjenguk Rio aku segera keluar menuju kantin rumah sakit.

Bau obat membuat kepalaku pening.Jadi aku butuh udara segar juga air mineral.

"Mungil,kok kamu disini?"tanya Daffa yang entah sejak kapan ada di depan mejaku.

"Eh kak Daffa,iya aku lagi jenguk teman yang sakit"jawabku sambil tersenyum ramah.

"Tapi kok malah kamu yang kelihatan sakit sih?"Daffa mengeryit tajam.

Hha?!
Apa sejelek itu wajahku hingga di kira orang sakit?

Aku mengibas tanganku di udara,tertawa pelan
"Sebenarnya aku tidak terlalu suka ada di rumah sakit.Bau obat bikin kepalaku pening".

Daffa mangut-mangut.

"Aku pikir,kamu jengukin Bang Igar juga".

Aku membulatkan mataku,pantesan saja sudah hampir seminggu aku tak lagi di untit sama dia.

"O ya?aku baru tahu malah kak"kataku pelan.

Bisa sakit juga si pemarah itu.Ah tidak aku harus mengganti sebutannya sekarang.

Si penguntit lebih cocok untuknya.

"Iya,kalau gak salah dia sakit sejak hari rabu sore,tapi gak di hiraukan sama bang Igar,eh taunya malah jadi parah gini"ucap Daffa.

Apa?!
Rabu sore?bukannya itu hari yang sama dia mengikutiku lalu pulang ketika hujan sudah turun.

"Boleh gak aku jenguk?"tanyaku pada Daffa.

Cowok kalem itu mengangguk setuju.

"Kalau kamu gak suka bau obat,ini aku punya masker.Kebetulan masih baru kok,jadi aman aja"Daffa memberiku masker berwarna hijau itu padaku.

Aku bingung,kok Elisa gak tahu soal Dhigar yang lagi sakit ya?

Aku masuk keruang rawat dimana Dhigar berada.

Sepi.

"Kok sepi sih kak?"tanyaku pada Daffa yang ikut menemani.

"Baru aja pada pulang"jawab Daffa.

Aku ber-oh ria aja.

"Dia tidur kak,gimana mau ngobrolnya?"kataku bingung.

"Bangunin aja,dia gak bakalan marah kok".

Ih malas ah,ntar dia malah ngomong aneh lagi kayak kemarin-kemarin.

"Gak usah deh"kataku kemudian.

"Aku gak tidur yeeeh!"tukas Dhigar membuat aku hampir stop jantung.

Bukkk!

"Mati aja sana!"kataku memukul kepalanya kesal.

Dhigar mengaduh kesakitan.Mengacuhkan Daffa yang ada disampingku dia bilang

"Hei teman yang aku cinta,aku pikir kamu gak mau jengukin aku.Padahal aku uda bete ada disini karena gak sembuh-sembuh.Tapi aku rasa sekarang aku sudah sangat sembuh".

Iiiih Dhigar setan!

Mukaku pasti udah kayak udang rebus,kepiting rebus,tomat,paprika merah dan semua yang berwarna merah.

"Mati aja sana!"dengusku sebal,berbalik melangkah keluar.

"Havita...Havita....Havita...Nobita...Sarita....woeeeee sayangku!"teriak Dhigar lantas tertawa terbahak-bahak.

"Seperti apapun kamu,aku tetap mencintaimu teman!".

Gilaaaaaaa!!!!

"Sabodo padamu!"balasku seraya berlari menjauh.

                           ******

"Kamu darimana Cil?"tanya Elisa.

"Toilet,taman,kantin dan...."aku menatap Elisa sambil cemberut.

"Ruang rawat Dhigar".

"Eh alamak,itu anak emang sakit parah ya?!"jerit Elisa tak sadar.

"Rumah sakit ini woe bukan studion"kata Angel.

"Sorry kaget aja dikit"kata Elisa sambil tersenyum.

"Terus kenapa kamu bete?"tanya Elisa.

Aku tertunduk lesu.

"Dia ngomong ngelantur lagi".

Elisa tertawa geli.

Hhu!
Nyesal bilang sama dia.

When I Meet You,AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang