22. Kumpul di rumah Annisa

2.7K 204 3
                                    

Warning! Isi part cukup panjang! Happy reading :)

= Patiently =

Gadis berambut panjang yang sengaja digerai itu menatap rumah bercat ungu muda di ujung jalan. Sudah lama sekali ia tak pernah pergi ke sana lagi setelah OSN SMP tingkat kota madya berakhir sekitar tiga tahun yang lalu. Saat itu rumah ini masih bercat hijau tosca dan sekarang sudah berbeda. Rumah ini juga terlihat lebih besar dari yang dulu.

Sheila menghentikan motornya tepat di pekarangan rumah itu. Ia berjalan ke depan pintu dan melihat ada banyak orang di ruang tamu yang luas.

Ardiaz adalah orang yang duduk di sofa yang menghadap ke pintu sehingga wajahnya lah yang pertama dilihat oleh Sheila.

"Hai Sheila!" seru Annisa, "mari masuk!"

Sheila pun menuruti perintah Annisa. Ia masuk, mengucapkan salam, lalu duduk di sofa yang kosong, tepat di samping Annisa dan Dannial.

Ada dua orang lagi yang Sheila tidak kenali di ruangan itu selain Ardiaz, Annisa, Felly, dan Dannial. Mungkin siswa dari bidang lain, yang jelas masih kelas IPA.

"Kenalin, ini Rama." Dannial memperkenalkan orang yang duduk di samping Sheila. "Anak kelas sebelah kelas gue, dua belas IPA dua."

Seseorang di samping Rama pun berdeham, sebagai isyarat agar dirinya diperkenalkan juga.

"Oh, kenalin, ini ... aduh, gimana ya ngenalinnya? Oh ya, panggil aja Madan. Anak kelas sebelas IPA dua." Dannial kemudian menepuk bahu Rama dan Madan.

"Kok kalian couple-an sih? Kelas sama-sama IPA dua, nama sama-sama Ramadhan juga. Heran gue."

Sheila hanya bisa terkekeh ketika mendengar ocehan Dannial. Tak sengaja matanya bertemu pandang dengan Ardiaz yang duduk di sofa single, paling ujung, menghadap pintu.

Ketika Ardiaz melihat Sheila, ia langsung menawarkan Rama untuk bertukar tempat duduk dan disetujui begitu saja.

"Maaf gue tadi nggak bisa jemput lo. Gue bareng sama Felly," ujar Ardiaz di detik ia duduk di samping Sheila.

"Iya nggak pa-pa. Gue juga sekalian mau ke rumah Ayah," jawab Sheila.

Annisa berdeham, membuat semua orang melihat ke arahnya. "Kapan mulainya?"

"Eh tunggu, Kudaniel belum dateng." Dannial mengeluarkan ponselnya lalu tersadar setelahnya. "Eh bege, gue 'kan nggak ada paketan. Nis, lo aja yang chat dia gih!"

Annisa pun beranjak dari sofa menuju meja tengah, tempat ponselnya diletakkan.

Pandangan Sheila bertemu dengan Felly. Entah mengapa masih terselip rasa benci di benak gadis itu ketika mengingat kejadian di hari Ardiaz memutuskan hubunganya.

Felly tersenyum. "Hai! Lama nggak ketemu."

Sheila tersenyum paksa. "Hehe, gue agak sibuk akhir-akhir ini."

Dannial yang mendengar perkataan tersebut kemudian terkekeh dan menyela, "Sheila sibuk mikirin Daniel, AHAHAHA!"

Tiba-tiba sofa yang diduduki Dannial terasa bergerak. "Ekhm." Seseorang baru saja berdeham dan duduk di sampingnya.

"ASTAGHFIRULLAH!" Dannial tersentak kaget hingga tangannya refleks menepuk bahu Daniel yang baru saja masuk tanpa mengucapkan salam. "Sinting, masuk tuh ngucapin salam!"

Daniel yang mengenakan kemeja berwarna merah itu mengernyitkan dahinya lalu membalas pukulan Dannial. "Gua nggak mukul bege!"

"Santai!" Dannial menepuk Daniel lagi.

PatientlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang