2

10.7K 224 6
                                    

-----

Satu bulan kemudian...

Iyan kuliah di Universitas Indonesia, Depok. Pagi itu, ia menemui dosen pembimbingnya untuk memperlihatkan skripsinya.

"Kamu SD berapa tahun, Iyan?" tanya dosen itu.

"Enam tahun, Pak. Emangnya kenapa?" tanya balik Iyan kepada dosen pembimbingnya.

"Kalau kamu selesaikan kuliah kamu enam tahun juga, berarti otak kamu itu otak anak SD! Selanjutnya bab dua, saya kasih waktu empat hari, harus selesai!" pinta dosen itu.

"Yah, Pak. Masa empat hari Pak--" perkataannya terpotong oleh pak dosen.

"Kamu SD berapa tahun Iyan!?"

"Iya, Pak," jawabnya pasrah.

***

Arial yang sibuk dengan alat fitnes barbelnya sambil berjalan melewati ruang tamu dan telpon rumahnya berbunyi. Dia pun mengangkatnya.

"Halo. Kediaman Bapak Arinto, Ibu Arini, Arial, dan Arinda, ada yang bisa dibantu?" tanyanya pada orang yang berada diseberang telpon.

Seketika telpon itu terputus oleh penelpon.

"Mampus gue!" gerutu Zafran, ternyata dia yang menelpon tadi. Dia pun menelpon Dinda, adik Arial.

"Halo?" jawab suara dari sebrang, Dinda.

"Halo Dinda? Ini Zafran."

"Oh, iya Bang Zafran. Ada apa?"

"Enggak. Dinda lagi dimana?"

"Dirumah."

"Bang Zafran telpon kerumah deh, boleh?"

"Ada apa?"

"Enggak, mau telpon aja. Ya?"

"Telpon aja?"

"Tapi ntar langsung Dinda yang angkat ya? Bang Zafran kan lagi gak ngomong sama Arial."

"Iya."

Zafran pun beralih menelpon di telpon rumah Arial, dan diangkat oleh Dinda.

"Selamat sore, kediaman Bapak Arinto, Ibu Arini, Arial, dan Arinda, ada yang bisa dibantu?" jawab Dinda yang membuat Zafran muak.

"Dinda kan udah tau Bang Zafran yang mau nelpon, Dinda gak usah ngomong begitu."

"Tapi dari dulu kayak gitu peraturannya."

"Dinda lagi ngapain?"

"Lagi telpon."

"Bang Zafran kok diem?" tanya Dinda memecahkan keheningan Zafran.

"Oh, enggak. Arial lagi ngapain?"

"Mas Iyal? Lagi barbelan."

"Oh, lagi angkat-angkat barbel."

5 CM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang