Little Girl in The Dark Forest

324 26 0
                                    

Dilahirkan dari keluarga pembunuh bukanlah suatu pilihan bagi seorang perempuan. Orang kuatlah yang akan bertahan, alias hidup. Itulah moto keluarga Rin. Rin adalah nama yang diberikan Haku kepadanya. Nama aslinya adalah Akuma. Akuma yang berarti setan, merupakan nama yang diberikan dengan harapan akan menjadi yang terkuat.

'KORBAN MUTILASI KE-6 TELAH DITEMUKAN!! APAKAH AKAN ADA KORBAN LAGI?'

Berita itu membuat orang-orang tidak berani keluar rumah, tapi itu usaha yang sia-sia saja. Kemana pun kalian bersembunyi, se-aman apa pun penjagaan kalian, dia akan datang. Akuma memang cocok dengan namanya, tapi dia tidak membunuh orang tanpa alasan.

.
.
.

"Akuma, jika kau ingin membunuh orang pastikan kau mutilasi dia."

"Kenapa, ayah?" Akuma memiringkan kepalanya.

"Itu membuktikan kita kuat. Semua orang akan menyegani kita." Ayahnya Akuma tersenyum dan mengelus kepalanya Akuma.

"Baiklah!"

.
.
.

Akuma saat itu berumur 5 tahun dapat membunuh 2 orang yang lebih tua darinya.

.
.
.

'Hiks... Hiks..' Akuma menangis di gang yang sepi dan jarang dilewati orang. Tiba-tiba seseorang mendengar tangisan itu. Dia menghampiri Akuma.

"Hey, ada apa, nak?"

Akuma tidak menjawab dan terus menangis.

"Aku bukan orang jahat, kok."

Orang itu mendekati Akuma. Dia pun jongkok agar bisa setinggi dengan Akuma.

"Kakak punya permen. Ah, mungkin dia berpikir ini racun lagi..." Akuma tetap mengabaikan orang itu.

Orang itu memeluk Akuma. "Ga apa-apa menangis. Jangan ditaha-"

Belum menyelesaikan kalimatnya, Akuma sudah menusuk orang itu tepat di jantungnya, seperti yang ayahnya ajarkan. Darah mengalir dengan indah, diterangi cahaya bulan yang membuat aliran darah itu semakin indah. Itulah menurut Akuma. Tanpa rasa bersalah dia membawa mayat itu dan memutilasinya. Mulai dari kejadian itu dia mulai membunuh hanya untuk semua kesenangan.

Ada titik dimana kita menyukai sesuatu dan ada dimana kita akan bosan. Akuma mulai bosan dengan membunuh 5 orang. Dia ingin yang lebih menarik, yaitu ada yang melawan dan membuatnya terpojok.

Dia membuat targetnya lari dan menyuruh untuk melawannya, tapi tidak ada yang bisa memuaskan dirinya.

.
.
.

Haku yang mendengar tentang pembunuhan dengan memutilasi korban langsung menyelidikinya. Tidak perlu waktu lama, dia bisa menemukan pembunuhnya. Dia menunggu di depan rumah Akuma.

"Kakak lagi apa?" Seorang anak, yang merupakan sang pembunuh menghampirinya dengan wajah yang tidak bersalah.

"Gimana kalau kamu ikut kakak? Ada yang ingin kakak tunjukan."

Anak itu mengikutinya. Dia berada dibelakang Haku. Langkah kaki nya terdengar seperti berlari. Haku pun langsung menghindar karena sesuai perkiraannya, anak itu ingin membunuhnya. "Kakak ini siapa?" Anak itu mengambil kuda-kuda.

"Manusia." Haku pun berjalan. "Ikut kakak."
Anak itu menurutinya. "Namamu?"

"Akuma."

.
.
.

Orang itu menyeringai. "Namamu tidak cocok dengan dirimu."

"Nama kakak?"

"Haku." Mereka sampai di tempat pemakaman dimana orang yang meninggal adalah korban Akuma. "Apa yang kau lihat?"

Akuma melihat segerombolan orang mengitari makam korban. "Mereka... Mereka sedang apa?"

"Menangis." Akuma masih tidak mengerti apa yang dikatakan Haku. "Menangis itu dimana dalam dirimu terasa sakit. Bukan karena luka luar, tapi dalam dan itu tidak akan bisa sembuh hanya bisa diobati."

"Diobati kan bisa sembuh."

"Tapi masih membekas dan masih terasa sakit. Jika orang tua-mu mati bagaimana perasaannya?"

"Kecewa karena mereka ternyata lemah."

Haku mencengkram kepala Akuma dengan cepat sehingga Akuma tidak bisa mengelaknya. "Kakak juga kecewa kalau kamu lemah. Jadi kamu harus mati?" Akuma menendang tangan Haku dan cara itu berhasil. Akuma pun menjaga jarak. "Manusia itu lemah. Benar seperti apa yang kamu katakan. Yang lemah harus dimusnahkan dan yang kuat yang bertahan. Manusia itu lemah jika dia berdiri sendiri, jika dia berdiri bersama dengan yang lainnya mereka akan kuat. Lihatlah orang yang mengitari makamnya. Dia kuat. Kau sudah membunuh orang yang salah. Kau sudah melanggar aturan."

Akuma mundur secara perlahan. Dia merasa tidak percaya. "Aku membunuh orang yang kuat? Tidak mungkin." Akuma melihat segerombolan orang itu lagi. "Bagaimana ini...."

"Orang yang lemah, yaitu orang yang membunuh orang yang kuat, alias orang itu sampah. Akuma, kau dan keluarga adalah sampah. Sampah harus dibuang ketempatnya." Haku mencengkram leher Akuma. Cengkramannya lebih kuat dari yang sebelumnya. Akuma menendang-nendang tangan Haku, tetapi tidak berhasil. Tiba-tiba saja Akuma berhenti. Dia pun menundukan kepala. "Sudah matikah?" Terlihat tetesan darah mengucur dari kepala Akuma. Akuma mencakar tangan Haku hingga robek.

"AKU BUKAN ORANG LEMAH! AKU TIDAK AKAN MENYERAH." Bukannya kabur, Akuma melawan balik Haku, tapi serangannya sia-sia karena bisa dihindari dengan mudah. Akuma percaya bahwa tangan yang dia cakar tidak bisa digerakan. Itu akan memperkecil jarak serangan dan menghindar.

"Naif sekali." Haku menghilang dari pandangan Akuma dan menarik kaki Akuma dari belakang. Akuma pun terjatuh dengan damage besar di kepalanya. "Tapi itulah yang membuatmu kuat. Tidak menyerah." Akuma pun berdiri dengan perlahan. "Kenapa di dunia ini ada yang lemah dan yang kuat? Karena untuk melengkapi satu sama lain. Tugas yang kuat adalah untuk melindungi yang lemah. Karena itu aku akan melindungimu." Haku menepuk-nepuk kepala Akuma. "Ikutlah denganku dan menjadi kuat bersamaku."

Sebuah mesin pembunuh berubah menjadi manusia. Akuma membuka mata dan hatinya untuk pertama kalinya. Dia merasa bersalah karena telah membunuh orang yang ingin membantunya. Dia menangis yang diairi oleh air hujan yang turun.

"Sebelum aku pergi bersama-mu, aku ingin mengunjungi rumahku untuk terakhir kalinya."

.
.
.

Di temukan mayat laki-laki yang dimutilasi disebuah pondok terpencil dari kota. Polisi tidak bisa mengidentifikasi mayat tersebut karena sudah terlalu rusak dan didalam mayat itu sudah tidak ada darah yang tersisa, otaknya pun bisa terlihat. Pembunuhan tersadis dari pembunuhan mutilasi korban. Hanya sebuah surat yang berada di samping mayat. Kesimpulan dari kepolisian, surat itu dari pembunuh.

"For the last time,
Sleep forever,
Die for love, or
Love for die?
Lost in paradise,
The little girl in the dark forest."

Magicalist : Reborn ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang