11|| Keerpunt

35 2 0
                                    

Hi

Lama tak jumpa

.
.
.
.

Setra's PoV

Sudah lama sejak saat makan bersama dengan Adi, kini banyak cerita antara Aku dengannya. Terasa menggelikan memang, tapi begitulah adanya. Kedekatan kami selaku teman kos juga cukup baik mengingat kami sering berbagi cerita keseharian kampus dengan diskusi.

Bersyukur, itulah rasa yang ku punya untuk saat ini. Perasaam bahagia yang meluap aku tutup dengan hati-hati, karena aku tak ingin timbul luka dalam jika nanti aku harus terluka. Beberapa waktu terakhir ada sebuah pengumuman pembukaan pendaftaran bagi asisten praktikum. Peluang bagiku untuk melatih diri dan berkomunikasi. Terdengar manis memang jika aku berorientasi pada hasil semata, harusnya aku sadar dari awal bahwa ini tidak akan mudah. 

"Hei, lagi ngapain bengong aja lu ? " suara keras Rika  memecahkan lamunanku. "eh iya, astaga" jawabku spontan.

"Aku lagi baca ini, pendaftaran asisten" lanjutku lagi, "Oalah, sampe begong begitu lu" Timpalnya.

" Daftar aja lu. Lumayan dapet duit ilmunya juga bermanfaat dah nanti" Saran Rika, "Iya aku juga sedang mencoba berpikir untuk daftar, tapi apa aku bisa " balasku pesimis.

" Ya Rezeki mah siapa yang tau ya, coba aja dulu. Wakau cape tapi lu dapet ilmunya."  Saran Rika lagi, "Eh tumben kamu sendirian ?" Tanyaku mengalihkan isu.

"iya April lagi sibuk, banyak urusan dia. Gue mah bisa dukung aja deh" jawabnya dengan tenang.

"Eh lu mau pulang gak ? Apa ada urusan lagi abis ini ? " Tanya Rika. " iya aku kebetulan kiat fanplet jadi aku mampir, tujuanku juga pulang." responku singkat.

" Lu jalan kaki apa naek motor ?" Tanya Rika lagi dan lagi. " Jalan kaki kok." Balasku singkat.

"Yaudah cus, bareng deh".

Berjalan kaki dari kampus menuju lokasi kos sudah jadi keseharian bagiku. Kali ini perjalanan di temani Rika, dia terus saja betcerita tentang semua hal yang di alaminya pada harini. Mendengarnya saja aku merasa asyik, jika dibandingkan dengan diriku. Tak ada cerita spesial yang bisa aku bagi seperti Rika. Keseharian yang ku jalani berbeda dengabnya, jika anggapan Rika setiap saat adalah anugrah bagiku semuanya kadang terasa berbalik.

Tapi obrolannya sepanjang perjalanan membuatku lupa sejenak akan penatnya akan kebingungan dalam diri. Sudah lama sekali aku sejak saat itu belum datang, rasanya seperti kembali pada waktu lalu dimana masalah dan tuntutan belum menumpuk.

Ku tahu jika sebenarnya rasa syukurku belum maksimal untuk hari-hari yang telah di lalui. Hanya bayangan emosi negatif yang menghampiri. Berbicara dengan orang lain sama halnya pada saat perjalanan pulang ini, mengalihkan pikiran dari bayang-bayang ego di waktu lalu. Ternyata setelah sekian lama kali ini diriku tersadar bahwa Rika amatlah positif, dirinya begitu dewasa dalam menyikap permasalahan.

Tapi aku,  semua hal yang terjadi padaku apalagi yang menghambat hanyalah sebuah beban belaka, menghadapinya adalah keterpaksaan yang sangat berat. Hati ini selalu saja terasa kosong, padahal temanku banyak tapi tetap saja aku merasa sendiri.

Ketika orang berkata 'kamu tidaklah sendirian' tapi nyatanya dan yang terasa aku sangat kesepian. Sudahlah aku tak boleh lagi merasa seperti ini. Paling tidak aku akan berusaha terus mencoba mengisi kekosoangan ini.
Hari yang selalu terasa melelahkan memang. Merebahkan diri di kasur adalah kenikmatan dikala lelah. Sekejap mata memejam dan ku tarik nafas dalam kemudian ku hembuskan karbondioksida secara perlahan. Rileks, begitulah yang terasa. Otot yang tegang mulai terasa lebih santai dan nyaman.

Konflik BatinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang