29. Keluarga

2.3K 183 9
                                    

Ketika semua orang merasa liburan adalah anugrah, maka bagi Sheila sebaliknya. Hari libur adalah hari yang sangat membosankan baginya. Di saat seperti itu ia merasakan tidak enaknya menjadi anak bungsu perempuan dari keluarga broken home.

Sheila sangat merasa kesepian dan bosan di setiap harinya. Yang ia kerjakan hanya menjaga toko bersama dengan Mba Esti, seorang wanita yang dipekerjakan ibu Sheila sebagai penjaga toko.

Fardhan, Fabian, dan ibunya sibuk dalam urusan masing-masing. Terkadang Sheila bingung dengan apa yang harus dilakukannya. Berbicara dengan Mba Esti? Sudahlah, mulutnya bisa dikatakan "ember". Sheila tidak suka, lebih baik ia diam.

Lalu bagaimana dengan Gladis? Biasanya liburan seperti ini gadis itu adalah panutan Sheila. Namun sayang, Gladis pergi berlibur ke rumah keluarganya di Bandung selama dua minggu.

Lah, kalau Sheila kesepian begini, author bakal ceritain apa coba?

Tok tok tok!

Sheila yang kala itu sedang asik menonton suatu video lucu di youtube itu mengalihkan pandangan ke arah pintu. Di sana, berdiri seorang wanita yang nampaknya hendak memotokopi
sesuatu. Selagi ada Mba Esti, Sheila pun melanjutkan aktivitasnya.

Anggap itu angin lalu.

Tepat di saat yang tepat, ponsel Sheila bergetar, menghadirkan nama seorang pria di layar. Itu ayah Sheila, Andika.

Sheila pun menerimanya, pasti ini adalah ajakan untuk bermain ke rumah.

"Halo, assalamu'alaikum, ada apa yah?"

"Sudahku tebak."

"Ya udah, aku ke sana ya?"

"Loh?"

"Ohh, iya-iya, entar aku mampir. Jadi aku ke sana kan?"

"Asik, dadah yah, assalamu'alaikum."

Itulah ucapan Sheila yang dapat Esti dengar dari depan lemari. Sheila berdiri dan menghampirinya, lalu berpamitan untuk pergi sebentar ke rumah ayahnya. Ya, meskipun ragu, tapi Esti mengiyakannya. Karena ia sudah biasa seperti ini, alias sudah kebal kalau ditinggal sendirian.

* * *

Daniel menatap adik bungsunya yang sedang mewarnai sebuah buku bergambar. Di buku itu, bukan hanya terdapat sebuah gambar, tertera juga nama gambar dan  huruf ejaan yang masih berbentuk sebuah titik yang perlu dihubungkan.

"Ini apa dek?" tunjuk Daniel ke gambar di buku seraya memasang senyumnya.

Aini, adik kecil Daniel yang masih berusia tiga tahun pun membalas senyumannya dengan cengiran sambil berpikir. "Ayam?" tebaknya.

"Iya, bener." Daniel mengusap kepala Aini. "Coba buka lembar sebelahnya, ada apa?"

"Ada ucing!" pekik Aini sambil menepuk tangannya.

Daniel bahagia menatap adiknya yang menggemaskan ini. "Iya bener, kucing. Aini suka kucing?"

Aini menggeleng antusias. "Iya."

"Kalau iya, anggukkan kepala Aini. Bukan geleng-geleng. Kalau geleng-geleng artinya 'enggak'." Daniel pun tertawa sementara Aini mengerucutkan bibir mungilnya.

Tak lama Aini membuka lembar selanjutnya dan mendapati gambar seekor harimau. Daniel pun berhenti tertawa dan bertanya, "Ini apa, hayo?"

PatientlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang