Setra's PoV
Berjalan mundur bersama waktu dalam hidup adalah hal mustahil untuk dilakukan. Karena kemarin tak akan pernah terulang kembali, yang bisa kembali hanyalah ingatannya saja. Teringat pada masa lalu, itulah yang biasa manusia lakukan. Pelajaran atau justru bayang-bayang yang akan kita peroleh.
Melihat kembali kadang jadi perkara yabg cukup rumit. Kadang, rasa trauma muncul dan mengusik ingatan itu semakin dalam yang membuat diri terjerat kenangan buruk. Cara terbaik untuk menutup masa lalu adalah dengan mengakuinya bahwa itu telah terjadi. Ingat, setiap manusia pasti melakukan kesalahan, relakanlah karena itu sudah terjadi.
Pernahkah kita mendengar suatu kalimat 'orang sekelas kamu masa sih gasuka ini' ; 'lihat orang kaya dia aja bisa, masa kamu enggak'. Well, pernah merasa rancu tidak dengan kalimat berikut ? Atau pernah melontarkannya ? Mungkin, ada dua hal yang dapat di asumsikan. Pertama memuji, ya itu bisa saja atau kedua meremehkan. Jika kemungkinan pertama itu bisa dibilang agak baik meski sebenarnya secara langsung itu meracuni hati seseorang. Jika kemungkinan kedua maka itu dipastikan memberikan rasa sakit secara langsung pada hati seseorang. Kemungkinan kedua ini menyebabkan korban menerima label dari sang pemberi label, apalagi jika dilakukan terus menerus. Percaya pada labeling akan membatasi diri sendiri untuk menjadi lebih maju, karena kita percaya bahwa label = diri kita.
Beberapa orang tak sadar dengan apa yang mereka katakan karena mereka nyaman dengan diri mereka tanpa melihat keadaan orang lain. Ada juga asumsi bahwa " Ada orang yang diciptakan untuk bersabar dan ada orang yang diciptakan untuk menguji kesabaran", kurang lebih seperti itu. Kesabaran itu didefinisikan sebagai sesuatu yang absurd dimana kita mempelajarinya setiap saat dan Tuhan mendatangkan ujiannya secara tiba. Menahan respon semestinya atas yang kita dapat.
Sensitivitas setiap orang juga berbeda-beda, ada yang sangat sensitif, sensitif dan masa bodoh. Pernakah kita mendengar atau mungkin melontarkan kalimat "Ah gitu aja baper"; "Dasar baperan"; " lemah amat sih". Memang mulut bisa jadi kurang terkendali. Tidakkah kita memikirkan kondisi orang lain ? Kita kadang-kadang hanya bisa menilai saja tanpa bercermin terhadap diri sendiri.
Terlalu rumit memang jika dijelaskan, deraan omongan orang lain memang tak akan pernah berhenti. Karena hidup memang selalu ada jalannya masing-masing, tak perlu iri dan berkeluh pada diri sendiri. Cukup percaya bahwa kamu adalah pribadi dinamis tak terbatas. Melihat orang lain memang tak akan pernah habis. Iri terhadap si kaya yang vanyak harta yang bisa melakukan apa saja. Iri terhadap si tenar yang dikenal dimana-mana dan punya banyak teman. Hah rasa iri memang, terkadang menyiksa dan menggerogoti pribadi seseorang.
Membandingkan diri dengan orang lain terus membuat diri semakin terperosok dalam jurang keputus asaan, jauh dalam hati banyak ketidakpuasan.
Merasa sudah menjadi diri sendiri, tapi ternyata diri ini masih terlalu awam dan bukannya merasa lebih baik. Yang ada hanya menirukan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Konflik Batin
General FictionKetika hidup berdampingan kadang membuatmu merasa sulit karena tekanan. Tapi tekanan saat sendirian jauh lebih menyakitkan. Kadang hidup dihadapkan pada situasi yang membuat hati nurani dan logika tidak sepakat dalam apapun. Diluar nampak seperti b...