7

5.5K 183 7
                                    

-----

Hari mulai pagi. Sudah hampir seharian mereka duduk di kursi kereta. Zafran terlebih dahulu bangun dari tidurnya dan mulai memperhatikan Dinda yang duduk di sampingnya itu yang sedang menyenderkan kepalanya di pundak Zafran. Sedangkan yang lainnya masih pulas tertidur.

Zafran mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Ia kagum terhadap pemandangan sawah yang terpancar sinar kuning oleh matahari. Zafran pun keluar dari tempat duduknya dan pergi ke pintu kereta untuk menikmati udara pagi dan pemandangan yang indah.

"Negeri ini indah sekali, Tuhan! Bantu kami menjaganya. Amin," ucap Zafran seraya berdoa.

Zafran kembali ke tempat duduknya dan melihat kawan-kawannya yang ternyata sudah bangun. Sama seperti Zafran, mereka sedang melihat pemandangan dari luar jendela.

Hanya satu yang terlihat janggal, yaitu Dinda. Mereka menikmati pemandangan, kecuali Dinda. Karena tubuhnya yang mungil, ia jadi tidak bisa melihat pemandangan dari luar jendela yang di tutupi oleh badan besar Iyan. Zafran yang melihat itu, langsung bertindak.

"Dinda! Ikut bang Zafran yuk!" ucap Zafran kepada Dinda.

"Kemana?"

"Udah, ikut aja. Yuk!"

Zafran pun membawa Dinda ke tempat dimana dia berdoa tadi, yaitu dipintu kereta yang terbukad dengan maksud agar Dinda lebih leluasa untuk melihat pemandangan luar yang indah.

"Liat bang Zafran ya!" ucap Zafran yang mulai merentangkan tangan keluar yang membuat Dinda tersenyum melihatnya.

"Sekarang giliran Dinda," ajak Zafran yang membuat Dinda menggeleng dan bergidik ngeri, "Cobain deh, asik banget!" sambung Zafran yang di-iyakan oleh Dinda tanpa ragu.

"Pegang sini."

Dinda mulai merentangkan tangannya yang di tahan oleh Zafran seperti dalam film Titanic. Awalnya membuat Dinda takut dan memejamkan mata, namun lama kelamaan, Dinda mulai menikmatinya.

Zafran tidak mau membuang kesempatannya. Dia membisikan kalimat 'I Love You' yang membuat Dinda kaget dan bingung.

***

Beberapa jam kemudian, mereka pun tiba di stasiun, tempat tujuan mereka.

"Teman-teman! Selamat datang di Malang!" ucap Genta kepada teman-temannya.

"Habis ini kita kemana, Ta?" tanya Riani.

"Ke daerah Tumpang," jawab Genta.

"Tumpang itu daerah mana, Ta?" tanya Zafran.

"Tumpang itu gerbang masuk tujuan kita. Yuk! Gue ngurus transport dulu!" jawab Genta.

Genta pun mendapat transportasi yang akan mereka naiki untuk pergi ke tempat tujuan.

"Ini pertama kali buat mereka, pak!" ucap Genta kepada sang supir.

"Yuk! Barang-barang masukin!" perintah Genta kepada teman temannya.

"Wihh, naik jeep! Asli sumpah keren, Ple!" kagum Iyan.

"Petualangan dimulai!" ucap Arial senang.

Mereka pun mulai berangkat.

***

Beberapa saat kemudian...

Genta berdiri dan kagum melihat pemandangan bukit dan pegunungan.

"Temen-temen, lo semua dapat salam dari Indonesia!" ucap Genta kepada teman-temannya.

Mereka yang melihat arah pandang Genta, ikut kagum melihat pemandangan indah anugerah Tuhan ini.

"Dan itu, Mahameru. Yang dari kemaren penasaran nanya mau kemana, itu jawabannya. Impian kita adalah nanti kita semua akan berdiri disana. Sebuah tempat yang gak akan pernah bisa kita lupain seumur hidup kita," ucap Genta sambil menunjuk puncak Gunung Mahameru yang menjadi tujuan mereka saat itu dan kejutan juga bagi teman-temannya.

"Keren banget! Asli Mahameru, keren banget!" ucap Iyan sambil mengabadikan gambar Gunung Mahameru.

"3.676 meter dari permukaan laut," ucap Arial.

"Puncak tertinggi Jawa!" sambung Genta.

"Ta?"

"Nanti kita mau kesana, Ta?" tanya Iyan ragu.

"Berdiri disana?" tanya Zafran.

"Iya!"

"Bisa apa kita, Ta?"

"Medannya berat gak, Ta?"

"Iya, Ta! Bawa ikan paus lagi nih!"

"Iya, Ta! Gue kuat gak, Ta?" tanya Iyan.

Berbagai macam pertanyaan mereka lontarkan semua kepada Genta yang mengajak mereka ke tempat itu.

"Gatau. Kayaknya sih nggak. Makanya lo gue suruh lari pagi seminggu. Lari gak lo?" tanya Genta kepada Iyan.

"Lari."

"Setiap hari? Hebat juga lo."

"Ngga, sehari doang."

"Yee! Dasar paus!"

"Bisa deh lo Iyan! Pasti bisa! Gue yakin!" ucap Arial sembari memberi semangat kepada Iyan.

"Bisa kok pasti."

"Kita yakin kita semua bisa?" tanya Genta kepada semua.

"Gue udah taro puncak itu dan kita semua disini," ucap Zafran sambil menunjuk depan jidatnya.

"Disini ya, Ple!" ucap Arial meniru Zafran.

"Yang kita perlu sekarang cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya. Tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya," ucap Genta.

"Mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya," sambung Iyan.

"Leher yang akan lebih sering melihat ke atas," sambung Arial.

"Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja," sambung Riani.

"Hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya," sambung Zafran.

"Serta mulut, yang akan selalu berdoa," sambung Dinda yang menutup perbincangan mereka dan meneruskan perjalanan yang masih lumayan jauh.

•••

5 CM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang