9 || Tulus

50 2 0
                                    

Dear, hari kenapa kamu terasa lambat ? Sambutanmu kadang sealalu tak pasti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dear, hari kenapa kamu terasa lambat ? Sambutanmu kadang sealalu tak pasti. Hujan, terik, angin kencang, banyak yang mengeluhkan tingkahmu tapi tak ada yang mampu menghentikanmu. Sejujurnya, bagaimanapun dirimu aku tak ingin mempermasalahkanya.

Dear hari, selalu ada salam dariku untukmu. Bawakanlah aku esok yang cerah penuh makna, dimana tidak ada tekanan yang menghampiri dan teman-teman yang munafik.

Berpikir mengawang berkata-kata tak tentu arah itulah dia Setra, emosi dari buku yang ia baca kadang mengayutkannya membuat kiasan-kiasan yang menyamarkan rasa sakitnya. Terasa gila, tetapi ini lebih baik dibanding harus merasa stress dengan semua kepahitan hidup itu. Senyum tipis kadang muncul saat dia menyadari keanehan ini pada dirinya. 
Hari ini Setra kebetulan sedang bebas dari pekerjaan kampus, dan rencananya dia ingin pergi ke toko buku hari ini. Dia hanya ingin mencari buku dan beberapa alat tulis. Setelah tiba di lokasi, setiap penjuru dia telusuri untuk mencari yang diinginkannya. Terlalu banyak buku yang tertata rapi di rak, sekilas mereka terlihat sama, ya seperti buku. Tapi, setiap buku memiliki judul dan tempatnya masing-masing ditoko buku ini. Sayangnya kali ini keberuntungan sedang tidak terlau berpihak padanya kali ini, buku tujuannya ternyata sudah habis terjual di toko ini. Tapi tak lantas dia menjadi murung, dia masih bisa membeli alat tulis.

Saat perjalanan pulang, langkahnya terhenti di depan pintu toko. Matanya melihat sosok yang tak asing di kejauhan, dan sosok itu menghilang dibalik keramaian hari itu di kota. Setra mencoba mengingat orang asing yang tak asing baginya, dia terus memikirkannya sepanjang perjalanannya. Lama-lama fokusnya teralihkan,  hujan tiba-tiba saja turun dan nembuat semua orang berhamburan mencari perlindungan agar tidak kebasahan. Beruntung, Setra membawa payung dalam tasnya.

Meski menggunakan payung, angin bertiup dengan kencang, membuat percikan hujan tetap bisa mengenai baju dan tasnya. Langkahnya tak henti menerobos hujan angin itu, dengan perlahan-lahan dia terus berjalan untuk mengurangi basah.
Tiba ditempat kos dengan kebasahan, dirapikannya payung yang digunakannya dengan segera menuju kamar. Percikan hujan di genteng membuat alunan melodi sunyi yang cocok untuk menemai istirahat pada hari ini.

Perlahan pengelihatannya buram, kemudian semakin lama tak nampak apa-apa. Hujan membawanya pada rasa tenang dan perasaan hangat menyelimuti diri.

Setra's PoV

Nuansa hujan selalu sunyi seperti biasanya, memecah rindu dalam setiap  percikannya. Aku, terdiam diatas kasur, dan perlahan mataku mulai tak mampu menahan desakan kantuk karena lelah mencari buku impian.
.
.
.
Rasa panas mulai terasa, mimpi perlahan memudara dan mata terbuka melihat realita yang dibawa sinar matahari sore. Besok aku harus kuliah dan lagi kelas dimulai pagi-pagi. Kulihat jam dan ternyata waktu masih sangat panjang sebelum besok. Menatap jendela kulihat orang-orang kembali menjalankan harinya.
Kulihat novel kemarin masih belum tertutup diantara tumpukan buku dan alat gambar yang berserakan. Memang aku ini orangnya kalau sedang suka sesuatu kadang lupa dengan yang lain dan jika bosan bisa tidak dirapihkan lagi sisanya.

Konflik BatinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang