-----
Saat ini, Arial sedang berada di tempat fitnes. Dia sedang memperhatikan seorang gadis cantik yang sedang melakukan olahraga angkat barbel. Seperti biasa, Arial gugup untuk mengajaknya berbicara. Arial mencoba menghampiri gadis itu, yang kemudian mendapat sebuah tatapan aneh olehnya.
"Selamat sore," sapa Arial, "Kamu Indi kan?"
"Iya, kenapa?" jawabnya dengan menyilangkan tangan didadanya dan hanya dibalas diam tak berkutik oleh Arial.
"Oh, bisa ngomong juga?" tanya Indi lagi.
"Bisa."
"Gua Arial, gua pengen jadi temen lo," ucap Arial sambil mengulurkan tangannya seraya ingin mengajak Indi berkenalan.
"Indi."
"Kamu kok keringetan banget sih?"
"Gua kalo gugup emang keringetan."
"Jadi sekarang lagi gugup?"
"Iya," jawab Arial yang dibalas tertawa kecil oleh Indi.
***
Setelah selesai berolahraga, mereka berdua pun pulang bersama menggunakan mobil yang dikendarai oleh Arial.
"Mau kemana lagi, bu?" tanya Arial membuka pembicaraan.
"Gak tau, tapi lagi males pulang."
"Sama. Ke puncak aja yuk! Kan deket."
"Ngapain?"
"Ada Villa keluarga gua disana. Kita ngobrol-ngobrol aja. Entar di jalan kita bisa beli jagung bakar, duren, atau banrek. Gimana?" tanya Arial.
"Tapi jangan macem-macem ya, pak!"
"Maksudnya?"
"Nggak. Yaudah, yuk!" jawab Indi sambil tertawa kecil.
Mereka berdua pun mampir ke salah satu tempat yang menjual jagung bakar dan duduk disana untuk singgah membeli jagung bakar.
"Enak banget nih jagungnya," ucap Indi yang membuat Arial gemas.
"Kamu kayak anak kecil!"
"Dari pada kamu, sama apa aja nurut."
"Biarin."
"Mmm.. Arial jelek!"
Setelah satu jam lebih mereka menghabiskan waktu di tempat itu, mereka memutuskan untuk pulang karena sudah larut malam.
Di dalam mobil, Arial terlihat canggung dan gugup saat sedang menyetir dan sesekali mencuri pandang kepada Indi. Arial seketika menggenggam tangan Indi dan dibalas genggaman lebih erat lagi dari Indi. Mereka berdua pun tersenyum senang.
***
Keesokan harinya...
"Mas Iyan, ini kuesioner anda," ucap resepsionis sambil memberikan beberapa lembar dokumen kepada Iyan.
"Makasih mba."
Iyan membaca satu persatu halaman dalam kuesioner tersebut hingga dia merasa bingung dan merasa ada yang janggal.
"Mba, ini kok belum diisi semua mba?" tanya Iyan.
"Ati!" terdengar suara yang memanggil resepsionis itu. Ya, itu Rudy. Manager ditempat itu.
"Sebentar ya mas," pamit sang resepsionis.
Resepsionis itu pergi menemui sumber suara yang memanggilnya tadi dengan perasaan khawatir.
"Kenapa, pak?"
"Kalo mahasiswa gendut yang tadi telfon datang, bilang aja kita gak bisa bantuin dia. Males saya urusan begituan, gak ada duitnya!" ucap Rudy yang tidak menyadari bahwa disana ada seseorang yang merasa kecewa dan sakit hati dengan perkataannya.
Saat itu juga, Iyan pergi meninggalkan kantor tersebut dengan perasaan kesal.
"Mas, mas, punya dongkrak gak mas? Punya saya rusak," tanya seorang pria yang terlihat sedang memperbaiki ban mobilnya yang berada tepat di samping mobil Iyan.
Iyan mengabaikannya dan lansung masuk ke dalam mobil. Iyan sangat kecewa dengan apa yang terjadi kepadanya hari ini. Sepertinya dia memang tidak ditakdirkan untuk lulus. Beberapa kali ia membenturkan kepalanya di stir mobil karena sebegitu frustasinya Iyan.
Iyan ingin sekali curhat kepada teman-temannya, tapi sayang sekali dia baru menyadari kalau pada saat itu mereka sedang tidak berkomunikasi dan tidak saling bertemu.
Iyan pun teringat dengan seorang pria yang meminjam dongkrak miliknya. Ia mengambil dongkrak miliknya dan meminjamkannya kepada pria tadi.
"Nih, mas. Saya punya dongkrak," ucap Iyan sambil memberikan dongkrak miliknya.
"Makasih ya."
"Kerja dimana, mas?" tanya Iyan.
"Itu kantor gua depan."
"Oh. Bagian apaan?"
"SDM." (Sumber Daya Manusia)
"Kebetulan banget. Saya punya skripsi tentang Sumber Daya Manusia. Tapi kuesionernya gak ada yang mau terima. Mas mau gak?"
"Boleh. Boleh saya liat?"
Iyan mengambil kuesioner yang ada di mobilnya dan memberikannya kepada pria itu.
"Nih mas."
"Bagus-bagus semua tujuan pertanyannya. Kebetulan kantor gua juga lagi peduli soal yang beginian. Jadi kita juga lagi survey."
"Jadi gimana mas?"
"Oke. Gua bawa. Trus kapan bisa gua balikin lagi ke lo?"
"Kalo bisa jangan lama-lama mas, soalnya gua di kejar deadline. Kalo bisa, seminggu lagi gimana?"
"Seminggu? Kayak ginian sih dua hari juga kelar!"
Iyan tertawa puas dan sangat senang.
***
Beberapa hari kemudian...
"Iyaaann!!" teriak dosen pembimbing yang memanggil nama Iyan dengan suara lantang dan penuh emosi.
"Sini!!"
"Iya pak?" jawab Ian.
"Kamu ada masalah apa sama bidang akademiknya? Jangan macam-macam kamu sama saya! Ngapain saya bela-belain kamu buat sidang tahun ini?! Nih!" dosen itu tiba-tiba menyodorkan sebuah surat kepada Iyan.
Iyan pun membaca surat itu dengan hati-hati, "Dengan surat ini, kami dari panitia tugas akhir memanggil saudara Adrian Adriano, mahasiswa bimbingan Bapak Sukonto Legowo untuk mempertanggungjawabkan tugas akhirnya dalam sebuah sidang skripsi yang akan di--" perkataan Iyan terpotong. Ia sangat senang saat itu.
"S-saya sidang pak?! Saya sidang pak! Whuhu whuhu sidang! Akhirnya gua sidang!"
Saking senangnya hingga melompat-lompat diatas bangku taman, Iyan pun terjatuh namun tidak mengurangi rasa gembiranya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
5 CM [SELESAI]
Adventure17 Agustus di puncak tertinggi Jawa, 5 sahabat 2 cinta, sebuah mimpi mengubah segalanya". Genta, Arial, Zafran, Riani dan Ian adalah lima remaja yang telah menjalin persahabatan belasan tahun lamanya. Suatu hari mereka berlima merasa "jenuh" denga...