"Aduh, kenapa begini banget ya kuliah?" ketus Setra.Keluhan-keluhan muncul dari bibirnya, keadaan ini teramat membuatnya frustrasi ditambah tekanan-tekanan yang selalu bermuculandan semakin menambah bebannya. Dengan pipi menyentuh meja, lama-lama dia tertidur. 15 menit kemudian dia terbangun lalu menatap jendela tempat dia duduk. Lelah secara mental lebih banyak mendera, sehingga fisik terdampak dan perasaan selalu menjadi lemas. Dituntut banyak hal dengan situasi kurang kooperatif, mendorong pikiran untuk mengeluarkan kata-kata kasar. Tapi nurani terus mencegahnya untuk melukai hati orang lain walau hatinya sedang sangat sakit dan rapuh.
Hujan turun, dan Setra yang baru saja terbangun dari mimpinya kini berjalan meninggalkan perpustakaan. Ditemani rintik hujan dia berjalan menuju screen house. Padahal suasana hujan membuat pakaiannya basah, tapi dia memutuskan untuk tetap pergi meski hujan mendera. Dia duduk berdiam di gazebo mengamati hujan yang mendera tanaman yang berada di area screen house. Angin meniup tanaman hingga terlihat serempak bergoyang. Basah memang, tapi suasana itu membuat kecamuk dalam hatinya reda sementara.
Berhubung tugas kelompok (kelompok hanya tittle saja) sudah selesai, dia meluangkan waktu dan berdiam merenung ditemani irama hujan yang monoton. Terasa melankolis memang, tapi setidaknya dia tak ingin terlalu banyak membenci orang lain. Saat teridam dan termenung bersama hujan dalam gazebo di area screen house. Suara hujan terasa berbeda, seperti ada yang menghalangi guyuran hujan menuju tanah, dan terdengar langkah kaki yang terbentuk dari gesekan alas kaki dan batu kerikil.
Setra menoleh dan ternyata yang muncul adalah kawan karibnya Rika, tapi dia menjulukinya gadis mako. Penyebabnya adalah karena dia adalah anggota resimen mahasiswa di univeristas terlebih lagi banyak waktu yang lebih diluangkan untuk di mako dibanding dengan kampus sendiri. Senyum tipis muncul pada wajah Setra menandakan dia menerima kehadiran gadis mako itu.
"E buset, lagi ngapa dah ? sendirian bae" Ucapnya dengan logat Bekasinya.
"aku lagi diem aja, kampus bosenin , lagi ngadem gitu" balas Setra dengan menarik nafas panjang.
"Deuhhh, bocah ujan-ujanan disini. Lu balik dah kekosan lebih enak dah daripada dimari" timpal Rika lagi.
" eh kamunya juga lagi apa hujan-hujan begini ke screen ?" ucap Setra mengabaikan omongan Rika.
" Ya gue lagi mo pengamatan" balasnya lagi. " Lu mending ngikut gue dah, biar ada faedahnya dah daripada diem-diem bae" lanjutnya lagi.
Terdiam sejenak, dilanjutkan dengan memasang wheater shiled pada tasnya Setra menatap wanita yang dijulukinya gadis mako itu. Mereka pergi bersama menuju tempat pengamatan, meski sebenarnya Setra tak ada jadwal pengamatan dia hanya menemani rekannya itu. Dengan dilindungi payung Rika mengamati objek praktikum dlsembari merapikan objeknya agar tidak rusak karena hujan.
"Eh lu napa sih, ujan-ujan di screen ?" Ucap Rika kembali dengan tiba-tiba diiringi ekspresi datar sambil merapikan objek-objek praktikum. Hanya nafas panjang yang keluar, tapi Rika tak mengerti maksudnya. "Ehh ditanya diem-diem bae ahh bocah." ketusnya.
"Tadi kan sudah aku kasih tau kalau aku lagi ngadem aja" pungkas Setra dingin. "Yaela, kaya kagak ada kerjaan bae dah." balasnya singkat. "bebaslah terserah aku" Jawab Setra.
Mereka bercakap singkat di screen dan hujanpun mereda seiring percakapan singkat itu.Pulang dari screen mereka berjalan bersama menuju kosan masing-masing dan Setra pulang dengan basah kuyup. Tiba dikosan kemudian memeras baju lalu masuk kekamar untuk mandi. Air dingin dikamar mandi mengguyur badan yang tertutup busa sabun.
Waktu berlalu dan aktivitas mandi usai, kini ponsel jadi tujuannya saat ini. Perhatianya tertuju pada pesan di grup obrolan di ponsel. Mengamati dengan rasa kesal, kemudian dia beralih pada aplikasi lain agar tidak menggugah ingatan buruk kemarin. Perasaan bosan menghampiri Setra menggerakkan ibu jarinya kekiri, kekanan keatas dan kebawah layar ponselnya bagai orang yang sedang di urut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Konflik Batin
General FictionKetika hidup berdampingan kadang membuatmu merasa sulit karena tekanan. Tapi tekanan saat sendirian jauh lebih menyakitkan. Kadang hidup dihadapkan pada situasi yang membuat hati nurani dan logika tidak sepakat dalam apapun. Diluar nampak seperti b...