Heart to Heart, Reborn!

311 28 0
                                    

Kedai ramen itu dipenuhi dengan lambang Mahotsukai. Itu membuat Haruka dan Yoko tidak terlalu nyaman.

"Selamat datang. Untuk berapa orang?" Seorang pelayan menghampiri mereka.

"Dua orang." Pelayan itu pun mengantar Haruka dan Yoko ke tempat untuk 2 orang. Entah kenapa Haruka merasa terganggu karena lambang Mahotsukai. Haruka melihat ke arah Yoko dan sepertinya Yoko juga merasa terganggung juga. Yoko pun memberanikan diri untuk bertanya kepada pelayan yang mengantar mereka. "Ah, itu bukannya lambang sekolah Mahotsukai yang terkenal itu?"

"Ya, bagaimana anda bisa tahu?"

"Ah, kami berdua adalah pengembala dan kabarnya ada sekolah magic baru. Kami sedikit terbawa arus." Mendengar itu, Haruka hanya bisa diam karena dia tahu Yoko sedang ingin mencari informasi tentang Mahotsukai dan satu hal yang dia yakini, yaitu jangan menghalangi jalan Yoko jika tidak ingin menderita.

"Ah, jadi kabarnya sudah menyebar, ya." Yoko menganggukan kepalanya. "Mahotsukai adalah tempat saya belajar. Mereka yang bekerja disini adalah pelajar Mahotsukai, tetapi yang memiliki kelas D, alias punya potensi magic, tetapi tidak punya magic. Sekarang ada pertandingan antar sekolah magic jadi kelas D dipindahkan untuk keamanan kami dan memutuskan untuk membuka kedai makanan layaknya sedang merayakan festival, kami bersenang-senang dan menunggu kemenangan yang diperoleh teman-teman kita."

"Ah, begitu. Sebenarnya, anaknya adik ibuku ingin bersekolah disana, Mahotsukai. Ya, kan? Haku?" Haku yang dimaksud Yoko adalah Haruka, tetapi Haruka tidak menyadarinya. Yoko pun menendang kaki Haruka. Haruka pun menyadarinya.

"Ahh, ya. Hanya saja aku tidak percaya diri karena sekolah ternama dan besar. Apalagi aku buta arah."

"Awalnya juga saya suka nyasar, tetapi kalau tidak salah ada petanya. Peta dibuat karena keluhan murid yang telat masuk kelas karena tidak tahu kelas selanjutnya berada dimana."

"Ah, mungkin aku akan mulai menghapal tempatnya jika kamu berkenan meminjamkan peta itu."

Pelayan itu terlihat menyesal. "Maaf saya tidak bisa. Ditakutkan mata-mata musuh."

"Mata-mata musuh? Ah, maksunya Magicalist?"

"Ya. Maaf saya tidak bisa memberikan peta itu." Pelayan itu membungkukan badannya. Setelah dilihat-lihat pelayan itu tidak seperti kelas D. Lebih mirip murid teladan daripada murid D. Ada kemungkinan dia murid teladan jika bukan di sekolah magic.

"Ah, kalau gitu aku pesan shoyu ramen."

"Aku tonkotsu ramen."

Pelayan itu mencatatnya, mengucapkan kembali pesanannya, dan membungkuk. "Mohon tunggu sebentar."

"Kau yang bayar kan? Yoko?"

"Tonkotsu-nya terlalu mahal... Bayar masing-masing." Makanan mereka pun dihidangkan dengan megah, tetapi simple. Mereka pun makan dan lumayan terkejut. Rasanya tidak kalah dengan restoran yang sudah terkenal.

Di saat tengah-tengah mereka makan, terlihat seorang laki-laki memasuki restoran dengan terburu-buru. Kelihatannya orang itu adalah murid. Yoko dan Haruka pun seberusaha mungkin tidak mengeluarkan suara agar bisa mendengarkan percakapan dia dengan pelayan restoran. "Dia di luar kendali!"

"Mustahil! Bagaimana mungkin dia bisa hilang kendali? Jangan-jangan-" Pelayan yang melayani Haruka langsung berlari ke luar dari restoran, tetapi murid yang baru masuk dari restoran menahannya.

"Kau tahu itu akan melanggar aturan, kan!? Kumohon tahan. Aku tahu dia adalah orang yang kamu sayangi, tapi kumohon tahanlah. Percayalah kepadanya!" Pelayan itu kembali tenang.

Yoko berdiri dan jalan menuju kedua orang itu. Haruka berbisik, "hey, apa yang kamu lakukan?!".

"Ceritakan semuanya kepadaku." Keberadaan Yoko membuat keduanya bertanya-tanya.

"Di luar kendali, maksudnya ada yang berubah menjadi kuro bukan?" 

"Bagaimana kamu bisa tahu? Siapa kamu sebenarnya?"

"Dimana dia!?" Yoko membentak yang membuat seisi restoran tertuju kepadanya.

"Di sekolah Mahotsukai... Ini bukan urusanmu."

Haruka pun akhirnya tahu tujuan Yoko. "Haruka, pergilah! Kemungkinan besar masih bisa."

"Aku yakin bisa. Kau pikir siapa aku." Haruka pun langsung lari cepat menggunakan potensi magicnya.

"HARUKA!? Kalian dari pihak Magicalist!?" Semua orang yang ada di restoran membuat tatapan tajam kepada Yoko.

"Tidak peduli Magicalist atau Mahostukai. Jika seseorang butuh bantuan, wajar jika saling membantu!" Pandangan semua orang berubah. "Ceritakan aku lebih lanjut tentang orang itu. Apakah sudah parah?"

Kedua orang itu terdiam dan tidak berani kontak mata dengan Yoko. "Tolong ceritakan! Itu akan membantu membuat dia kembali seperti semula."

"Dia sudah menyatu dengan kuro, tetapi kesadarannya masih ada. Dia menahan dari dulu." Akhirnya salah satu dari mereka membuka mulut, sang pelayan. "Kita tahu cara mengendalikannya, yaitu bersama dengan orang yang dia sayangi, tetapi seperti orang itu... Mungkin pihak kalian-lah yang telah membunuhnya!"

"Magicalist bukan orang rendah. Aku yakin kepada mereka layaknya kamu mempercayai temanmu sendiri." Pelayan itu terdiam. "Berarti dari dulu dia sudah menyatu dengan kuro, tetapi dia dapat mengendalikannya. Berarti sekarang bisa lebih parah."

.
.
.

Haruka sudah sampai di pulau dimana Mahotsukai berada dan dia disambut oleh murid Mahotsukai. Sambutan meriah, tetapi Haruka langsung mengakhirinya karena dia sedang serius. "Akan aku bunuh jika ada yang menghalangi!!" Haruka mengeluarkan auara potensi magicnya yang membuat semua murid Mahotsukai memberinya jalan.

'Deg.'

Haruka bisa merasakan orang itu. Dia langsung menuju ke sana tanpa berpikir panjang.

.
.
.

"Monster katamu?" Team pengamat kembali dan melaporkannya kepada Karina.

"Tidak tahu lebih tepatnya, tapi itu berbentuk seperti monster, tetapi bisa berbicara."

"Apakah itu diperbolehkan??"

"Ya, cek di peraturan. Tidak menyebutkan bahwa monster tidak boleh bertarung. Selama monster itu masih ada di pihak mereka."

Christina langsung melihat buku peraturan. "Sialan."

"Bagaimana ini?"

"Dimana letak monster itu?"

"Selatan di dalam bangunan utama."

"Akan susah kalau begini." Karina terdiam sejenak. "Baiklah. Aoi, Ren, Christina, Minami, dan aku akan kesana. Sen, tetap disini. Ambil alih semuanya. Aku percaya kepadamu. Ayo berangkat!"

Sen pun duduk dan melihat peta. "Padahal tinggal sedikit lagi." Sen terdiam dan memikirkan satu hal. "Seperti aku melupakan sesuatu, tetapi aku tidak merasa khawatir... Pasti bukan hal yang besar."

.
.
.

"Sialan dimana ini!!! WOI LEPASIN!!" Kurama dan 8 orang lainnya tertangkap dan terkurung di menara dimana Claire berada, tetapi di tempat yang tersembunyi.

Magicalist : Reborn ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang