28. Perjalanan Pulang

2.1K 191 2
                                    

Bersembunyi di balik pohon dengan posisi berdiri di depan Daniel ini membuat Sheila deg-degan. Sheila sedikit pendek dari Daniel dan itu tidak baik. Sheila bisa melihat wajah Daniel dengan jelas dari bawah.

"Lo nggak kesurupan kan?" tanya Daniel ketika menyadari Sheila yang memerhatikannya.

Sheila kaget dan langsung membuang muka. "Gue masih kaget sama yang tadi."

"Kaget kok diem." Daniel mengintip lagi namun tidak menemukan tanda-tanda. Sepertinya mereka sudah aman. Untung Kezia punya ide seperti itu.

"Gue emang begitu," jawab Sheila sambil melihat ke arah tangannya yang masih digenggam erat oleh Daniel.

Sejak kapan?!

Merasa tangan yang digenggam bergerak, Daniel pun refleks melepas genggamannya lalu membuang muka.

"La, sebaiknya lo pulang," ujar Daniel kemudian.

"Enggak, gue mau di sini."

"Di sini bahaya!"

"Kalau bahaya kenapa lo di sini juga?!" sentak Sheila balik.

Daniel memutar bola matanya dan mendesah frustasi. "Ya udah, kita pulang." Kemudian ia langsung menarik tangan Sheila menuju tempat motor mereka diparkirkan yang cukup jauh dari sana.

* * *

Sheila seketika bingung harus lewat jalan yang mana. Gelap dan sepi. Sheila tidak ingat sama sekali jalan yang dilaluinya saat mengikuti Ardiaz dari belakang tadi.

Gadis itu pun menghentikan motornya sebentar lalu mengeluarkan ponsel dari dalam tas selempangnya. Ia mencari kontak bertuliskan "Sesepuh Srigala".

Panggilan pun tersambung, seorang di seberang sana menjawab, "Apa?" itupun tanpa salam.

Sheila meneguk salivanya. "Anu ... kak, gue kesasar."

Tiba-tiba panggilan terputus, membuat bulu kuduk Sheila semakin berdiri. Namun, beberapa detik kemudian, seseorang meneleponnya. Langsunglah Sheila menerima panggilan itu ketika melihat nama "Sesepuh Srigala" muncul di layar ponselnya.

"Gue di belakang lo."

Sontak, perkataan Daniel barusan membuat Sheila menoleh ke belakang. Ya, memang benar, motor Daniel berjalan tepat sepuluh kaki di belakang Sheila, sedang menyusul.

"Gue lupa jalan, hehe," ujar Sheila tanpa memutuskan panggilan.

"Yah, gue juga sama." Motor Daniel berhenti tepat di samping Sheila. "Kita cari sama-sama jalannya, oke?"

Seketika Sheila tersenyum mendengar nada "Oke" itu. "Ya udah," jawabnya.

"Jangan dimatiin," ujar Daniel tepat sebelum Sheila memutuskan panggilan pada ponsel, "biarin aja. Lo jalan dulu, gue ikutin dari belakang."

Sheila mengangguk lalu meletakkan ponselnya pada kantung bajunya.

"Jangan lupa loud-speakernya diaktifkan," saran Daniel saat Sheila menjalankan motornya lebih dulu.

Entah rasa apa yang terselip di benak Sheila kali ini. Sangat berbeda. Gadis itu lebih sering merasa deg-degan bila ada Daniel di sampingnya. Apa paras Daniel adalah penyebabnya? Atau karena hal lain?

Sudahlah, Sheila tidak mau memedulikan itu dulu. Sekarang, ia harus cari jalan yang tepat menuju rumah.

"Kak, gue mau tanya," ujar Sheila sambil tetap fokus ke jalanan.

PatientlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang