3

7.6K 165 1
                                    

-----

Iyan tengah bergerutu dengan laporan skripsinya di depan komputer.

"Bab dua, tiga, empat, lima. Cuma dua bulan. Siapa takut?!" ucapnya sembari menyemangati dirinya sendiri.

Suara ketikan keyboard komputer yang awalnya terdengar cepat dan semangat, makin kesini makin pelan dan lambat. Seseorang yang tengah mengetik mulai kantuk.

Berbagai cara di lakukannya agar dapat mengatasi dan menghilangkan rasa kantuknya, termasuk makan mie. Tetapi apa daya rasa kantuk mulai menjadi, akhirnya Iyan pun tertidur sambil memeluk komputer kesayangannya.

kkrriiinnggg!!

Iyan pun terbangun dari tidurnya selepas alarm berbunyi dan bersiap-siap untuk pergi ke kampus dan menyerahkan hasil yang dia ketik semalaman.

***

"Ya.. Ini bagus, Iyan. Kamu lanjut bab tiga ya," ucap dosen sembari membaca skripsi yang di berikan Iyan.

"Gak ada revisi pak?" tanya Iyan.

"Ada sedikit, tapi nanti saja. Sekarang kamu bikin kuesioner penelitiannya. Kamu harus punya datanya dulu. Nah ini bagian yang paling berat," lanjut sang dosen.

Sesampainya dirumah, Iyan pun kembali bergerutu dengan kertas, keyboard, dan komputernya. Dia mengambil satu kain dan mengikatnya di kepala, seperti yang dipakai ninja-ninja, wkwk.

"Iyan.. Ini mama bikinin teh," ucap mamah Iyan sembari meletakkan teh yang ia buatkan untuk anaknya itu.

"Makasih Mah.."

Mamah dan Papah Iyan pun mulai berkode-kode dengan mata mereka. Entah apa yang mereka rencanakan untuk Iyan kali ini.

"Widihh.. National Geography," papah Iyan mengambil salah satu koleksi DVD Iyan yang berjudul National Geography yang pada dasarnya itu adalah koleksi film b*kep yang dia simpan dan dibaluti tempat DVD National Geography.

"J-jangan Pah! I-itu rusak, rusak!" ucap Iyan mulai panik.

"Huh?"

"DVD nya rusak!"

"Hm.." Papahnya pun menaruh DVD itu ke tempat semula, dan Iyan sedikit lega.

"Papah sama Mamah seneng banget kamu sudah mau lulus. Mudah-mudahan cepet selesai ya," ucap papahnya sembari melemparkan senyum. "Kalo kamu lulus, papah sama mamah mau ngajak kamu liburan ke luar negeri. Kamu masih mau kan ke Manchester?" lanjut papahnya sambil menunjuk poster club sepak bola Manchester United di tembok kamar Iyan.

"Iya.. Iya Pah!"

"Kita liburan di sana seminggu aja. Liat-liat bekas kampusnya papah. Liat-liat bekas asramanya tempat tinggal papah waktu kuliah di sana dulu. Dan mungkin papah sama mamah akan pulang duluan, sementara kamu akan tetap tinggal di Manchester! Untuk mempersiapkan semuanya. Seperti yang kamu mau. Papah sudah siapkan semuanya. Kamu langsung bisa ambil Master di sana. Kalo kamu bisa cepat, tiga tahun selesai!" kata papah Iyan yang membuat Iyan kaget bahagia.

"Hahh? Yang bener pah?! Beneran?! Yehahahahaha! Gua ke Manchester!" sembari meloncat-loncat dan memeluk papahnya yang sedang makan mie.

Di sisi lain, ada Genta yang sedang mempresentasikan hasil yang ia buat dalam meeting penting bersama klien.

"Kita jalankan dulu event di Jakarta sebagai pilot projek dan tentunya untuk memberikan kesempatan evaluasi dari perusahaan Bapak, bagaimana tim kami bekerja. Dan selanjutnya, apabila event di Jakarta sukses, dan Bapak-Bapak, Ibu-Ibu setuju, kita jalankan event di seluruh Indonesia," ucap Genta yang mendapatkan banyak aplouse dari klien.

Genta memandangi satu kursi kosong di sampingnya. Dia teringat seseorang yang biasa duduk disana. Seseorang itu Riani.

Riani terlihat tengah memikirkan sesuatu dan terlihat sedih sembari memainkan laptopnya sambil melihat keindahan kota Jakarta dari Apartemennya.

***

"Halo.." suara orang di seberang sana.

"Halo, Dinda."

"Oh iya, Bang Zafran. Ada apa?"

"Dinda lagi ngapain?"

"Baru pulang kuliah."

"Ohh.. Baru pulang kuliah.."

***

Di sisi lain, Iyan tengah duduk bersama papahnya di sebuah teras sambil mengetik sesuatu di laptopnya.

kringg..kringg

"Halo, Mas Dono?"

"..."

"Iya. Gimana kuesionernya?"

"Iyan, ada masalah nih Iyan. Direksi gak ngijinin kuesioner kamu. Kuesionernya yang udah di isi gak boleh keluar kantor. Data perusahaan yang ada nama Iyan juga suruh di tarik. Maaf ya Iyan.." ucap Dono di seberang sana.

"Iya..Gapapa mas."

Iyan mematikan sambungan telefon dengan rasa kecewanya.

"Kenapa kamu?" tanya papah Iyan dan di jawab hanya gelengan kepala oleh Iyan.

***

"Itu yang selalu saya khawatirkan. Tapi ya itu tantangan yang harus kamu hadapi. Kenapa ada bekas hitam di mata kamu? Kurang tidur kamu?" tanya dosen itu kepada Iyan.

"Iya Pak. Saya coba baca dan mengerti dulu semuanya jadi di bab selanjutnya bisa lebih cepat. Biar bisa sidang dua bulan lagi, Pak," jawab Ian.

"Kamu coba kesini," dosen itu memberikan sebuah kartu nama kepada Iyan, "Ini gak jauh dari sini," lanjut dosen itu.

Iyan pun segera pergi ke kantor yang tertera di kartu nama tersebut dan menemui manager kantor disana.

"Halo, Pak Rudy? Ini ada tamu, mau ketemu dengan Bapak di depan. Oke, terimakasih Pak," tanya seorang resepsionis kepada seseorang yang berada di telepon di kantor tersebut, "Mas tunggu sebentar ya."

Iyan mengangguk. beberapa menit kemudian datanglah Rudy, manager kantor tersebut.

"Iyan, ya?" tanya Rudy.

"Iya, Pak."

"Taro aja kuesionernya disini."

"Ini ada sekitar tiga ratus lembar pak. Maaf, seminggu lagi bisa saya ambil, Pak?"

Rudy hanya menanggapi dengan anggukan kepala dan tersenyum. Entah ikhlas, atau tidak.

"Makasih, Pak. Saya pamit," ucap Iyan.

"Kalo ada tamu atau yang nyari saya, saya sedang lunch," ucap Rudy kepada resepsionis.

•••

5 CM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang