11

4.2K 131 3
                                    

-----

"Tempat apa ni, Ta? Serem amat!" tanya Riani.

"Kita di kalimati," jawab Genta.

"Kalimati?"

"Kok tiba-tiba dingin banget?" tanya Riani sambil menggigil dan menunjukan suasana disekitar mereka seperti sedang hujan es yang sebenarnya itu adalah abu vulkanik.

"Ta?"

"Ujan abu."

"Di Kalimati kita mulai bisa merasakan hujan abu vulkanik Mahameru. Mahameru masih aktif! Kita semakin deket! Pasang masker! Yuk, jalan lagi!" ucap Genta.

Mereka pun melanjutkan perjalanan kembali tanpa mengurangi rasa semangat untuk mencapai puncak Mahameru.

"Permisi mas," sapa Genta kepada para pendaki lainnya yang sedang duduk di depan tenda mereka.

"Ya?"

"Maaf, masih punya air gak?"

"Oh, ada nih mas!"

"Trimakasih mas!"

"Numpang nanya mas, tadi di Kalimati kita kena debu vulkanik. Kalo mau ke atas, bahaya gak?" tanya Arial kepada para pendaki tadi.

"Nggak sih mas, itu udah normal karna Mahameru masih aktif. Tapi kalo mau naik, gapapa kok," jawab salah satu pendaki itu.

"Tapi besok jam 1 pagi udah pada turun ya!"

"Udah mau gelap, kita jalan sekarang yuk!" ajak Arial kepada teman-teman yang lain.

"Trimakasih ya mas!"

"Yo! Hati-hati ya!"

Mereka melanjutkan perjalanan menyusuri hutan hingga malam pun tiba. Berandalkan lampu senter, mereka menyusuri jalan sempit dan berumput liar.

"Ta!" panggil Riani dan menunjukan wajah khawatir dan takut yang di balas anggukan dari Genta seraya memberi tahu bahwa tidak ada bahaya, tenang saja.

Mereka pun akhirnya menemukan beberapa cahaya di depan mereka. Itu tenda-tenda para pendaki lainnya yang sedang beristirahat. Wajah mereka pun tampak tenang melihatnya.

"Arcupodo! Yuk!" ajak Genta.

Mereka pun berhenti disana dan mulai membuat api unggun dan melingkarinya. Tak lupa mendirikan tenda untuk sesekali beristirahat.

"Sepuluh menit lagi jam sembilan. Nanti jam sembilan semuanya harus tidur! Gak ada kompromi! Perjalanan kita memang tinggal sedikit lagi. Tapi ini yang paling berat," jelas Genta.

"Kita ke puncak jam berapa, Ta?" tanya Arial.

"Nanti malem jam dua. Nanti malem, kita baru bener-bener mendaki!"

"Bener-bener mendaki?" tanya Iyan ragu dan mendapat anggukan dari Genta.

"Nanti ke puncak, semua barang di tinggal di tenda," tambah Genta.

"Kok gitu?"

"Emang kayak gitu dari dulu, ditinggal di tenda! Gak mungkin banget di bawa ke atas. Bahaya banget! Harus jaga keseimbangan!"

"Emang bener-bener segitu bahayanya ya?" tanya Dinda memastikan.

Genta hanya memotong cerita dan memperlihatkan wajah santainya karena suasana berubah menjadi tegang. Genta hanya tidak ingin para sahabatnya khawatir akan hal itu dan patah semangat.

"Udah jam sembilan. Tidur yuk! Nanti setelah doa, cuma disiplin yang bisa bikin kita selamat disini," ucap Genta yang membuat wajah para sahabatnya mulai ragu.

5 CM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang