1

20.8K 356 35
                                    

-----

Seperti biasa, mereka selalu punya jadwal bertemu setiap minggu bahkan hampir setiap hari dikala mereka merasa bosan.

"Buset deh. Ada kali kecap di sini, Al!" kata Genta melihat Arial mengeluarkan kecap botol berukuran sedang dari tasnya.

Arial memang sangat menyukai kecap, bahkan disetiap makanannya akan terasa hambar jika tidak ada kecap.

"Ya buat jaga-jaga aja," jawab Arial tanpa ragu.

Riani pun memesan makanan yang akan mereka makan pada malam itu. Riani sudah sangat hafal semua makanan favorit ke empat sahabatnya.

"Oke mas, catet ya. Indomie telor cornet nya empat, dua pake keju, dua enggak. Satu telor setengah mateng, yang tiga mateng. Yang setengah mateng untuk indomie yang gak pake keju ya, terus roti bakarnya empat. Stroberi satu, cornet keju satu, kacang coklat satu, dan nanas satu. Nanasnya agak angus ya mas bakarnya. Trus yang pake kacang coklat banyakin kacangnya daripada coklatnya. Trus tadi kan indomienya empat mas, kari ayam semuanya ya. Trus minta mangkok kosongnya satu buat indomienya. Minumnya es teh manis semua. Oh iya mas, jangan lupa kecapnya yah!" pinta Riani pada pelayan disana dengan meminta beberapa pesanan.

Beberapa saat setelah Riani memesan semuanya, segala pesanan pun datang. Semua memutuskan obrolan dan mulai menyantap makanan.

"Iyan, minta kuahnya dong!" seperti biasa Riani selalu meminta kuah indomie kepada Iyan. Selalu.

"Ta, jadi gimana? Lo jadi mau sewa kantor?" tanya Iyan kepada Genta yang sedang menghayal memandangi Riani.

Genta memang sudah menyukai Riani sejak lama. Gak tau kenapa kedua ini gak pernah jadian.

"Genta!" suara Riani membangunkannya dari khayalannya Genta.

"Oh.. Jadi kok jadi," jawab Genta.

***

Zafran bercerita tentang pengalamannya di rumah. Dia sangat suka menyetel musik volume full di dalam kamar dan sambil membaca sebuah puisi yang dia buat.

"Cinta... Cinta ada hanya untuk cinta.."

Selang Zafran membaca puisinya dan bergaya di depan cermin memperhatikan penghayatannya dalam membaca puisi buatannya itu, tiba-tiba musik yang di setel Zafran berhenti.

Ternyata wanita paruh baya yang adalah ibunya datang ke kamar dengan masker wajah yang masih menempel dan daster yang dia kenakan dan rambut yang dibuat bergelombang.


"Berisik! Punya band aja gak jelas, ngetop aja enggak udah punya the best of. Gak enak lagi lagu-lagunya. Kamu itu udah di kuliahin, udah sarjana. Ngapain kek! Cari kerja kek! Jadi anak nurut kenapa sih sama orang tua!" tegas ibunya.

"Eh Ma, tunggu dulu Ma. Ma, denger ni. Dahlil Gibran, Ibu, anakmu bukan anakmu. Mereka adalah putra sang fajar," ucap Zafran dengan tangan terangkat dan ekspresi menghayati puisinya.

"Oh, gitu ya. Oke! Mulai sekarang, kamu masak sendiri, cuci sendiri, setrika baju sendiri. Gak akan Mama masakin buat kamu. Makan aja sana di warteg!"

5 CM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang